1.1 Another Side

116 10 0
                                    

Dalam ingatan semasa remajanya, Nanami pernah mengalami distorsi pengenalan. Bukan apa. Ingatannya seolah rusak saat itu. Waktu dia mendapati tunangannya tiba dengan perasaan asing.

Akashi Seijuuro jarang membicarakan mengenai permasalahannya pada Nanami. Dia sosok yang sepertinya akan selalu mendapatkan jawaban atas semua masalah yang menimpa dirinya sehingga tidak membutuhkan masukan. Itulah yang Nanami jelas dapatkan dari sosok Akashi Seijuuro, tunangannya. Meski hubungan mereka tidak ubahnya teman baik, tanpa rasa romantisme, namun hubungan mereka sungguhan dekat. Tidak diragukan lagi, Nanami merupakan satu-satunya anak perempuan yang bisa memperlakukan Akashi dengan biasa, juga anak perempuan pertama yang diakui oleh Akashi. Sama seperti Nanami. Dia nyaris tidak punya teman laki-laki kecuali anak laki-laki dari keluarga Ryuuzaki atau kerabat keluarga Ryuuzaki. Akashi adalah pengecualian. Dia satu-satunya anak laki-laki yang bisa tahan berteman dengannya selain saudara-saudara Nanami. Mungkin alasan inilah yang membuat hubungan pertemanan mereka kian dekat.

Sore itu hujan, Nanami masih terjebak di sekolah. Dia melupakan payung padahal jelas dia mengingat ramalan cuaca dari berita. Jadilah dia terjebak di sekolah. Tanpa melakukan apa pun. Kegiatan klubnya (Nanami mengikuti klub penelitian sejarah Jepang) libur mengingat mereka sebentar lagi akan menghadapi ujian semester. Jadilah Nanami hanya bisa diam di ruang kelas sembari menunggu hujan reda.
Namun, berbeda dari apa yang ia bayangkan. Menunggu hujan reda dengan duduk di kelas sembari mendengarkan musik, langkah kaki tergesa terdengar memasuki ruang kelas yang sunyi.

"Nana senpaiii!!!" Suaranya nyaring. Terdengar jelas. Nanami mengerutkan kening. Menatap sosok tidak diundang yang berdiri di ambang pintu kelas.

Kanade. Adik kelas Nanami yang juga merupakan salah satu anggota klubnya.

"Nani Kanade? Apa kau dikejar klub minum teh lagi?" Dia bertanya dengan nada bosan. Ekspresi wajahnya juga tak kalah bosannya.

Kanade berjalan memasuki ruangan kelas. Kepalanya menggeleng keras.

"Ada ikemen yang mencari Nana senpai!!!" Suaranya heboh. Keras lagi. Nanami saja dibuat tidak berkutik oleh ucapan itu.

"Di mana?" Meski adik kelasnya sungguhan orang yang berisik, namun Nanami tahu pasti jika dia bukan seorang pembohong. Apalagi jika menyangkut sesuatu seperti 'ikemen' sudahlah. Tidak ada celah untuk berbohong.

"Di depan! Aku memintanya menunggu di depan."

Keningnya mengernyit. Di depan? Bukan di gerbang?

"Kanade, apa ikemen yang kau bilang berambut hitam?" Dia bertanya. Memberikan ciri-ciri kakak sepupunya yang memiliki kemungkinan tinggi mendapatkan gelar 'ikemen'

"Iie! Rambutnya merah!"

Ah.

Kalau begitu hanya ada satu orang yang bisa mendeskripsikan hal itu. Rambut merah, ikemen. Tunangannya. Akashi Seijuuro.

Nanami mengangguk. Mengerti. Dia segera mengambil tas, bangkit dari kursi dan akhirnya berjalan keluar setelah mengucap Terima kasih pada sang adik kelas. Menghela napas berat saat menyadari hal apa yang akan ia hadapi besok setelah kedatangan tak terduga tunangannya.

Kaki bergegas melangkah. Hujannya cukup deras, selain itu, kenapa tiba-tiba Akashi menemuinya di sekolah? Demi ketenangan pribadinya selama sekolah, Nanami meminta Akashi untuk tidak menemuinya di sekolahnya. Karena akan sangat menyebalkan jika kehadiran mencolok seperti Akashi datang ke sekolah khusus perempuan dengan alasan untuk menemuinya. Itu akan menjadi bencana. Seriusan. Nanami bahkan sudah merinding saat membayangkan segerombolan teman sekolah yang tiba-tiba mengerubunginya demi menanyakan hubungannya dengan Akashi. Paling parahnya, bagaimana kalau nanti tiba-tiba dia dibombardir permintaan buat memberikan kontak Akashi coba? Duh sudahlah. Menjadi sumber perhatian tidak pernah jadi impian Nanami.

An ImaginaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang