04

531 38 17
                                    

"Kau benar-benar serius tentang ini, Serim?" Jinhyuk bertanya saat Serim mempelajari salinan kontrak itu.

Serim mengangkat matanya dan menatap Jinhyuk, lalu menunjukkan kontrak itu.

"Kau pikir aku tidak serius? Perjanjian itu senilai tiga ratus juta, man!"

"Aku tak habis pikir, kenapa seseorang sepertimu yang bisa mendapatkan wanita atau lelaki manapun yang kau mau, melakukan hal seperti ini hanya demi seorang lelaki? Pria yang sangat murahan dan materialistis sehingga terang-terangan menjual dirinya padamu demi uang? Apa yang ada di pikiranmu bos?"

Kening Serim berkerut tidak suka mendengar kata-kata Jinhyuk, meskipun dia tahu itu semua benar.

"Kau tahu bagaimana rasanya ketika melihat seorang pria manis, dan tiba-tiba seluruh tubuhmu menginginkannya?"

Serim tersenyum melihat ekspresi skeptis Jinhyuk. Tentu saja Jinhyuk tidak tahu, dia sendiri merasa aneh dengan perasaannya.

"Yang pasti aku menginginkannya, dan aku masih belum bosan. Tiga ratus juta itu tidak ada artinya buatku"

"Tapi kau adalah orang yang sangat pembosan. Seminggu lagi kau pasti akan mencampakkannya, dan menyesali kontrak ini,"

"Dan aku tetap akan merasa puas karena setidaknya aku tidak penasaran lagi." Jawab Serim yakin.

Jinhyuk mengangkat bahu, "Aku tetap tidak setuju, tapi ini semua keputusanmu. Serahkan kontrak ini pada pria itu, pastikan dia tandatangan, lalu beri salinannya. Setelah itu serahkan yang asli padaku."

Jinhyuk menyandarkan tubuhnya di kursi, "Allen Ma ini, apakah aku pernah melihatnya sebelumnya?"

Serim menggeleng. "Dia hanya pegawai biasa, seorang supervisor lapangan. Kau tidak mungkin pernah melihatnya." Jawabnya tegas.

"Apakah dia pria kurus dengan rambut lurus berwarna hitam legam dan wajah polos dengan tatapan seperti anak kecil yang ada di area pameran mendampingi bosnya yang penjilat waktu itu?"

Serim langsung bersiaga. Kenapa Jinhyuk ingat pada Allen? Apakah Jinhyuk juga memperhatikan Allen? Apakah dia juga tertarik padanya? Insting posesifnya langsung menyeruak keluar.

Jinhyuk tertawa melihat tatapan tajam Serim.

"Hey, hey... Jangan menatapku seperti itu. Aku memperhatikannya karena waktu itu kau memandangnya dengan begitu intens. Tatapan mu seolah-olah tidak pernah lepas darinya. Seperti pemburu yang ingin melahap mangsanya,"

Jinhyuk tersenyum aneh, "Orang lain mungkin tidak akan menyadarinya, tapi aku sudah mengenalmu sejak lama dan aku tahu betapa intensnya kau jika sudah berkonsentrasi pada satu hal. Malam itu kau kehilangan konsentrasi mu, karena pria itu menarik seluruh perhatianmu. Jadi kau sulit berkonsentrasi pada hal selain itu."

Jinhyuk menarik napas panjang. "Well jika dengan pria imut yang sama ini kau terlibat, semoga Tuhan memberkatimu sahabatku."

.

.

.

.

Semua terjadi begitu cepat. Serim langsung mendapatkan apartment yang diinginkannya. Sebuah apartment mewah dengan privasi yang sangat terjamin.

Allen tidak berani membayangkan berapa harganya, tapi Serim bersikap sangat santai. Katanya itu semua hanyalah investasi.

Dengan sangat efisien Serim membantu Allen membereskan barang-barangnya yang tentu saja tidak banyak, untuk dipindahkan ke apartment.

Mereka berdua berdiri di tengah ruang tamu apartment yang sangat mewah itu. Serim tersenyum pada Allen yang berdiri kaku di tengah ruangan.

"Well, anggap saja ini rumahmu sendiri," Dia lalu melirik jam tangannya. "Aku harus kembali ke rumahku. Pengurus rumah tanggaku pasti bertanya-tanya apa yang kulakukan sampai aku tidak memberi kabar. Dia akan kebingungan menjawab telepon yang masuk. Kau, silahkan atur apartment ini sesuai dengan selera mu. Jika ada yang kurang atau kau ingin menambah sesuatu, bilang saja"

A Romantic Story about Allen [SELLEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang