Sejak saat itu Serim seolah-olah menghilang dari kehidupan Allen.
Allen merenung di dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.
Hari ini Woobin sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Wooseok dan Suster Eunbi mereka pulang ke apartemen.
Suster Eunbi memutuskan untuk tinggal sementara membantu Allen, dan Wooseok sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Woobin dan melakukan terapi rutin.
Kata Dokter Wooseok, Serim memutuskan untuk mengambil tugas perjalanan ke Eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.
Dada Allen terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri.
Oh ya! Dia merindukan Serim, sangat merindukannya.
Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Allen mencintai Serim. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Serim, itu saja.
"Aku tidak menyangka bos mu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya," Woobin memecah keheningan, menatap Allen dengan sedikit menyelidik. Dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Allen terlihat begitu murung.
"Aku yang membujuknya," Wooseok yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Allen pasti kebingungan dengan pertanyaan Woobin itu.
"Serim adalah sahabat suamiku. Aku bilang merawat mu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Serim mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai."
Diam-diam Allen dan suster Eunbi menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Wooseok menjawab pertanyaan itu.
Mereka sampai di apartemen, dan Allen mendorong kursi roda Woobin memasuki ruangan itu.
Begitu mereka masuk, tanpa sadar Allen mengernyit. Semua kenangan itu seolah menghantamnya.
Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Serim. Makan malam bersama, bercakap-cakap bersama....
"Apartemen yang sangat bagus. Kita beruntung Allen, bos mu sangat baik."
Woobin mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Allen sambil tersenyum.
Mau tak mau Allen memaksakan senyuman di bibirnya. Kuat kah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu...
Allen melirik kamarnya, tempat Serim juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana.
Tidak! Dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!
Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Woobin selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya.
Suster Eunbi menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.
Setelah memastikan Woobin tertidur pulas, Wooseok menyeduh teh dan mengajak Allen duduk di ruang depan.
"Dia sudah kembali dari Eropa."
Wooseok membuka percakapan, menatap Allen dari atas cangkir teh yang di teguk nya.
Seketika itu juga hati Allen melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai 'dia' itu.
"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Allen pelan.
Wooseok tersenyum mendengar kelembutan dalam suara Allen.
"Kau itu baik hati ya. Sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story about Allen [SELLEN]
Fanfic[REMAKE] Saat semuanya semakin kacau, Allen rela menyerah diri pada lelaki itu. WARNING ! Boyslove, Mature content, Mpreg !! Original story by SanthyAgatha Remake by sellenspace