Itu adalah sesuatu yang tidak pernah terduga. Nanami juga masih belum mengerti dimana letak kesalahan yang diperbuatnya hingga sosok itu semakin bersikap cukup kejam padanya. Kaki tidak bisa digerakkan. Betnapas saja rasanya terlalu sulit. Tubuhnya beku. Tidak ada satupun persendian yang bisa ia gerakkan sementara sosok itu berdiri kaku tepat di hadapannya. Ada yang sedikit aneh dengan matanya. Nanami juga tahu. Akashi mengaktifkan kemampuannya. Kemampuan yang biasa ia gunakan saat bermain basket. Emperor Eyes. Nanami pernah melihat Akashi mengaktifkan kemampuannya saat bermain basket, tapi untuk menjadi target dari kemampuan itu sendiri Nanami belum pernah. Dan detik ini, semuanya terjadi.
Nanami bahkan tidak tahu apa yang mengakibatkan Akashi tiba-tiba mengaktifkan emperor eyes padanya. Seriusan. Dia membuat Nanami tidak bisa bergerak akibat emperor eyes yang seolah membungkam seluruh tubuh.
"Kau---" Suaranya tajam, mencekam.
Nanami mengerjap. Sejenak, dia seolah bisa mendapatkan kembali napasnya. Seolah kemampuan tubuhnya kembali lagi. Bisa ia kuasai.
"Akashi kun, kau baik-baik saja?"
Sosok itu diam. Seolah kehilangan kata saat justru ucapan pertama si gadis adalah pertanyaan mengenai keadaannya. Bukan dirinya sendiri.
"Kau benar-benar." Caranya bicara seolah dia menyerah, namun sorot tajam nan tanpa ampun itu masih menghujam tepat di kedua bola mata.
Nanami bergerak. Maju. Tanpa gentar berjalan mendekat. Seolah dia sengaja mengumpankan diri ke hadapan mulut singa.
"Kau sungguhan baik-baik saja, Akashi kun?" Sekali lagi. Gadis itu bertanya. Memastikan.
Detik itu, semua amarah yang nyaris meledak dari sepasang mata beda warna itu seolah terhenti begitu saja. Ada sesuatu yang entah bagaimana terasa begitu mengusik. Pertanyaan tanpa beban gadis itu benar-benar memutar balikkan keadaan.
"Nanami." Caranya memanggil Nanami seolah sedang mencoba mengingat sesuatu.
"Ya?" Namun entah bagaimana gadis itu tetap menanggapinya seperti biasa. Tanpa kesan tertekan atau ketakutan seperti siapa pun yang baru terkena efek emperor eyes.
"Kau gadis yang aneh." Nadanya memang terasa mencela namun berbeda dari sebuah cemooh. Nanami juga tidak merasa tersinggung sama sekali.
Tidak ada perubahan ekspresi pada wajahnya.
"Ah. Apa kau baru menyadarinya sekarang, Akashi kun?" Seolah dia menantang sang Raja. Namun, cara Nanami balik menatapnya, itu terlalu inosen. Dia tahu. Nanami sama sekali tidak berniat menantangnya atau apa pun. "Aku sering mendengar kalimat itu sejak kecil. Kau terlambat menyadarinya." Dia bahkan dengan acuh tak acuhnya mengatakan hal seperti itu.
"Apa kau bodoh?"
Tanpa mereka sadari, beberapa orang yang tanpa sengaja lewat atau sedang berada di dekat keduanya juga ikut mencuri dengar pembicaraan mereka berdua. Banyak yang penasaran.
Nanami berkedip. Sama sekali tidak ada perubahan apa pun pada ekspresi wajahnya. Dia tidak terlihat tersinggung sedikitpun.
"Aku cukup bodoh saat berurusan dengan matematika dan olahraga, tapi aku cukup pandai dalam pelajaran lain." Balasannya pun tak kalah acuhnya.
Seolah... Dia sama sekali tidak memedulikan sikap kejamnya Akashi makin hari padanya.
Nanami berkedip saat melihat sorot mata beda warna itu kian kejam.
Kenapa?
Apa dia mengatakan sesuatu yang salah lagi?
Bukankah dia baru saja mengakui kemampuan dan ketidakmampuannya? Kenapa justru orang ini terlihat semakin marah?

KAMU SEDANG MEMBACA
An Imaginary
ContoPemuda bersurai merah menyala itu bernama Akashi Seijuuro. Dia selalu punya cara agar tidak seorang pun berani membantah ucapannya. Entah bagaimana... dia seolah mempunyai sesuatu yang membuat siapa pun tidak bisa untuk tidak memberikan atensi padan...