Hukuman

18 21 1
                                    

Hari ini mereka berdua berangkat bersama menggunakan motor Mei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini mereka berdua berangkat bersama menggunakan motor Mei.

Pukul 6 pagi mereka sudah berangkat. Jey mengendarai motor dengan kecepatan sedang karena jalan sudah mulai ramai.

Tidak lama kemudian, mereka memasuki area sekolah yang mulai ramai. Jey memarkirkan motornya ditepi.

Mei turun dan memberikan helmnya kepada Jey. Jey menerima helm Mei dan meletakkan helm mereka dengan rapi dan mengajak Mei masuk ke kelas.

"Ayo" Ajak Jey dengan menggandeng Mei. Mereka berjalan beriringan menuju kelas.

___

Sampai di kelas, Jey menarik bangku Mei dan sedikit membungkukkan badan. "Silahkan tuan putri" Ucapnya.

Mei tersenyum, " Terimakasih pelayanan" Balasnya dengan menahan tawa.

Jey dan Mei saling menatap, "Hahahaa" Tawa mereka berdua pecah bersama.

Jey meletakkan tasnya dan melangkah. Mei melihat Jey melangkah lantas menahannya. "Kemana?"

"Bolos di pojok belakang" Jawab Jey dengan terus berjalan. Mei menghembuskan nafas kasar.

___

Hari ini jam pertama diisi olahraga. Mei segera ganti seragam olga. Setelahnya ia dan teman-temannya menuju lapangan untuk pemanasan terlebih dahulu.

"Selamat pagi semua" Sapa guru itu. "Pagiii" Jawab semua.

"Silahkan baris dan saya absen" Ucapnya sambil membuka lembar absen.

Semua sudah diabsen, hanya satu anak yang tidak hadir, "Rendra?" Tanya guru itu.

"Bolos pak" Jawab salah satu dari mereka. Mei menatap siswa yang mengadukan Jey. Mei mengedarkan pandangan dan menatap sosok Jey dipinggir lapangan.

"Itu Jey pak" Ujarnya dan melambaikan tangannya ke Jey. Semua ikut menatap ke arah Jey.

"Rendra, sini kamu" Panggil guru itu. Jey mendekati guru itu dengan santai. "Kenapa pak?" Tanyanya.

"Kemana seragam olahraga kamu?" Tanya guru itu dengan kesal. "Males pak, panas" Jawab Jey membuat emosi guru itu menaik.

"Sekarang berdiri ditengah lapangan menghadap tiang bendera sampai jam istirahat!" Ucap guru itu dengan emosi.

Jey berjalan santai menuju tengah lapangan dan menjalankan hukuman. Dia menjadi objek utama.

Wajahnya yang ganteng, rambut berantakan, seragam keluar sebelah, lengan digulung, keringat dipelipis. cool.

Mei menatap Jey dari barisan. Ia mencari cara agar Jey tidak sendirian. Ia mengumpulkan keberanian, "Pak seragam Jey saya pakai, jadi Jey gak ikut olahraga, kalo Jey dihukum saya juga" Ucapnya dan mendekati Jey.

Jey menoleh saat merasa ada yang datang. Ia menatap Mei dan menoleh ke arah barisan.

"Dihukum kenapa lo?" Tanya Jey heran. "Kita sahabatan, suka duka bareng-bareng, dimanapun dan kapanpun itu" Ucap Mei dengan senyum lebar.

Jey tersenyum melihat pengucapan Mei. Sahabat yang baik.

Senyuman itu tertangkap mata para kaum hawa. Membuat kaum hawa teriak - teriak tidak jelas.

"Gak usah senyum, tuh pada kerasukan semua" Ucap Mei dengan sebal. Jey mengusap pucuk kepala Mei dengan gemas.

Akhirnya mereka berdiri ditengah sana sampai jam istirahat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang