05

464 31 11
                                    

Allen hampir saja terlambat bekerja. Dia menarik napas panjang melihat jam absennya-- hanya kurang satu menit.

Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya. Teman-teman seruangan nya sudah mulai sibuk bekerja.

Allen pun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya menatap kosong ke layar komputer. Pikirannya mengingat ke kejadian semalam dan dia mengernyit. Dia merasa murahan sekali menjual diri kepada lelaki itu tetapi terlena dengan rayuannya.

Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros penakluk wanita dan sesiapapun dengan segala pengalaman dan keahliannya. Sementara Allen? Dia baru pertama kalinya bercinta.

Tuhan, ampunilah dosa-dosaku. Allen memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya sebelum mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan.

"Iya, aku juga tidak menyangka," Suara berbisik dua rekan disebelahnya menarik perhatian Allen. "Rasanya seperti bukan Mr. Serim,"

Mendengar nama lelaki itu disebut, mau tak mau Allen menajamkan telinganya.

"Tadi kami serombongan habis sarapan berpapasan dengan Mr. Serim. Kami hanya menunduk karena biasanya bos besar itu hanya melirik dari sudut matanya, mengangguk selama sedikit lalu pergi dengan acuh tak acuh."

Dua orang rekan kerjanya yang satu lelaki dan satu lagi wanita itu menghembuskan napas takjub, "Tapi tadi, astaga! Mr. Serim bahkan berhenti dan tersenyum ramah menanyakan kabar kita semua..."

Suara lelaki yang merupakan teman satu devisi dengan Allen itu terpekik hampir histeris.

"Dan senyumnya yang jarang itu... Bukannya menjawab, semuanya malah terpesona dengan mulut menganga, ada yang mencoba menjawab tapi yang keluar hanyalah suara tercekik," lanjutnya menggebu-gebu.

"Mr. Serim sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikap konyol kami. Dia malah tertawa geli dan melambaikan tangan ramah sebelum pergi. Benar benar anugerah tak terlupakan!"

Allen beranjak berdiri ke kamar mandi, tidak tahan mendengarkan pemujaan-pemujaan terhadap lelaki itu.

Tapi tetap saja dia ikut bertanya-tanya, tentang apa yang tadi di bicarakan teman-temannya. Allen terpekut di depan pintu kamar mandi.

Dia berpikir mengenai perubahan sikap Serim di kantor, bosnya itu memang selalu memasang wajah dingin, ketus dan jarang berbicara.

Banyak wanita dan lelaki di sini yang takut sekaligus memuja karena sikapnya itu. Tapi kenapa dia berubah ramah?

"Memikirkan ku, hm?"

Suara yang diucapkan dengan pelan dan lembut itu membuat Allen membalikkan tubuhnya mendadak dengan terlonjak kaget, dan hampir menabrak orang yang berdiri dibelakangnya.

Matanya langsung bertatapan dengan mata elangnya yang tajam, obyek pikirannya.

Dan kenapa si bos ada di sini? Di lorong menuju kamar mandi lantai 3. Padahal dia punya kamar mandi sendiri di ruangannya.

Tanpa sadar Allen mengucapkan pertanyaannya keras-keras.

Serim tertawa, "Aku sedang menemui kepala personalia di lantai yang sama. Tapi tiba-tiba ingat ke toilet, tidak bolehkah?" suaranya makin melembut, lalu matanya berubah tajam. Dan Allen mengenali tatapan itu, tatapan kalau...

"Damn! Aku sudah amat sangat merindukanmu!"

Dengan cepat Serim meraih Allen lalu menciumnya dengan gairah yang menggebu-gebu, seolah-olah sudah lama tidak berciuman. Padahal baru tadi pagi mereka....

Suara percakapan yang sayup-sayup mendekat membuatkan Allen terperanjat. Dengan secepat kilat didorongnya Serim dan dia setengah berlari masuk ke toilet.

A Romantic Story about Allen [SELLEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang