🔸️ Chapter 28

8 0 0
                                    

Jieun baru saja keluar dari perpustakaan, tidak ada yang menarik untuk ditonton, hanya dia seorang diri belajar di pojok ruangan dekat jendela sejak lima jam yang lalu. Jieun cukup tahu diri untuk tidak menganggu anak-anak base di malam dingin seperti ini.

Ramalan cuaca dari televisi yang dinonton oleh Mamanya, diintip tadi pagi sebelum ke kampus mengatakan kalau hari ini akan turun salju.

Artinya, ini merupakan salju pertama untuk tahun ini.

Jieun tidak merasakan apapun, salju pertama yang akan dilewati dengan kebosanan, begitu pikir Jieun sejak dia memutuskan untuk mendekam di perpustakaan.

“Jieun?”

Gadis tersebut langsung memutar kepalanya sedikit, lalu tersenyum tipis. Bagaimanapun, tata krama harus tetap dilakukan walaupun dia malas untuk menyunggingkan senyuman, “Chan oppa.”

“Dari perpustakaan juga?”

Jieun mengangguk dan kembali berjalan ke halte beriringan dengan wakil direktur rumah sakit.

“Mau pulang? Oppa saja yang antarin pulang, ya. Sudah malam.” Kata Chan dengan tatapan resah.

Jieun kembali mengangguk. Lalu tangannya terjulur menengadah ke langit beriringan dengan kepala yang terangkat, “Salju ....”

Chan terikut melihat ke langit malam tanpa bintang, lalu tersenyum teduh.

“Ya, salju pertama.”

Jieun tersenyum lembut, ingatannya mengarah ke acara dua tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu

“Jin, aku ke rumah. Buka balkon! Dah!” Jieun dengan tampilan sederhana dan culun langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Hyunjin yang tengah menikmati pelukan dari selimut kamar.

“Ya!-“

PIP

Bunyi pemutusan hubungan terdengar, Jieun langsung meletakkan ponselnya di atas nakas dan tanpa berkata apapun. Gadis itu dengan cepat membuka balkon kamarnya dan melompat dengan percaya diri dan melandas dengan baik di balkon kamar Hyunjin.

“Jinnie! Buka pintu!” teriak Jieun saat melihat curtain masih menutup pemandangannya.

“Jinnie!”

Jieun berteriak dengan lantang di tengah kegelapan. Tanpa peduli dia akan dicap maling karena bertengger di balkon kamar orang lain selarut ini.

“Jinnie!"

“Jinnie!”

“Jinnie! Buka pintunya! Aku akan mati kedinginan!”

“Astaga! Tubuhku membeku! Ini terlalu dingin! Jinnie! Jin-“

“Berisik! Ada apa melompat ke kamar orang selarut ini?” Hyunjin mendobrak pintu balkonnya dengan wajah penuh amarah yang membuncah. Napasnya tersengal-sengal karena berusaha menahan emosi.

“Hehe, tidak ada. Dingin, Jinnie.” Jieun cengengesan sambil memeluk dirinya sendiri.

Hyunjin berdecak kesal, lalu membentangkan selimut yang membungkusnya dan menarik tangan Jieun untuk masuk bersama ke dalam selimut tebal tersebut.

“Jinnie ...” lirih Jieun saat kepalanya menubruk pelan dada bidang Hyunjin yang berlapis hoodie tebal hitam.

“Sudah hangat? Aku tidak mau nyawa melayang di tangan eomma kalau kau terkena masalah. Lagian, kenapa kau nakal untuk dibilangin tetap di kamar? Kau tahu ini mulai memasuki musim salju!” kata Hyunjin sambil mengencangkan erat selimutnya.

Tangannya bertengger di pinggang Jieun dengan nyaman. Tanpa merasa risih dengan Jieun yang bertumpu pada dadanya.

“Aku tahu. Tapi, itu,” kata Jieun sambil menunjuk ke arah langit yang mulai menjatuhkan butiran salju polos dengan semangat dan melihat Hyunjin kembali, “Salju terlalu indah untuk dilewatkan.”

“Dasar anak-anak.” Ejek Hyunjin dengan wajah iseng.

Jieun memberikan sorotan mata tajam, “Aku bukan anak-anak.”

“Iya, iya. Kita lihat salju hanya sebentar. Lalu, kita langsung kembali masuk. Kau beneran mati beku jika di luar seperti ini.”

Jieun cengengesan saat mendengar ocehan Hyunjin yang terdengar seperti lelucon di wajahnya, tubuhnya dengan perlahan berbalik, melihat salju dengan dipeluk oleh Hyunjin dari belakang.

“Jinnie,”

“Heum?” deham Hyunjin sambil mengusak hidung bangirnya di pucuk kepala Jieun dengan nyaman, melupakan kalau mereka seharusnya menikmati salju pertama berdua.

“Ayo terus menonton salju pertama denganku.”

Hyunjin terdiam sebentar, usakannya berhenti, lalu menempatkan dagu pada pucuk kepala gadis yang lebih pendek darinya.

“Iya, Jiji.”

▪︎▪︎▪︎

“Ji,”

“Eh, iya, oppa.” kata Jieun dengan cepat takut tertangkap melamun sambil melihat salju pertama.

“Kau kedinginan sampai kau tidak merasakan ada jaket di tubuhmu, ya?”

Jieun terkekeh canggung.

“Ji, saranghae.”

Jieun langsung melebarkan matanya. Tangannya langsung mengatup dan berada di samping tubuhnya sendiri, maniknya menatap Chan yang melihatnya dengan percaya diri.

“Song Jieun, saranghae.”

Jieun mengatupkan bibirnya, menjilat bibirnya yang terasa kering, tidak menyangka Chan akan menyatakan perasaannya seperti yang dibayangkan dulu.

Perasaan yang membuatnya menantikan kejadian ini.

Telah hilang ....

“Oppa, mian.”

▪︎▪︎▪︎

To Be Continue

︎▪︎▪︎▪︎

Hai, aku kembali lagi. Berarti aku tersisa sedikit lagi utangnya maka akan kelar semuanya.

Hehe

See ya ^^

▪︎▪︎▪︎

Pacar Percobaan • Hyunjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang