Nanami bergegas. Persiapannya sudah rapi. Pakaiannya rapi. Seperti biasa. Celana katun panjang, sebuah kemeja dengan blazer panjang. Rambutnya diikat ekor kuda. Dia sudah rapi. Tidak terlalu formal namun juga tidak terlalu kasual. Itu pas.
Di tangannya dia membawa kantung bekal makan. Dia diminta datang menemui Akashi Masaomi saat istirahat makan siang oleh sekertarisnya. Beralasan jika sang Pimpinan sering sekali melewatkan makan siangnya. Dan inilah alasan Nanami datang lengkap dengan bekal makan siang. (Tentu saja isinya masakan Nanami. Dia sudah menyiapkannya sejak subuh).
Dia bergegas menuju sebuah gedung tinggi. Menyapa satpam yang berjaga lalu berjalan santai memasuki gedung. Saat kaki memasuki gedung semua itu terjadi lagi. Para pegawai yang menyapanya dengan hormat. Nanami bahkan tidak jarang mendengar mereka memanggilnya sebagai seorang Akashi. Padahal dia belum benar-benar menjadi bagian dari keluarga Akashi, tapi semua karyawan yang berada dibawah naungan Akashi Corps justru memperlakukannya seolah Nanami sudah menjadi Nyonya Akashi. Nanami meringis. Entah apa yang dua Akashi itu lakukan sampai para pegawai memperlakukan teramat sopan.
Nanami berhenti di lantai paling atas. Tempat dimana kantor pimpinan perusahaan berada. Tentu saja, kantor calon mertuanya. Dia kembali disapa dengan teramat sopan oleh resepsionis khusus lantai atas sekaligus diantarkan langsung menuju kantor sang pimpinan. Luar biasa. Bahkan perlakuannya sudah macam menghadapi seorang Akashi sejati.
Pintu ruangan terbuka, namun bukan Akashi Masaomi yang membuka pintu. Justru sang sekertaris. Asahi Jun. Sekertaris sekaligus tangan kanan Akashi Masaomi.
"Konnichiwa Nanami sama," Dia menyapa dengan sopan. Sangat sopan dan elegan.
"Konnichiwa Asahi san, apa Tou san sudah makan siang?" Hal pertama yang ditanyakan gadis itu bukan keberadaan sang calon mertua, namun, makan siangnya.
Asahi Jun tersenyum lembut. Dia menggeleng kecil. "Pimpinan mendapat kabar mendesak dari rumah sakit, beliau belum sempat makan siang. Saya di sini untuk mengantar Nanami sama ke rumah sakit."
"Apa Tou san sakit?" Dia menyambar, cepat. Ekspresi wajahnya menegang. Panik.
Senyum lembut kembali tercipta. "Tidak, Nanami sama. Pimpinan baik-baik saja. Namun ada beberapa hal yang harus diurusi di rumah sakit. Jadi, mari kita pergi?"
Setidaknya Nanami lega. Akashi Masaomi baik-baik saja. Tidak ada hal buruk yang terjadi pada kesehatan sosok itu.
"Ah, omong-omong Asahi san,"
"Ya Nanami sama?"
"Kenapa Momoi san ada si sini? Apa dia tidak menemani Seijuuro kun?"
Untuk sesaat, hanya sepersekian detik, Nanami tidak menyadari retakan emosi pada wajah tenang Asahi Jun. Dia tersenyum hangat. Menyembunyikan ekspresi yang nyaris hancur.
"Ah, Momoi san membantu perkerjaan saya saat ini. Banyak hal yang perlu kami perbaiki, jadi saya meminta bantuan Seijuuro sama untuk meminjamkan sekertarisnya."
Nanami mengerjap, sekilas keningnya mengernyit, namun dia tetap mengangguk. Mengerti. Lagipula mana ada Nanami mengerti soal bisnis?
Kedua sosok itu berjalan dengan Asahi Jun yang berjalan satu langkah di belakang Nanami. Sopan santunnya luar biasa bahkan meski Nanami lebih muda darinya. Kesetiaan Asahi Jun benar-benar tidak ada tandingan. Luar biasa. Tidak heran sosok ini menjadi tangan kanan seorang bertangan besi seperti Akashi Masaomi, sejak usianya terbilang masih muda. Nanami mengerti alasan calon ayah mertuanya memercayai sosok ini. Dedikasi. Dedikasi sosok ini luar biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
An Imaginary
NouvellesPemuda bersurai merah menyala itu bernama Akashi Seijuuro. Dia selalu punya cara agar tidak seorang pun berani membantah ucapannya. Entah bagaimana... dia seolah mempunyai sesuatu yang membuat siapa pun tidak bisa untuk tidak memberikan atensi padan...