Pada suatu sore setelah pulang sekolah, Zoya pertama kali membawa teman laki-lakinya main ke rumah. Sang ibu menerima tamu dengan ramah dan mencoba mengakrabkan diri. Beberapa saat berlalu, tamu itu pulang.
Setelah gadis empat belas tahun itu kembali masuk usai mengantarkan kepergian temannya di teras, sang ibu memanggilnya dengan lembut. "Sini, Sayang."
"Ya, Bu," jawabnya sambil menghampiri di mana ibunya berdiri.
"Siapa dia, hayo?" tanya Arina, sang ibu, sembari menaik-turunkan alisnya untuk menggoda.
"Apa, sih, Buuu," protes Zoya, malu-malu. Wajah cantiknya bersemu merah.
"Anak Ibu sudah besar ternyata," ungkap Arina seraya melingkarkan tangannya pada bahu sang putri, lalu menggiringnya ke dapur.
Di meja dapur, ada tas sekolah Zoya yang belum sempat dibawa masuk ke kamar. Arina langsung membuka ritsleting tas dan mengambil pulpen.
"Buat apa, Bu?" tanya Zoya penasaran.
"Kamu duduk aja," titah Arina. Kemudian, ia mengambil dua buah tomat yang lumayan besar dari dalam kulkas, lalu kembali duduk di sisi Zoya dan meletakkan tomat tersebut di meja, tepat di depan Zoya.
"Sayang, kamu harus tau kalau kamu itu sangaaat berharga." Arina mengucapkan itu dengan nada begitu lembut, sembari menatap penuh cinta kepada sang putri.
Walaupun bingung, Zoya tetap tersenyum dan mencoba menerka ke mana arah pembicaraan ibunya. Ia diam menunggu kata selanjutnya.
"Kamu tau, setiap orang yang berniat membeli tomat tentu saja memilih tomat yang segar seperti ini," terang Arina memulai, sembari tangan kanannya membelai buah tomat segar dan tangan kirinya mengelus punggung sang putri. Zoya hanya menganggukkan kepala.
"Begitupun seorang gadis. Ya ... sudah pasti tak sepadan jika dibandingkan dengan tomat," lirih Arina. Zoya mengernyitkan kening bertambah bingung, tetapi ia memilih diam mendengarkan.
"Seorang gadis jika sudah ternoda, tak ada lagi harga dirinya, secantik apa pun ia. Sepintar dan sebaik apa pun itu, sedangkan laki-laki yang baik jarang sekali mau menerima perempuan yang tak lagi suci," tutur Arina seraya tangannya bergerak mengambil pulpen dan membuka tutupnya. Zoya semakin penasaran.
"Coba lihat!" perintah Arina. Lalu, tangan kirinya mengambil sebuah tomat dan tangan lainnya menusuk buah itu menggunakan pulpen, hingga memuncratkan sebagian isinya. Sementara Zoya terheran dan begidik melihatnya. "Tomat ini jika sudah rusak, tak akan ada yang mau memilihnya, bahkan ia akan langsung dimasukkan ke tong sampah. Bagitupun seorang gadis," lanjutnya lagi dengan begitu tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki di Alam Mimpi
AcakBagaimana jika memimpikan orang yang sama berulangkali? Apakah hanya bunga tidur? Atau ... ada sesuatu yang lain? Kisah Zoya Ananta, gadis cantik yang kerap memimpikan lelaki misterius hingga membuatnya penasaran dan terobsesi ingin mencari kebera...