10

2 1 0
                                    

Raka dan Kamal kini menikmati minuman yang mereka beli dari kantin di markas Kamal yang berada dibelakang sekolah.

"Rak, gatel nggak sih tangan lo?"

"Nggak"

"Pengen turun tangan nggak sih lo?"

Raka melirik Kamal yang terlihat seperti orang yang sedang meratapi nasib. "Pengen. Tapi gue dah yakin banget sih kalo itu si Janu. Masih nggak kapok juga tuh keluarga, udah lumpuh satu juga" Kata Raka lalu meneguk minumannya.

"Lumpuh?" Tanya Kamal heran.

"Lo inget Barka?" Kamal mengangguk. "Dulu dia dikabarkan lumpuh karena kecelakaan, itu gue yang sabotase mobilnya" Mendengar pernyataan Raka membuat Kamal menganga.

"Gila bener"

"Karena lo. Perasaan gue nggak enak waktu denger Barka ngadain pesta kecil-kecilan di kantornya tepat setelah kabar bokap lo meninggal. Waktu itu gue nggak banyak mikir, jadi gue sabotase aja mobilnya. Gue rasa dia yang bunuh bokap lo" Jelas Raka. Kamal sangat terkejut mendengar pernyataan ini.

"Gue bener-bener nggak tau Rak kalo lo mikirin gue" Kata Kamal.

"Ya gimana pun kalo gue jadi lo bakal mikir juga kalo Bos Barend yang bunuh bokap lo"

"Sorry Rak"

"Santai" Raka menepuk pundak Kamal. "Sekarang mending kita fokus ungkap yang sebenernya terjadi"

Kamal mengangguk, "Kira-kira berapa orang ya di markas mereka?"

"Tujuh"

"Lo tau darimana?"

Raka menunjukkan ponselnya, pesan dari orang yang dikirim oleh Marziqo untuk memantau markas itu "Tujuh orang penghuni markas ini" Tulisan yang ada dichatnya.

Kamal tampak memikir, Raka pun juga sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tiba-tiba pintu markas terbuka. "Rak, Mal, sepertinya kita ketahuan. Tiba-tiba nomer itu nggak bisa dilacak" Seru Silla.

"Bitch"

"Kita harus gimana?" Tanya Raka.

"Hubungi om Marziqo"

Kamal langsung memberitahu kabar itu kepada Marziqo. Dan benar saja, Marziqo telah mengetahuinya terlebih dahulu. Kamal, Raka, dan Silla diminta untuk tidak ikut campur saat ini. Karena itu sangat bahaya, mereka ternyata bukanlah penjahat biasa.

Raka sangat panik, dia benar-benar takut akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Apalagi tentang Naya.

"Tenang Rak, lo percaya aja sama om Ziqo. Bokap lo aja percaya" Kata Kamal menenangkan.

"Naya mana?" Tanya Raka.

"Di kelas"

Raka langsung meninggalkan Kamal dan Silla serta markas milik Kamal dkk.

"Bajingan prematur. Gue kira dia panik karena ketahuan, ternyata karena Naya" Guman Kamal yang dapat didengar oleh Silla.

"Sabar aja Mal"

"Tapi gue juga khawatir sama Naya" Kamal ikut pergi meninggalkan Silla sendiri.

"Bajingan prematur, pada bucin" Gumam Silla mengikuti perkataan Kamal.

~•~•~•~

Raka baru saja sampai di kelas, dia melihat Naya yang sedang berdiri didepan papan tulis, yang sepertinya sedang bergurau dengan Galang.

92 Days [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang