02 - Sendu merindu

471 53 5
                                    

>>> • <<<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>>> • <<<

Ku ingin saat ini engkau ada disini
Tertawa bersamaku seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkan
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu

Hanya Rindu - Andmesh

>>> • <<<

---- ephemeral ----

Sore itu, setelah pulang sekolah. Ghais mengendarai motor beat yang telah menemaninya sejak ia di bangku SMP. Menikmati perjalanan dan juga dekorasi alam. Cakrawala yang kini mulai menjingga begitu indah kala menghiasi Kota Kembang ini.

Ghais menepikan motornya di depan parkiran sebuah Caffe yang lumayan cukup besar. Lengan kekarnya terulur membuka pintu kaca yang selalu mengkilap setiap harinya. Berjalan menuju toilet, ia mengganti seragam sekolahnya dengan seragam Caffe.

Setelahnya, ia kembali dengan membawa paper bag berisi pakaian seragam sekolah. Ia menyimpannya di loker miliknya. Lama sekali ia menempati caffe ini. Karena kejujuran dan kedisiplinan Ghais, jabatannya kini sebagai tangan kanan dari pemilik caffe.

Bersyukurlah ia kala itu. Hingga sampai saat ini, ia masih di berikan kepercayaan itu oleh Pak Abram.

Alih-alih menyambut para pengunjung, justru atensinya teralihkan oleh sosok gadis yang membawa map cokelat. Terlihat tengah celingak-celinguk, Ghais melangkahkan kaki jenjangnya ke arah gadis itu.

"Cari siapa, mbak?" tanya Ghais dengan sopan. Laki-laki itu tersenyum pada gadis itu.

Terkejut kala seseorang muncul begitu saja di belakangnya. Seperti tiang listrik yang menjulang tinggi. Gadis itu mendongakkan kepalanya pada Ghais. "S-saya mau ketemu Kak Ghaisan Jiannino, dimana ya?" tanya gadis itu lagi-lagi membuat Ghais tersenyum hangat.

"Aku," ujarnya.

Kedua alis gadis itu nampak menyatu, mengkerut menjadi bentuk yang berbeda. "Hah?" Gadis itu refleks berkata setengah teriak. Kemudian berdeham kembali. "Eh, maaf, Kak. Maksudnya?" tanyanya.

Ghais hanya menggelengkan kepalanya pelan, terkekeh sesaat. "Kamu lagi cari aku, kan? Nama aku Ghaisan, panggil aja Jian. Mari duduk." Melangkahkan kakinya menuju meja yang tak jauh dari tempat mereka, Ghais menarik kursinya. Kemudian duduk di situ bersebrangan dengan gadis yang tingginya hanya sebatas dada milik Ghais.

"Kamu mau ngelamar kerja?" tanya Ghais di angguki oleh gadis itu.

"Iya, Kak. Kemarin saya udah hubungi Pak Abram, tapi katanya hari ini dia nggak datang. Trus saya harus nemuin Kakak," ujar gadis itu berkata seadanya.

Ephemeral | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang