🔸️ Chapter 31

9 2 0
                                    

24 Desember
Seoul, Korea Selatan

"Nan gwaenchanayo, oppa." kata Jieun sambil mematut diri di depan cermin untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena dia baru saja dari balkon. Gadis itu menjawab suara panggilan dari Minho pada pagi ini.

"Kau yakin? Kita akan melewati malam natal ini dengan sempurna. Jisung, Felix, dan Seungmin sedang ke market untuk membeli bahan makanan. Sungguh, aku yakin sekali Jisung hanya akan berguna untuk merecoki mereka berdua. Aku dan lainnya sedang mendekor base dengan tema natal."

"Minho hyung, bantu aku menyangkutkan ini di atas sana."

Jieun terkekeh geli, tungkai kakinya terbawa dan memilih untuk duduk di pinggir kasurnya, "Changbin oppa? Tumben sekali ada di base."

"Sebentar, pendek. Iya, Changbin meminta cuti seharian tanpa gangguan emergensi hari ini. Entahlah, dia bilang pimpinan rumah sakit mengizinkannya. Semuanya lengkap di sini, kau yakin tidak mau ikut bergabung?"

"Tidak, Oppa. Terima kasih. Tapi, aku ada jadwal lain malam ini." kata Jieun yang semakin lama memelankan suaranya. Beruntunglah, Minho adalah pendengar ulung, sekecil apapun suara bisa didengar olehnya.

Hyunjin. Rumah. Malam ini.

Tiga kata kunci utama.

Minho bisa mengartikannya dengan, Jieun akan ke rumah Hyunjin malam ini. Dalam hati, Minho mendengus kesal karena, pemuda yang telah dia anggap sebagai adik laki-lakinya itu bertingkah sebodoh ini.

"Baiklah. Kalau begitu, aku tutup teleponnya. Kalau butuh sesuatu, telepon saja."

"Arraseo." kata Jieun lalu meletakkan ponselnya di sebelah. Berbeda dengan Minho, yang langsung mengirim pesan kepada orang yang telah membuatnya kesal.

Hwang Bodoh Hyunjin
| Aku tahu kau sudah bangun. Atau mungkin kau enggak tidur semalaman. Aku juga enggak tahu kenapa dari sekian banyak orang di base, hanya aku yang tidak kau blokir nomornya.

| Aku juga enggak mau tahu.

| Tapi, satu hal yang kutahu.

| Hwang Bodoh Hyunjin, nama itu cocok sekali untukmu.

| Jieun tidak mau ikut untuk pesta malam natal nanti. Dia lebih memilih berada di sekitar rumahmu, berharap kau akan pulang malam ini, bodoh, daripada bersama kami yang akan melewati malam natal dengan semua persiapan yang terbaik.

| Kau menghancurkannya tiba-tiba

| Ini dugaanku, dia akan melewati malam natal di rumahmu atau mungkin di kamarmu. Sendirian.

| Kuharap kau tidak terlalu bodoh untuk membiarkannya sendirian di kamar seorang pengecut sepertimu.

Minho melihat tanda centang yang berganti menjadi biru, senyum tipis sejenak. Pesan terakhirnya itu benar-benar keluar denga tulus dari tangan pemuda yang sedang meraih gelar magister.

"Hyung, cepetan! Aku enggak kesampaian nyangkutin talinya. Kenapa hari tinggi banget, sih?"

Minho berdecak lalu mengantongi kembali ponselnya di belakang saku celana, "Diam di sana, pendek. Biar aku saja. Kamu bantu Jeongin menghias pohon natal."

Sedangkan Jieun kembali mematut dirinya di depan cermin. Hari ini pakaiannya tentu serba panjang. Memakai sweater putih rajut dengan style long neck, sebenarnya karena dia terlalu malas untuk menggulung syal di sekitar lehernya, dan celana panjang yang berbahan tebal. Jangan lupakan dengan binnie hat di kepalanya.

“Mama, aku pergi duluan. Bye bye.” Kata Jieun yang sambil membuka balkon kamarnya, melompat ke balkon Hyunjin dengan mulus.

Matanya berbinar lembut ketika melihat sebuah kotak berisi perlengkapan natal di sudut kamar dekat lemari pakaian. Dia yang membawanya ke sini lewat pintu, mustahil baginya untuk melompat balkon sambil membawa kotak berat tersebut.

Tanpa berpikir panjang lagi, dia langsung membongkar kardus tersebut dan mendekor kamar Hyunjin dengan perasaan bahagia membuncah. Dia melakukan ini bukan karena dia sedang gabut atau niat yang lain. Tetapi, sejak mereka bersahabat, mereka membuat janji lucu setelah Jieun pikir-pikir.

Secara bergantian, mereka akan mendekor salah satu kamar sesuai kesepakatan dan melewati Natal bersama. Tahun lalu, mereka mendekor kamar Jieun bersama dan melewati Natal bersama sesuai perjanjian konyol.

Tahun ini giliran kamar Hyunjin digunakan untuk mendekor. Jieun bisa melakukannya sendiri, tetapi, dia tidak yakin bisa melewati Natal seorang diri.

Tidak mau memusingkan hal ini lagi, Jieun menarik tumblr light dan menggantungnya di dinding kamar, menarik keluar pohon natal yang belum terisi apapun mendekornya sesuka hati Jieun. Tidak terasa kalau sudah menjelang petang, Jieun melihat sekitar dan berpuas hati dengan pekerjaannya.

Tanpa sadar dia mengambil foto kamar Hyunjin dan mengirimkannya kepada sang pemilik kamar dengan isi pesan yang tulus.

Jieun
| Jieun sent a photo

| Merry Christmas, Hyunjin. You have to keep healthy.

| I miss you

Lalu mengantonginya lagi. Lalu memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur yang telah berganti cover bed. Dia tahu pesannya tidak akan pernah terbaca oleh Hyunjin. Karena nomornya diblok oleh pemuda tersebut.

"Merry christmas, Jinnie."

▪︎▪︎▪︎

Suara pintu berderit pelan di jam setengah dua belas. Cahaya dari tumblr light tidak membuat Jieun sensitif dengan sekitar. Gadis itu tidak menyadari kalau ada yang setia melihatnya.

Dengan perlahan, orang tersebut merebahkan diri di sebelah Jieun, menyelipkan lengannya di bawah kepala gadis tersebut, lalu mendekapnya erat seolah tiada hari esok.

Dengan senyum tipis, manusia asing itu berucap lirih sebagai penutup hari.

"Merry christmas, sayang."

▪︎▪︎▪︎

To Be Continue

▪︎▪︎▪︎

Haiii, second last chap!!!

Gak nyangka bisa namatin buku ini.

Stay healthy, ya.

See ya ^^

▪︎▪︎▪︎

Pacar Percobaan • Hyunjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang