Minggu Pagi

603 42 17
                                    



Mentari sudah sepenggalan naik menyapa hari. Cahayanya masih malu-malu ditemani kelabu sisa hujan semalam.

Sejuk, ah tidak lebih tepatnya masih dingin. Jam sembilan pagi, waktu yang masih 'pagi' dikala ini hari minggu. Hari yang digunakan oleh sebagian besar orang untuk bermalas-malasan.

Iya bermalas-malasan, seperti apa yang tengah pria ini lakukan. Meringkuk di balik selimut tebalnya tak peduli sudah berapa kali ponselnya bergetar. Hari minggu baginya adalah waktu untuk hibernasi.



























Hari minggu adalah hari bermalas-malasan? Nampaknya itu tidak berlaku bagi seorang Sowon yang tengah berkutat di dapur memasak sarapan pagi ini. Tak ada libur untuk mengerjakan tugas-tugas rumah, ya contohnya memasak sarapan seperti yang sedang dilakukannya.

"Jam sembilan, pasti masih bersembunyi dibalik selimut." Gumam Sowon sesaat setelah mematikan kompor dan melihat jam di pergelangan tangannya.

Sarapan sudah terhidang di meja makan minimalis yang hanya memiliki dua kursi. "Perfect!" bibirnya mengukir senyum. Jemari lentiknya dengan lihai melepaskan aprons ungu kesayangannya.

Melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar. "Bangun jam tujuh apanya, sekarang saja masih bersembunyi seperti kura-kura." Ucapnya saat membuka pintu kamar yang dituju.

Disingkapkan tirai yang menutupi jendela besar, mempersilahkan cahaya masuk. Pria yang masih meringkuk di balik selimut tak bergeming sedikit pun. Nampaknya dia sedang pingsan di alam mimpinya.

Tanpa aba-aba Sowon menarik selimut yang menutupi si pria. Dia berjongkok menyamakan tingginya dengan kasur. Dipandanginya wajah terlelap di depannya. "Kau menggemaskan jika sedang tidur begini, seperti bayi. Ah kau memang bayi besarku." Dia terkekeh dalam hati.



Ffiiuuhhh.......



Ditiupnya wajah pria itu. Alih-alih bangun, pria itu memalingkan wajahnya ke arah lain. "Lima menit lagi," gumamnya dengan suara berat.













Sowon naik ke atas ranjang lantas memeluk si pria. "Bangun sayang, aku sudah selesai membuat sarapan." Diciuminya belakang kepala pria yang dipanggil dengan sebutan 'sayang'.

"Ini kan hari minggu sayang, juga masih pagi." Eunbi membalikkan badannya, tersenyum melihat Sowon. Sosok wanita yang baru beberapa bulan belakangan menjadi mantan kekasihnya ini.

"Jam sembilan sayang, sejak tadi ponsel mu bergetar. Sepertinya itu Eunha, kamu janji bertemu jam berapa dengan nya?" Sowon mengusap pipi Eunbi dengan ibu jarinya.

"Biarkan saja sayang, ini kan hari minggu. Tak apa telat sedikit, lagipula aku masih ingin seperti ini." Dia menarik tubuh Sowon untuk merapat, mengecup bibirnya lembut juga mengulumnya beberapa kali. Mengendus-mengendus leher jenjang Sowon kemudian membenamkan wajahnya pada leher hangat itu.

"Sayang harum banget sih? Mau menggoda aku ya?" Sinb mendongak tanpa melepaskan pelukannya.

"Untuk apa menggodamu sayang? Tanda darimu semalam pun masih sangat jelas." Sowon tersipu malu.

Eunbi memperhatikan leher Sowon, dan benar saja ada beberapa tanda merah gelap di leher indah Sowon. Melihat itu Eunbi tertawa, lalu menciumi dada juga leher Sowon berkali-kali. "Aku beruntung memilikimu sayang." Ucap Eunbi.













Sowon membiarkan Eunbi membenamkan diri dalam kehangatan rangkulannya. Namun bukan Eunbi namanya jika tangannya tidak melakukan hal-hal kreatif. Tangan Eunbi menelusup masuk di balik pakaian Sowon.

One Shot KSJ x HEB ( Sowon x SinB ) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang