07

4 1 0
                                    

"Pertemuan tak terduga menciptakan keadaan yang tak terduga pula"

.

.

.

Pagi hari telah tiba, Kamal mengirim pesan kepada wali kelasnya. Ia ijin untuk tidak masuk hari ini dengan alasan acara keluarga, karena ajakan Ziqo untuk menemui pemilik Brigle Group.

Kini mereka berdua telah sampai di kediaman Barend. Melihat rumah sangat mewah itu, Marziqo tercengang.

"Wow, I mean he's a good mafia"

Saat mau memasuki rumah itu, mereka dicegat oleh dua satpam yang menjaga pintu gerbang.

"Ini benar rumah pemilik Brigle Group?" Tanya Marziqo.

"Kalian siapa?" Tanya salah satu satpam.

"Saya temannya" Jawab Marziqo santai.

"Kalian sudah membuat janji dengan tuan Barend?"

Marziqo menoleh ke arah Kamal, dengan segera Kamal menggelengkan kepala. Dia langsung mengambil ponselnya, menghubungi nomor yang diberi nama 'Rakanjing'

"Lo dimana?" Tanya Kamal.

"Sekolah, why?" Sahut Raka dari seberang sana.

"Shit. Bokap lo ada dirumah?"

"Mau ngapain lo?"

"Bacot, tinggal kasih tau apa susahnya?"

"Lo jangan aneh-aneh"

"Gue nggak sendiri. Gue sama om gue, dia mau ngobrol sama bokap lo"

"Oh, kasih hp lo ke satpam gue" Kamal memberikan hpnya pada salah satu satpam itu. "Hubungi daddy dulu" Kata Raka dan mendapat anggukan dari sang satpam.

Tak lama, akhirnya mereka berdua diperbolehkan masuk. Mereka langsung menuju gazebo belakang. Kamal sangat ogah-ogahan untuk berjalan menuju gazebo belakang rumah sebesar itu. Andai saja tidak ada Marziqo, mungkin saja Kamal lebih memilih datang sekolah daripada harus ke tempat ini. Entah kenapa dendam Kamal masih besar walaupun Raka sering menjelaskan bahwa Daddy nya tidak ikut campur atas urusan ini.

"Permisi" Ucap Marziqo ketika melihat seorang pria yang ada di gazebo itu.

Pria itu menoleh, membuatnya dan Marziqo saling berpandangan. "Barend?" Tanya Marziqo setelah mengamati beberapa saat wajah Barend.

"Bos Ziqo?" Sahut Barend.

Sedangkan Kamal sekarang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. "Bos? Kalian saling kenal?" Tanya Kamal.

"Barend dulu anak buah Om, sekaligus teman dekat ayahmu waktu di Perancis" Marziqo memberi penjelasan pada Kamal.

"Lantas kenapa om Barend bunuh ayah?" Kamal tak bisa menahan emosinya.

Sedangkan Barend sangat bingung dengan keadaan ini. "Bunuh? Maksut kamu, Deddy sudah meninggal?"

"Iya, kan om yang bunuh"

92 Days [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang