Bab 10

1 0 0
                                    

Part 10

  Zoya membiarkan dering itu berbunyi terus-menerus hingga berhenti sendiri. 


"Kok, gak diangkat, Non?" tanya Bik Siti.


"Orang iseng, Bik," jawab Zoya mencoba tersenyum, walau dalam hati dipenuhi rasa jengkel luar biasa pada Sam. Ia beranjak menuju kamar, bayangan kasur empuk itu seakan menunggu kedatangannya. 


[Kamu gak bisa seenaknya mutusin sepihak. Aku gak terima!] 


SMS itu masuk setelah beberapa detik dering ponselnya berhenti. 


"Arrrgh!" Zoya menggeram kesal sambil mengempaskan tubuhnya ke atas kasur hingga raganya sedikit terangkat memantul. 


Bagaimana tak kesal? Tiap hari selalu dapat teror dari Sam dengan memakai nomor-nomor baru. Terkadang kata-kata manis, rayuan, umpatan, ancaman, sampai makian! Bahkan beberapa kali Sam pernah datang ke rumahnya, tetapi tak pernah dibukakan pagar. Pun pria itu kemarin sempat mendatangi Zoya saat pemotretan majalah, beruntung di sana banyak orang hingga Sam tak berani macam-macam. Soldalah yang maju paling depan untuk melindungi Zoya dan menghalau Sam untuk segera menjauh.


Zoya juga sudah bercerita pada Asraf tentang berakhirnya hubungan dengan Sam. Sang kakak malah senang, meski begitu Zoya tak menceritakan masalah detail penyebab mereka putus. Asraf pun tak segan memarahi Sam, saat mantan pacar adiknya itu tak tahu malu teriak-teriak di depan pagar rumahnya. 


[Zoya Sayang, aku tau kamu juga masih sayang sama aku. Plis lupain yang kemarin, kita malam ini nonton, ya.] 


Lagi-lagi SMS itu masuk untuk kesekian kali. Zoya langsung memilih opsi blokir, lalu menyetel ponselnya ke mode pesawat. Ia ingin tenang, berkali ia menarik napas pelan dan mengembuskannya perlahan-lahan. Beberapa menit berlalu suasana hatinya pun berangsur membaik.


Ia membuka galeri ponsel, memandangi potret lelaki yang mirip dengan yang ada di mimpinya--ia sempat memfotonya saat melihat pertama kali di rumah Sayuti. 


"Abdullah Teladan," gumam gadis itu pelan. Pria itu sangat biasa, berpenampilan ala santri, berwajah teduh, dan bertubuh kurus tetapi tinggi.


Perlahan senyum tipis terukir dari bibir indahnya, entah kenapa mengingat mimpi-mimpinya selama ini, membuat hatinya terasa damai dan tentram. Seperti ada curahan air pegunungan yang membasahi jiwanya. Ia memejamkan mata, merasai ketenangan yang tiba-tiba hadir begitu saja. Hingga beberapa saat, ia seperti tersadar dan langsung mengaktifkan ponselnya kembali. Segera ia menelepon Solda untuk mengatur waktu kapan bisa ke luar kota.


***


Waktu yang disepakati telah tiba. Kali ini Solda memaksa ikut menemani Zoya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lelaki di Alam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang