Hampir sebulan sejak kejadian itu, dan Serim menepati janjinya tidak menemui Allen lagi.
Atas bujukan dan desakan Wooseok, Allen kembali bekerja di perusahaan Serim. Lagi pula perkataan Wooseok ada benarnya juga.
Allen butuh gajinya untuk menghidupi mereka semua. Dan selama sebulan itu Serim, sang CEO menjadi orang yang paling sulit dilihat di kantor.
Jika tidak sedang melakukan perjalanan bisnis, lelaki itu mengurung diri di ruangan kerjanya dan tidak keluar-keluar. Sesekali Allen masih berpapasan dengan Jinhyuk. Lelaki itu masih bekerja di sini.
Serim tidak jadi memecatnya, sepertinya dia dan Serim sudah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.
Dan Allen merindukan Serim. Dia sudah bertekad melupakan Serim, tetapi hatinya punya mau sendiri.
Kadang dia menatap lift khusus direksi yang menyambung langsung ke ruangan Serim dengan penuh harap. Berharap tanpa sengaja dia melihat Serim keluar dari sana, melangkah ke parkiran mobilnya.
Tuhan tahu betapa ia bersyukut seandainya saja dia bisa melihat Serim, biarpun cuma satu detik, biarpun cuma dari kejauhan. Tapi entah kenapa Serim seperti punya pengaturan waktu sendiri agar tidak bertemu Allen.
Sore itu Allen melangkah memasuki apartemennya dengan lunglai. Dia tidak enak badan, sedikit panas dan meriang, jadi dia minta izin pulang cepat.
Ketika memasuki ruang tamu, dia mendengar suara tawa dari ruang tengah. Suara Woobin dan dokter Wooseok.
Dokter Wooseok sudah mendapat izin dari Serim menggunakan setengah hari kerjanya untuk melakukan terapi khusus pada Woobin.
Terapinya sudah membuahkan hasil. Woobin sudah bisa menggerakkan jari-jari kakinya, sedikit mengangkatnya dan melatih saraf-sarafnya.
Optimisme bahwa Woobin akan bisa berjalan lagi semakin besar.
Allen melangkah ke ruang tamu dan melihat Woobin sedang duduk di kursi rodanya. Sedangkan dokter Wooseok menuangkan teh untuknya, sepertinya terapi sudah selesai.
Woobin mendongak ketika merasakan kehadiran Allen dan tersenyum lebar, mengulurkan tangannya.
"Hai sayang,"
Dengan senyum pula Allen melangkah mendekat, menyambut uluran tangan Woobin. Lelaki itu membawa tangannya ke mulutnya dan mengecupnya.
"Bagaimana sesi terapi kali ini?" tanya Allen lembut.
Woobin tertawa dan Allen mengamatinya dengan bahagia.
Woobin banyak tertawa akhir-akhir ini. Lelaki itu makin sehat, warna kulitnya juga sudah jadi lebih cerah, tidak pucat pasi seperti dulu.
Badannya juga sudah berisi dan tampak lebih kuat. Woobin sudah menjadi Woobinnya yang dulu, yang penuh tawa dan vitalitas, dengan semangat hidup yang memancar dari dalam dirinya.
"Aku tadi sudah belajar berdiri, sulit sekali Allen, sampai keringatku bercucuran. Tapi aku senang sudah sampai di tahap sejauh ini," jelas Woobin dengan raut wajah bahagia.
Allen membelalakkan matanya senang.
"Benarkah?" dengan gembira ditatapnya dokter Wooseok.
"Benarkah dokter?" tanya Allen lagi, memastikan.
Dokter Wooseok mengangguk dengan senyum di kulum.
"Perkembangan Woobin sangat pesat Allen, aku optimis dia akan bisa berjalan lagi."
Dengan bahagia Allen memeluk Woobin erat-erat.
"Oh aku bangga sekali padamu. Aku senang mendengarnya sayang!" serunya dengan kegembiraan murni.
![](https://img.wattpad.com/cover/274482019-288-k923288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story about Allen [SELLEN]
Hayran Kurgu[REMAKE] Saat semuanya semakin kacau, Allen rela menyerah diri pada lelaki itu. WARNING ! Boyslove, Mature content, Mpreg !! Original story by SanthyAgatha Remake by sellenspace