benua

1.1K 108 0
                                    

; HenXiao ;

Huang Guanheng as Hendery Wong.

Xiao Dejun as Dejun, Xiaojun.

#

Diantara hilir mudik manusia yang bertalu-talu menghiasi perkotaan dan jalanan tanpa pernah kenal rasa lelah. Ketika orang-orang itu dengan tak acuh mengabaikan sesamanya, dan mementingkan urusan mereka sendiri. Hanya fokus pada gawai ataupun pikiran primitif mereka. Sulit sekali dipisahkan dari tekanan yang Kota itu berikan pada mereka untuk hidup.

Disanalah Hendery menemukan sosoknya. Berdiri dengan wajah dingin tanpa ekspresi, bahkan bola matanya tidak bergerak sama sekali dan begitu fokus ke depan. Dua garis tebal di atas kelopak mata miliknya selalu menegaskan bahwa dia, cukup tidak peduli pada apapun. Terserah apapun yang akan dilakukan orang-orang disekitarnya, dia tidak akan meresponnya.

Mengenakan seragam sekolah yang sama seperti milik Hendery, namun lebih rapi dan begitu berwibawa dibandingkan Hendery. Surai coklat gelapnya selalu disisir menutupi dahi, tidak seperti milik Hendery yang acak-acakan. Dia tidak memakai embel-embel apapun, hanya seragam, tas gendong, sepatu mengkilap dan sebuah pin emas di dada sebelah kiri. Yang menandakan dia dari kelas unggulan dimana rata-rata muridnya adalah murid cerdas. Sementara Hendery? look! dia bahkan tidak memakai sepatu hitam. Padahal diwajibkan bagi setiap murid memakai sepatu hitam. Rambutnya yang di cat menjadi warna biru gelap juga, lalu hanya membawa sebuah tas yang begitu ringan. Seragamnya juga tidak rapi dan dia menggunakan kemeja tanpa di kancing. Memperlihatkan kaus putih yang bergambar serial karikatur.

Tentunya dapat ditebak, klise, Hendery adalah pemuda nakal. Sementara sosok itu, bisa dianggap, yang teladan dan yang terbaik.

Apa yang terjadi jikalau, salah satu diantara mereka mengungkapkan perasaannya?. Itu yang disebut tidak terduga, sama seperti yang Hendery alami. Ketika suatu saat, dia sedang berkumpul bersama teman-temannya di 'markas'. Biasa, dengan tenang dia mengisap rokok juga bercanda gurau bersama yang lainnya. Tidak akan pernah menyangka, seorang dengan julukan 'yang teladan dan yang terbaik' datang dan memanggil namanya.

Bahkan pemuda itu tidak merubah ekspresi wajahnya. Masih kaku, dingin, dan tidak bersahabat. Hendery tidak tahu, dia salah apa sampai harus berurusan dengan pemuda itu.

"Apa?" Hendery menjawab dengan sarkas. Enggan menatap lawan bicaranya, karena dia tidak mampu menahan gejolak mengejutkan yang berada di dalam diri. Pemuda itu menatap Hendery lamat-lamat, seperti sebuah mesin pemindai yang bekerja diam-diam. Dua maniknya bergerak menelisik Hendery, yang di tatapan mati gaya, merasa terganggu, dan gugup seketika.

"Aku menyukaimu."

Hendery sampai tersedak saat mendengar dua kata itu mencelus dengan mudah. Bahkan yang mengatakannya saja tidak merubah tampilan wajahnya. Tetap datar, sialan, Hendery bisa jantungan kalau seperti ini. "Tapi aku tidak mengenalmu" Hendery berujar seraya memasukkan ujung rokok kedalam mulut. Menghisapnya, kemudian asap putih keluar dari tempat yang sama. Bohong dia kalau tidak mengenali siapa murid didepannya kini. Pemuda itu terdiam, lagi-lagi menatap Hendery dengan sepasang mata tajam bak elang.

Entah kenapa Hendery rasanya seperti di hantam ribuan beban berat. Dadanya sesak dan naik turun keras, rasa di gelitik juga menjalari perutnya. Tubuhnya bersikap dramatis saat ini. Pemuda dingin itu menarik tangan Hendery, mengambil putung rokok diantara jari Hendery, kemudian ikut menghisapnya.

"Heh!" Hendery ingin berteriak, menatap pemuda itu yang nampak terkejut pada sensasi nikotin dan tar didalam mulut. Alisnya sedikit berkedut tadi dan terbatuk pelan.

"Kau gila! itu berbahaya!"

Hendery merebut kembali rokok dan membuangnya dengan cepat. Dia tidak mengerti kenapa pemuda ini melakukan hal itu. Alis tebalnya menukik, manik karamelnya memandang Hendery dengan tajam. Hendery yang tadinya berteriak langsung membungkam mulut, bagaimana tatapan pemuda itu cukup melemahkan segenap kuasanya pada dirinya sendiri. Masih terbatuk, dia tidak memulai percakapan apapun.

"Itu berbahaya, maksudku kalau kau tidak pernah mencobanya- pasti menyakitkan juga" Hendery pernah merasakannya saat pertama kali mencoba benda itu. Sensasi awal yang cukup menyakitkan lamat-lamat berubah menjadi kenikmatan yang candu. Pemuda itu menyipitkan matanya, "Jujur..."

Dia berdehem keras, "Aku benci merasakan benda itu."

"Tapi aku ingin..."

Kalimat akhirnya tidak terduga menurut Hendery.

"Karena aku menyukaimu..."

[] WELCOME TO MY ANOTHER WORK(s)!

yonblind, with HenXiao

note!!

add this to your library and list.
don't forget to share!
and support me!

hey! touch the star ⭐!

meant to be⟪✔⟫ [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang