Bab 6

0 0 0
                                    

 

"Mas Roy ganti kartu SIM, sekitar ... sebulan yang lalu," terang Indah, istri dari Roy. Wanita muda berpipi bulat itu sesekali membersihkan mulut anaknya yang belepotan makan cokelat, menggunakan tisu basah.


Sambil menikmati suguhan es teh dan kue kering yang disuguhkan Indah, mereka menunggu kedatangan Roy yang belum pulang dari kerja. 


Wanita yang telah dinikahi Roy lima tahun silam itu terlihat tak banyak tanya, membuat suasana di rumah itu diliputi keheningan. Sayuti juga tak akrab dengnnya, ia pernah ke rumah ini hanya dua kali: saat acara resepsi kakaknya yang kedua dan saat acara syukuran kelahiran keponakannya. 


Ibu satu anak itu berpamitan ke dapur, katanya ada yang hendak dikerjakan. Ia mempersilakan para tamu jika ingin istirahat untuk ke kamar tamu.


Waktu seakan-akan melambat, gadis kelahiran 1998 itu menunggu kedatangan Roy dengan perasaan tak sabar. Sejak ia menginjakkan kaki di rumah ini, waktu seperti enggan berputar cepat.


Beberapa waktu berlalu, deru mobil terdengar memasuki pekarangan rumah. Bocah berusia tiga tahun yang tengah bermain itu memekik memanggil sang ayah dengan begitu riang, sambil berlari ke depan untuk menyambutnya.


Zoya mendesah lega, entah kenapa jantungnya seperti berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia benar-benar tak sabar. Bayangan lelaki di mimpinya itu seperti berputar-putar di kepala, silih berganti. Tersebab begitu banyak mimpinya tentang lelaki itu dan tempatnya yang berbeda-beda.


"Oh, ada tamu, toh? Monggo ... dinikmati minumnya," ucap Roy sambil menyalami mereka semua, setelah memasuki rumah.


Pria berkemeja putih dengan jas tergantung di tangan itu terlihat ramah dan bersahaja. Sang istri tergopoh dari dapur menyambut kedatangannya, lalu mengambil tas serta jas yang dibawa suaminya. 


"Silakan ngobrol dulu sebentar, Mas, dikit lagi makanan udah siap." Wanita itu setengah berbisik berbicara pada sang suami. Lalu, pria itu mengangguk tanda setuju.


Roy pun duduk di salah satu sofa berwarna merah, lalu menanyai adiknya seputar kabar, walau terlihat canggung. Setelah itu, Sayuti menjelaskan tujuannya berkunjung untuk mencari lelaki yang ada di foto pernikahannya. Pria berkacamata itu mengambil foto di dalam ranselnya dan menunjukkan kepada Roy. Zoya hanya mengiakan dengan sopan saat Sayuti berbicara dan sesekali memandangnya.


"Dia ... namanya Abdulah Teladan. Sering dipanggil Kang Teladan. Aku kenal sama dia dulu waktu ikut mondok."


Zoya mendengarkan dengan sangat antusias.


Roy pun mulai bercerita. Dulu sewaktu kuliah, ia berteman akrab dengan anak Kiai yang satu fakultas dengannya, hingga ia berniat ingin menuntut ilmu di pesantren walau sebentar. Singkat cerita setelah lulus kuliah, di pesantren itulah ia berteman cukup akrab dengan Abdullah Teladan, salah satu santri senior saat itu sekalipun usianya lebih muda darinya. Abdullah Teladan sering mengajarkan dan menjelaskan padanya apa-apa yang tak dimengerti. Oleh sebab itu Teladan ikut rombongan anak kiai saat menghadiri pernikahan Roy.

Lelaki di Alam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang