01

13 3 1
                                    

"Fisik sempurna jadi pesona"

.

.

.

17 tahun kemudian

"Dad"

Barend yang sedang sibuk dengan berkas perusahaannya, menyempatkan diri untuk menyahuti panggilan dari anak tunggalnya itu.

"Iya? Kenapa?" Sahutnya sambil membenarkan kaca matanya.

"Raka boleh pindah ke SMA Metamorf?" Tanya Raka, anaknya.

"Kenapa mau pindah kesana? Baru juga masuk 3 bulan. Ada masalah di sekolah?"

"Enggak sih, nggak ada. Kalo alasannya, Raka males dad kumpul sama anak anak elite. Membosankan" Jelas Raka sambil memutar bola matanya.

"Oke, nanti daddy pindahin. Asal nilai harus di tingkatkan"

"Siap dad, thanks you daddy" Raka langsung melesat dari ruang kerja sang ayah.

Membahas tentang Raka, sifat Raka itu tidak bisa diibaratkan dengan satu kata. Mungkin di sekolah dia terkenal sangat cerdas sehingga semua warga sekolah memandangnya terhormat. Dan Raka juga menjaga kehormatan itu, tapi saat dirumah Raka tetaplah little mafia.
Little mafia? Tidak dapat dijelaskan pastinya.

Sifat random Raka terkadang membuat Barend maupun Rania bingung dengan tujuan Raka.
Seperti saat ini, Raka sedang menemani sang ibunda di dapur.

"Mom, tau nggak?"

"Hum? Apa?"

"Kalo Raka paling ganteng satu sekolah. Mangkanya Raka minta daddy pindahin sekolah" Ungkap Raka dengan wajah yang dibuat buat mempesona.

"Loh? Kenapa harus pindah?" Tanya Rania heran dengan permintaan anaknya itu.

"Raka mau cari saingan, mom"

"OH JADI SELAMA INI RAKA SEKOLAH CUMA BUAT CARI SAINGAN?!" Nada bicara Rania meninggi. Lalu memukul pelan punggung Raka dengan teflon yang akan ia gunakan untuk masak.

"Ampun mom. Nggak gitu, cuma males aja jadi pusat perhatian. Cewe cewe pasti bilang aduh raka ganteng banget cape mom dikejar kejar" Raut wajah Raka berubah menjadi sendu.

Rania tampak berpikir, mungkin kali ini anaknya itu tidak sedang bercanda. Karena ketampanan Barend benar benar menurun pada Raka. Wajah garang dan mempesona itu dapat menarik perhatian banyak orang dalam sekali tatapan.

"Jadi, mau pindah kemana?"

"SMA Metamorf"

Seketika Rania menghentikan aktivitasnya. Lalu menatap Raka penuh pertanyaan.

"Kenapa mom? Daddy juga udah izinin"

"Em? Oh, nggak. Bagus deh kalo daddy udah izinin"

Melihat tatapan ibunya yang seperti menyembunyikan sesuatu, Raka sangat penasaran akan itu. Tapi dia tak mungkin menanyakan itu pada sang ibunda. Karena Rania tak akan menjawab apa yang sebenarnya terjadi. Dan ini dianggap Raka sebagai misteri yang harus di selesaikan.

92 Days [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang