🔸️ Chapter 05

12 4 0
                                    

“Udahan, ya, Jin. Aku mengantuk bacanya.” Jieun mengucek matanya yang terasa memberat setelah membaca karya tulis filsafat ternama, Plato. Perjanjiannya tadi pagi, setelah membaca buku ini habis, dia bisa mendapatkan makan siangnya. Tetapi, apa dayanya, sepuluh menit berjalan, Jieun tertidur setelah membaca paragraf ketiga.

Hyunjin sampai menyerah membangunkan gadis tersebut, karena mau dibangunkan dengan cara apapun, Jieun tidak bangun sama sekali. Alhasil, Hyunjin menunggu gadis tersebut bangun dengan sendirinya sembari membaca buku filsafat berjudul Philosophy of Language by Simon W. Blackburn.

Bahkan, sekarang langit telah menggelap, Jieun masih berusaha menghabiskan seperempat bagian lagi. Dia tidak kuat omong-omong membaca hal seperti ini, tapi, jika ini bisa membuat Jieun dekat dengan Chan, gadis itu bisa mempertimbangkannya lagi.

Calon bucin.

“Tanggung itu, tinggal sepuluh halaman lagi. Cepat dibaca, setelah itu kita makan malam.” Cerocos Hyunjin sambil melirik nomor halaman tertera di ujung buku tersebut.

Omong-omong, karena tadi pagi, bacaannya Jieun belum selesai, maka dari itu dilanjutkan lagi sampai sekarang, jam tujuh malam masih berada di perpustakaan. Tenang, Hyunjin sudah memberikan perut karet gadis ini dengan makan siang di kantin, sebelum gadis itu mengikuti kelasnya. Lalu, Hyunjin menunggu kelas Jieun sampai selesai dan kembali menyeretnya ke perpustakaan dengan bacaan yang sama.

“Sudah, Jin. Aku gak tahan lagi, ngantuk banget, Hyunjin jelek.” Rengek Jieun sambil melayangkan sebuah tatapan memelas dengan bagian bawah mata yang berair, berusaha meluluhkan pemuda pujaan wanita itu untuk membebaskannya dari hukuman ini.

Hyunjin tersenyum, “Rengekan gagal, silakan dicoba lain kali, Nona Song.”

Jieun merengek pelan, masih tertanam di benaknya kalau ini adalah kawasan dilarang berteriak. Dia tidak ingin ditegur kedua kalinya pada hari yang sama. Itu memalukan. Apalagi, untuk dia yang nyaris tidak meninggalkan jejak di perpustakaan.

“Eo? Hyunjin? Jieun?”

Hyunjin memalingkan wajahnya saat mendengar panggilan namanya, begitu juga dengan Jieun. Jieun membulatkan matanya, itu di ujung sana, ada Chan dengan pakaian kasual menghampiri mereka.

Jieun lagi-lagi merasakan jantungnya berdetak tak karuan ketika Chan menyunggingkan senyuman kepadanya.

“Hyung? Tumben sekali ke sini.” Ucap Hyunjin membalas panggilan Chan, matanya melirik gadis di sebelahnya ini dan tersenyum tipis. Chan duduk di depan mereka.

“Aku sedang mencari modul untuk kedokteran, kuingat ada di sini.” Jawab Chan dan melihat buku di genggaman Jieun. “Kamu juga membaca buku filosofi, Jieun?”

Jieun memandang Hyunjin dan Chan bergantian, Hyunjin tersenyum penuh arti, walaupun, dia tahu Hyunjin tengah menertawakan dirinya dalam hati. “Iya, oppa. Jika ada waktu senggang, aku membaca buku seperti ini.”

Hyunjin tersenyum semakin lebar dan terlihat jahil membuat Jieun kesal. Jieun sedikit menyesal berkata seperti itu, apanya yang membaca buku filosofi disaat waktu senggang, jika bukan karena duduk di bangku universitas, Jieun juga tidak akan memegang buku di tasnya. Jieun lebih suka berselancar di sosial media atau jalan-jalan sendirian di mall atau taman.

“Filosofi itu bagus untuk kita. Pikiran kita akan lebih terbuka dan kritis dalam menanggapi suatu masalah atau kejadian. Lanjutkan membacamu, Jieun. Oppa ikut senang melihat orang membaca, oppa ke sana dulu, ya.” Kata Chan sambil menunjuk bilik rak buku di ujung kanan. Jieun mengangguk, merasa malu ketika Chan memintanya untuk melanjutkan baca, padahal dia sudah merengek untuk berhenti sepuluh menit yang lalu kepada Hyunjin.

Pacar Percobaan • Hyunjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang