12

5 1 0
                                    

"Barka Djohardika Petro"

Ketiga pria itu menatap Silla dengan tatapan tak percaya. "Bercanda lo" Kata Juna.

"Ngga, dan kalian jangan pikir gue jadi musuh dalam selimut. Karena sebenarnya gue juga pengen jatuhin bokap gue" Kata Silla.

"Jadi selama ini lo tau semua?" Tanya Raka.

Silla menggeleng pelan. "Gue ngga tau pasti, tapi bener kata kak Rizki tadi, semua ini berawal dari bokap lo, Rak. Setahu gue sih gitu"

Raka terlihat sangat depresi, dia sangat bingung dengan semua ini. Sedangkan Rizki membantu Raka untuk menenangkan dirinya.

"Menurut gue, mending tanya langsung ke bokap lo" Usul Rizki.

Dengan tekad penuh, Raka mengiyakan perkataan Rizki dan mempersiapkan diri untuk menanyakan ini semua kepada sang ayah.

"Gue cabut dulu" Kata Raka.

Selama perjalanan, Raka sangat gugup. Dia takut jika Barend tidak ingin memberitahu masalalunya, atau bahkan menghukumnya karena lancang menanyakan hal yang bisa jadi privasi bagi Barend.

"Mom, daddy mana?" Tanya Raka kepada Rania yang sedang duduk santai di ruang tengah.

"Dikamar, kenapa?" Raka hanya menggeleng. Lalu masuk kedalam kamar Barend.

"Dad"

Barend menoleh "Kenapa?"

"Raka mau tanya sesuatu yang cukup penting" Dahi Barend berkerut. "Masa kelam apa yang Daddy perbuat hingga menyebabkan balas dendam ini terjadi?"

Mata Barend membulat, mendengar Raka bertanya tentang hal yang tak pernah ia duga. "Balas dendam? Apa mungkin semua ada hubungannya dengan Bos Petro?"

"Bos Petro?"

"Biar Daddy perjelas. Jadi dulu ada pengusaha sukses sekaligus mafia indonesia yang paling terkenal. Namanya Bos Petro, dia membuat taruhan kepada Daddy, jika Daddy bisa melawan mafia Perancis, maka Daddy akan mendapat perusahan Brigle itu" Kata Barend.

"Mafia Perancis? Om Marziqo?"

Barend mengangguk. "Tapi akhirnya, Daddy bekerja sama dengan Bos Ziqo. Dia tiba-tiba tidak ada kabar sehingga membuat namanya lenyap, dan itu membuat Bos Petro percaya kalo Daddy berhasil mengalahkan Bos Ziqo"

Raka mengangguk paham. "Jadi Barka siapanya Bos Petro itu?"

"Barka? Direktur Brigle Group dua tahun lalu?"

"Dad, bahaya ini" Raka langsung mengambil ponsel untuk menghubungi Kamal.

Tut... tut....

Tut... tut... tut....

"Shit! Angkat Mal"

Tak lama, panggilan itu diangkat.

"Mal, bahaya ini!"

"Halo Raka? Apa yang bahaya?" Bukan suara Kamal, melainkan Naya. Raka mengenal jelas suara itu.

"Nay? Lo lagi sama Kamal? Kamal mana?"

"Lagi ngegym, kenapa?"

"Gue minta tolong kasih hpnya ke Kamal"

"Oke, baiklah. KAMAL! RAKA NELPON NIH!" Seru Naya.

Akhirnya ponsel itu berada di tangan Kamal. "Kenapa Rak?"

"Bahaya, gue udah tau siapa Barka sebenarnya"

"Oke kita bahas nanti, sama Om Marziqo juga"

"Oke"

~•~•~•~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

92 Days [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang