>>> • <<<
Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depanBersenang-senanglah
Karna waktu ini yang kan kita banggakan di hari tuaSebuah Kisah Klasik - Sheila on 7
>>> • <<<
---- ephemeral ----
"Carvil gue?!"
Karendy yang baru saja keluar dari mushola, sekonyong-konyong membelalakan matanya kala melihat sandal carvil-nya bertransmigrasi menjadi sandal swallow putih yang sudah menipis. Lantas laki-laki bersurai hitam itu menggelengkan kepalanya seraya berkacak pinggang, diam-diam menggerutu kesal.
"Makanya kalau ke mushola pakai yang biasa aja. Udah tahu sering ketuker!" Naufal mengintrupsi sambil geleng-geleng kepala.
"Udah lah, ikhlasin aja. Pakai aja yang ada, Jian lapar, mau makan." Ghaisan berujar seraya mengelus perutnya yang rata.
Karendy geleng-geleng kepala. "Nggak! Nggak bisa dibiarin, yang namanya kejahatan harus di musnahkan!" katanya menggebu dan mendapati gelengan kecil dari Ghaisan dan Naufal.
Manik indah miliknya melirik ke arah beberapa bocah laki-laki yang sedari tadi ia curigai, sebab setiap sholat berjama'ah mereka selalu haha-hihi sana-sini, persis seperti upin ipin dan kawan-kawan.
"Heh! Lo bertiga yang ngambil sandal gue, kan?!" Karendy berjalan menyingsing lengan baju kokoknya geram.
Lantas ketiga bocah yang sedang cekikikan pun menoleh, mendapati wajah galak Karendy, mereka menggelengkan kepalanya. "Enggak, A. Kita mah nggak pernah ngambil sandal di mushola." kata si bocah berkacamata, diangguki bocah berpeci putih.
"Bohong dosa, loh. Gue aduin sama Pak Ustad Syaiful!" Karendy menunjuk ketiga bocah itu.
"Enggak, A. Sumpah, kita nggak ngambil sandal Aa!" sedang yang sedari tadi diam mencoba mencari pembelaan.
"AREN, AREN!"
Seseorang dari belakang meneriaki nama taruna berasma Haidar Karendy dengan panggilan khusus anak-anak rt 03. Aren yang katanya berarti Aa Rendy. Lantas taruna itu menoleh dan mendapati remaja laki-laki membawa sepasang sandal carvil hitam.
Panggil saja Lele, kata orang rt 03 namanya Ziko Syauqhi. Namun karena kulitnya yang terlampau bule seperti patung manekin, orang-orang sini terbiasa memanggilnya Lele.
"Ini kan sandal gue!" Karendy merebut sandal itu, lalu memakainya.
Lele mengangguk, "Nah iya, tadi di gusur sama Bella, A."
Karendy membelalakkan matanya, "Bella anjingnya Koko Waipi?!"
Lele tak kalah terkejut, karena jujur Karendy ngegas banget. Lele sampai meneguk salivanya saking kaget sama Karendy. "I-iya, A. Tapi sandalnya mah masih utuh da."
"Iya udah. Makasih ya Lele, udah kembaliin sandalnya Karen. Sebagai tanda terima kasih, nanti boleh sokin di warung Mamang Ajja." Naufal mendekat, lalu menepuk bahu Lele dua kali.
Lele tersenyum, lalu mengangguk. "Makasih sebelumnya, A Jae. Tapi Lele nggak dikasih izin nongkrong malam-malam. Maaf ya.."
Naufal hanya mengangguk paham, maniknya menatap Karendy. Seolah ada sinyal telepati, Karendy mendengkus kasar. "Iya, Lele. Makasih udah kembaliin sandal gue, lain kali bilangin sama Koko--anjir!" Karendy meringis kala Naufal menendang pelan tulang keringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral | Park Jisung
Fanfic❝ perihal sesuatu yang tidak akan abadi. perihal yang singgah belum tentu akan menetap ❞ - Ephmeral, 2021. ©riayndrr, 2021. cover by Pinterest