Topi Hitam

406 36 13
                                    






Aku mendengar suara derap langkah di belakangku. Semakin lama seperti semakin mendekat, tanganku menggenggam erat tali tas yang menggantung di tubuhku.

"Hai!"

Aku terkejut mendengar suara orang yang tak ku ketahui siapa itu tiba-tiba menyapaku, secara impulsif aku memejamkan mata dan menghentikan langkahku sejenak, jantungku berdegup cepat. Namun kemudian aku kembali membuka mataku dan melanjutkan perjalanan pulangku melewati gang sempit yang memang selalu sepi dengan langkah lebih cepat dari sebelumnya.

"Hai, jangan berlari. Kenapa terburu-buru begitu? Kau bisa jatuh nanti." Ucap orang itu.

Aku tak menghiraukan ucapannya. Aku takut, takut jika ia berniat jahat padaku.

"Kumohon siapapun tolong aku, aku takut." Pintaku dalam hati.

Brugghh!!!

"Aahh!" Sial, aku terjatuh. Kakiku tersandung batu.

"Sudah ku bilang jangan terburu-buru, lihatlah akhirnya kau terjatuh."

"Stop!!! Jangan mendekat!!!

Orang itu tak mengindahkan ucapanku, langkahnya semakin dekat padaku. Ia berjongkok, tepat saat sudah berada di depanku.

"Jangan sentuh aku!" Ucapku saat tangannya terulur hendak menyentuh kakiku.

"Hai, tenanglah. Aku tidak berniat jahat padamu. Biar aku lihat kakimu."

"Tidak perlu!" Aku mencoba berdiri, tapi sayangnya kakiku tak kuat menahan bobotku dan aku kembali terduduk di aspal.

"Lihatlah kau bahkan tidak mampu untuk berdiri. Tenanglah, aku bukan orang jahat." Orang itu merobek celana di bagian lututku yang memang sudah sedikit terbuka karena bergesekan dengan aspal.

Disiramnya lukaku dengan air mineral yang dibawanya.

"Ahh, shh, perih." Desisku.

"Maaf, tapi lukamu harus dibersihkan agar tidak infeksi."

Usai membasuh luka di lututku, dia memapahku sampai ke depan toko obat di ujung gang.

"Tunggu disini sebentar." Dia mendudukkanku.

Orang bertopi hitam itu masuk ke dalam toko obat tersebut, hanya beberapa menit lalu kembali menghampiriku.

Ia berlutut di depanku dan dengan hati-hati tangannya mengobati luka di kakiku.

Mataku tak lepas memperhatikan bagaimana tangannya dengan sabar mengoleskan obat dan membalut lukaku menggunakan perban yang dibelinya, tapi aku sungguh tak mengenal siapa orang yang berada di depanku ini.

"Selesai!" Ucapnya sambil menatapku, sekarang dia sedang berdiri di depanku.

"Terima kasih sudah mengobati lukaku. Tapi, sebenarnya kau ini siapa?"

"Ah, haha maaf. Pantas saja kau lari ketakutan seperti tadi, kau tidak mengenaliku ya? Aku Sowon teman sekelasmu."

"So.. Sowon?" Ragu-ragu aku mengangkat wajahku untuk menatapnya.

"Iya, ini aku." Dia membuka topi hitamnya dan menurunkan maskernya yang juga berwarna hitam.

Benar, dia Sowon teman sekelasku. Murid pintar dan populer di sekolah, anak donatur terbesar sekolah.
































×Topi Hitam×






































One Shot KSJ x HEB ( Sowon x SinB ) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang