Suhu dingin sudah mengerubungi udara, semakin dingin dan dingin. Memaksa semua orang untuk merapatkan pakaian mereka, seandainya mereka punya pakaian hangat yang mampu menahan ekstremnya dingin ini. Sekalipun tidak, mereka hanya mampu bergelung di atas tempat tidur atau memeluk tubuh seerat mungkin. Hari ini adalah hari libur, kendati demikian Xiaojun tetap bangun dan mandi pagi. Itu sudah jadi kebiasannya, dan tidak berubah sama sekali. Pemuda Xiao menatap ke luar jendela kamar yang tertutup, pikirannya melayang jauh ke depan. Seraya sebuah buku bewarna merah berada di pangkuannya sama juga dengan bolpoin di salah satu tangannya.
Hari ini hari aneh, perasaan baru menggelayuti dadanya. Ada dorongan baru, ada banyak pikiran mengganggu. Tapi juga kekhawatiran tak terjelaskan, entah bagaimana semua itu datang tiba-tiba. Xiaojun mulai memikirkan Hendery terus-menerus setiap saat. Seakan-akan tak mau luput sejengkal-pun, ia menjadi rindu, sekitarnya tampak kosong tanpa kehadiran pemuda Wong itu.
Tapi ia menjadi malu, kejadian semalam tak bisa ia lupakan. Jadi, Xiaojun hanya memikirkan bagaimana reaksinya kalau bertemu Hendery, ah, mungkin dia akan sangat canggung. Tapi dia senang, perasaannya terbalas dan kini mereka adalah sepasang kekasih. Itu membuat jutaan kupu-kupu rasanya berterbangan di rongga perut dan dadanya. Kepalanya menjadi terasa ringan dan terbakar. Ia pasti akan merona, tersipu seperti seorang gadis jikalau bertemu Hendery. Entah bagaimana jadinya, Xiaojun tenggelam dalam bayangan afeksi.
Ngomong-ngomong soal Hendery, bagaimana keadaannya sekarang? Xiaojun ingat ada seorang wanita yang menjemputnya. Wanita muda yang sungguh tajam pandangannya, Ibunya berkata dia adalah Kakak perempuan Hendery. Wanita itu berambut pendek, dengan wajah laksmi, auranya elegan begitu kuat. Namun, juga mengintimidasi, sungguh terlihat berbeda dengan Hendery yang nampak bersahabat dan keren dalam artian pemuda menyenangkan.
Sayang sekali, Xiaojun belum mendapatkan nomor Hendery. Mungkin dia bisa meminta kawannya memberikannya tapi telfonnya tiba-tiba berbunyi.
Panggilan masuk, dari sebuah nomor tidak di kenal. Xiaojun jarang mendapat telfon dari orang asing, sungguh jarang. Sehingga rasa penasaran mendorongnya untuk menjawab panggilan misterius itu. Dengan ragu Xiaojun menggeser simbol hijau ke sisi layar dengan cepat, "Halo?" ia berbicara lebih dulu, dengan sedikit serak.
"Xiaojun? ini aku."
"Aku siapa?"
Terdengar suara nafas pelan, "Pacarmu."
Oh, wajah Xiaojun terasa terbakar kembali, pipinya merona dengan kata sekilas itu. "Bisa kita bertemu? maaf aku tidak bisa menjemputmu langsung, akan kutunggu kau di dekat halte biasanya."
Xiaojun mengangguk, "Oke, aku segera kesana."
Xiaojun langsung mengganti pakaian dan memakai jaket. Tak lupa saat keluar mengunci pintu, Ibunya maupun Ayahnya sudah berangkat entah kemana dari tadi. Dengan langkah terburu-buru Xiaojun setengah berlari menuju tempat yang dituju. Irisnya berusaha mencari sosok yang dinanti, ketika sudah ia temukan dengan cepat Xiaojun menghampirinya.
Hendery langsung menghadiahinya pelukan erat. Membuat Xiaojun tersenyum senang balas memeluk tubuh pemuda itu. Rasanya hangat, benar-benar hangat, melawan betapa kontrasnya iklim disekitar mereka yang cenderung menusuk kulit.
Tak luput juga sapaan bibir singkat yang perlahan-lahan menjadi candu baru. Tapi ada hal yang mengganjal, sesuatu yang tak kasat mata. Xiaojun menelisik kedalam tatapan pemuda itu, ada yang berbeda dari Hendery.
Sesuatu mungkin saja mengganggunya, karena wajahnya tidak utuh menunjukkan kebahagiaan.
Hendery menarik pipi Xiaojun gemas, sementara Xiaojun tetap diam diperlakukan seperti itu. "Ayo pergi mencari tempat, ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
meant to be⟪✔⟫ [REVISION]
Fanfic[➡️📚‼️]🔚 (🖇️) Xiaojun hanya penasaran akan sebuah perasaan namun takdir membawanya untuk jatuh hati kepada Hendery Wong. Berandal sekolah yang paling terkenal, hanya karena latar belakang keluarganya. Kisah mereka yang sederhana seolah bertemu ko...