03

599 38 9
                                    

warning!


.

.


Allen melirik Serim agak ketakutan ketika lelaki itu membelokkan mobilnya ke areal hotel berbintang lima.

Lelaki itu sama sekali tidak mengajaknya bicara. Dia menyetir mobil dengan tenang, tetapi rahangnya menegang seperti menahan marah.

Apakah lelaki itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan kemarahannya?

Tadi siang dia sudah menghina lelaki itu dan Allen sangat mengerti bahwa ego seorang lelaki sangat mudah terluka -- seperti dirinya. Dia ketakutkan kalau Serim akan melampiaskan kemarahannya dengan kasar. Dia tidak pernah disentuh lelaki sebelumnya selain ciuman dan pelukan dari Woobin yang tidak pernah melebihi batas.

Apakah dia harus memberitahu Serim kalau dia masih... perawan? Lelaki itu dari awal sudah beranggapan dia murahan, bagaimana jika...

Allen terlonjak kaget ketika pintu terbuka, ternyata Serim sudah keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang.

Lelaki itu mengernyit ketika melihat wajah Allen yang pucat pasi.

"Ayo." Gumamnya kaku, dan meraih tangan Allen untuk membantunya keluar dari mobil.

Setelah Serim menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk diparkir, mereka berjalan bersisian memasuki lobby hotel yang sangat mewah.

Resepsionis hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar yang dipilih oleh Serim.

Bahkan di dalam lift pun mereka lewati dengan keheningan.


.

.

.

.


Kamar itu begitu luas dan sangat mewah sehingga Allen terpaku sambil terkagum-kagum akan keindahan interiornya. Serim hanya berdiri di sana menatapnya.

"Kau pasti belum makan. Aku akan memesan makan malam di kamar" Lalu lelaki itu melirik Allen dengan sinis. "Sementara itu, ku persilahkan kau mandi duluan. Badanmu basah, kau bisa mandi dengan air hangat."

"T-tapi, saya tidak membawa baju..."

Serim sengaja menatap Allen dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan begitu intens sehingga membuat wajah Allen merah padam.

"Aku akan memesan pakaian di butik kenalanku, besok pagi pesanan akan diantarkan kemari. Bajumu yang basah itu letakkan di tempat yang disediakan di kamar mandi, petugas hotel akan mengambilnya untuk di laundry. Sementara itu..."

Serim sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti.

"Malam ini kau tak perlu repot-repot memikirkan baju, toh kau tidak akan sempat mengenakannya.."

Kalau wajah Allen bisa lebih merah pada lagi, itu akan menunjukkan betapa malunya dia dengan kata-kata vulgar Serim.

Setelah menggumamkan beberapa kalimat yang tidak jelas dengan gugup, Allen setengah berlari menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Allen merasa sedikit aman. Disandarkannya punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas dengan normal.

Dia takut pada Serim. Lelaki itu seperti seekor singa yang menemukan domba lemah, lalu memutuskan untuk bermain-main dengannya dulu sebelum memakannya.

Allen melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih dan kedinginan karena kehujanan dengan shower air panas.

Setelah selesai mencuci rambutnya, Allen menyandarkan kepalanya di tembok dan membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat.

A Romantic Story about Allen [SELLEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang