“Selamat pagi...” Eun Chae menyapa wanita paruh baya yang terlihat sangat sibuk menaikan barang-barang ke atas mobil pick-up.
“Pagi.” balasnya singkat sambil menatap tajam kearah Eun Chae.
“Nenek Seo menyuruh saya untuk datang kemari untuk bertemu dengan nyonya Park...”
“Jadi kau yang bernama Eun Chae, Song Eun Chae.” kata wanita itu tersenyum. “Ah...aku nyonya Park yang kau maksud. Nenek Seo sudah mengatakan kalau kau butuh pekerjaan. Apa kau bisa mulai sekarang?” tanya nyonya Park yang langsung disambut anggukan kepala oleh Eun Chae. “Baiklah...kalau begitu kau bisa membantuku menaikkan barang-barang ini ke atas mobil pick-up, kan?” kata nyonya Park menunjuk semua barang yang harus Eun Chae angkut. Eun Chae mengangguk dan langsung memindahkan barang-barang itu.
“Nyonya Park...ada lagi yang harus saya kerjakan?” tanya Eun Chae tak memperdulikan nafasnya yang naik-turun akibat ia ingin membuat kesan baik majikan barunya itu.
“Ayo naik ke mobil...” teriak nyonya Park yang telah berada dibelakang kemudi. Eun Chae yang melongok ke dalam, langsung naik dan duduk disebelah nyonya Park. “Pasang sabuk pengaman mu.” tunjuk nyonya Park pada seatbelt yang belum Eun Chae pasang.
“Ah~ baik...” Eun Chae menganguk. Ia hanya diam saja menyaksikan bagaimana lihainya nyonya Park membawa kendaraan. Ia manita bertubuh besar yang penuh semangat dan ceria. Ia mengikuti semua lagu yang bertputar keluar dari dalam radio mobil.
“Kita samapai. Cepat kau bantu akau menurunkan barang-barang di mobil dan ikuti aku.” perintah nyonya Park sambil tersenyum. Eun Chae mengangguk patuh. Melihat bagaimana nyonya Park bekerja, ia menjadi bersemangat.
Eun Chae mulai menurunkan satu per satu barang dari atas mobil pick-up. Di depannya kini berdiri gedung-gedung yang besar dan saling berhubungan dalam area yang luas. Ia tahu tempat itu, paling tidak dari apa yang ia baca ketika memasuki area depan.
“Ini salah satu Universitas terkenal dan termahal di negara ini. Semua yang bersekolah di sini adalah anak-anak orang kaya.” kata nyonya Park menerangkan. Eun Chae hanya mengangguk pelan. Meski ia pernah mendengar tentang Universitas ini, tapi ini pertama kalinya ia masuk ke dalam area sebuah Universitas. “Berapa usia mu? Aku lihat kau sepantaran anakku, apa kau tidak bersekolah?” tanya nyonya Park memandang Eun Chae yang berjalan mengikutinya dari belakang.
“19 tahun. Aku tidak lulus SMA, nyonya Park.” kata Eun Chae. Meski ia memaksakan diri terlihat biasa-biasa saja, tapi nyonya Park bisa menangkap nada sedih dalam ucapannya itu.
“Oh...anak yang malang.” kata nyonya Park meletakkan bawaannya dan langsung memeluk Eun Chae. “Aku mendengar sedikit kisah mu dari nenek Seo. Ah...kau anak yang kuat.” kata nyonya Park melepas pelukannya dan tersenyum. Senyuman nyonya Park begitu manis. “Oh~ mengapa kau menangis sayang?” tanya nyonya Park merasa khawatir melihat reaksi Eun Chae yang tiba-tiba menangis.
“Ah~ tidak, nyonya Park hanya saja senyum anda begitu cantik.” jawab Eun Chae malu-malu sambil melap airmatanya.
“Owh...kau anak yang sangat manis...” nyonya Park mengelus pipi Eun Chae. “Hosh...andai anak ku semanis kau.”
“Jangan bilang seperti itu, nyonya Park.” kata-kata nyonya Park membuat Eun Chae merasa senang sekaligus tak enak.
“Hahaha...bukan itu maksud ku Eun-ah. Jangan merasa terbebani karena yang ku maksud adalah anak ku seorang laki-laki. Dia sangat tidak manis. Tapi ku harap kalian nanti bisa berteman.” kata nyonya Park.
“Apa ia juga berkuliah disini?” tanya Eun Chae sambil membereskan barang-barang yang tadi sudah selesai diturunkan.
“Tidak. Dia berkuliah ditempat lain. Sudah ku bilangkan kalau ini Universitas yang sangat mahal.” nyonya Park menggerlingkan matanya. Eun Chae tersenyum mengangguk.