Prolog

3 4 0
                                    

Kau itu seperti batu es. Dingin dan tak punya perasaan. Walau begitu, kau sangat baik untuk di jadikan teman. Yah aku berteman dengan balok es. Cowok paling pucat di sekolah. Walaupun begitu, kita memiliki banyak persamaan. Kita sama-sama menyukai warna ungu, dan kita menyukai jus alpukat.

Kau sangat menyukai bunga lafender yang berwarna ungu, Menurutmu bunga itu harum dan cantik. Dan aku menyukai bunga mawar berwarna ungu. Yah, tentu saja mawar itu harum, dan indah. Tapi mawar punya duri yang tajam. Jadi, tidak banyak orang yang berani memegang atau memetik bunga cantik itu. Seperti diriku yang di takuti oleh para lelaki.

Kau memang dingin. Tapi ntah kenapa, kedinginanmu lah yang membuatku suka padamu. Haruskah aku jujur, bahwa aku benci saat kau nampak tak menyadari itu. Ku coba memunahkan perasaan yang mengganggu pertemanan kita ini. Namun, hatiku tak bisa di bohongi. Setiap kita bertemu dan bermain. Kau selalu membuatku tak bisa menampik perasaan itu. Perasaan yang selalu membesar di kala kita berteman lebih dekat.

Ku sadari, bahwa itu menggangguku. Mengganggu batin dan hatiku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengatakannya padamu, mengharapkan pengertianmu dengan perasaan labilku ini.

Dengan usaha yang sedemikian rupa, dan niat yang selalu ku kuatkan. Aku berhasil mengungkapkannya padamu. Tapi Jawabanmu, tak sesuai yang kuharapkan. Kau menganggapku hanya sekedar teman. Dan aku menyadari bahwa hanya aku yang memiliki perasaan lebih itu. Namun kenapa, kau justru menjauhiku.

Dan akhirnya aku harus menerima perpisahan yang di sebabakn oleh diriku sendiri. Perpisahan pertemanan yang tiba-tiba seperti bunga layu. Ntah itu bunga mawar atau bunga lafender kesukaanmu.

Aku menyesal, karena sudah mengatakan itu padamu. Seharusnya aku tetap memendamnya. Agar kita tetap bersama. Namun, takdir itu tak bisa di rubah. Kau sekarang sudah seperti batu es yang nampak dingin sekali. Dan aku tak berani menyetuhmu. Karena kedinginanmu yang nampak seperti kutub utara. Aku hanya bisa melupakan mu, melupakan semua persahabatan kita. Dan melupakan secuit perasaan cinta pertama ini.

                             ****

Mawar EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang