6

1 2 0
                                    

Langkah kaki itu semakin di percepat. Rasanya ia ingin segera pergi dari hadapan serangga menjengkelkan itu.

“Lani... tunggu....” Pangilnya tak henti-henti membuat dirinya semakin berdoa meminta perlindungan.

Akhir-akhir ini hidupnya tidak tenang, karena serangga itu sering mengganggunya. Sekarang dia sungguh tak berdaya. Andai saja dia bisa memukul cowok itu mungkin masalahnya akan segera terselesaikan, dan serangga itu bisa hilang dari hidupnya. Tapi, ia masih mengingat perjanjiannya dengan guru BK. Jika dia kembali berulah, orang taunya akan di panggil. Dan itu lebih meyeramkan. Karena ia tidak ingin dapat omel ibunya.

“Ah akhirnya, aku bisa mengejar kamu.” Indra berseru setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan gadis yang kini sudah mengumpat dalam hati.

“Kenapa buru-buru banget sih cantik. Aku kan pengen ngobrol sama kamu.”

Lani menghela nafas lelah, dan menghentikan langkahnya. Dengan begitu laki-laki itupun ikut berhenti.

“Elu mau ngomong apa mau gue hah!. Kalu gak penting mening elu pergi aja. Atau gak gue....” Ucapannya terhenti.

“Kenapa? Elu mau mukul gue. Silahkan, gue gak keberatan. Tapi... yah paling kamu nanti masuk ruang BK lagi, kalu ngelukain cowok tampan kaya aku.”

“ Gue denger elu punya janji ama guru BK.” Goda laki-laki itu.

Lani mendecih. Sialan cowok ini mengetahu perjanjiannya dengan guru BK. Membautanya tidak bisa berbuat macam-macam pada serangga sombong ini.

“Elu mau ngomong apa. Buruan!.” Lani menegas.

“Eh tenang. Santai dulu dong cantik. Aku juga baru tarik nafas nih, capek abis ngejar kamu.”

Siapa suruh dia mengejarnya, dasar aneh.

Lani mendengus dan kembali melangkah dan langsung di ikutu Indra.

“Lani tunggu dong. Aku Cuma pengen minta nomor....”

“Kalu elu pengen minta nomor temen gue. Langsung minta ama dia aja. Jangan nanya ke gue.” Potong Lani sepontan.

“Eh, siapa juga yang mau minta nomor hp temen kamu. Orang aku mau minta nomor hp kamu ko.” Indra melanjutkan perkataanya.

“Gak bakal gue kasih. Ngerti!.” Lani memincingkan matanya pada lelaki itu, dan berlalu pergi.

Indra menyunggingkan senyumnya, merasa gemas pada gadis itu. Ia tidak akan menyerah samapi di situ, gadis singa. Ia adalah cowok playboy yang tak mudah meyerah. Dia akan berusaha melakukan apa pun demi cewek incarannya. Walupun cewek itu hanya sebatas taruhan.

***

“Hei Lani.” Revel mendekat pada Lani setelah dirinya berhasil menemukan cewek itu tengah berjalan sambil memakan cemilan.

“Apa.” Jawab Lani malas. Iya ini ada satu sepesies sama seperti Indra. Tapi Ravel lebih sedikit tenang di bandingkan teman-temannya. Jadi Lani bisa menahan diri lebih sabar agar tidak menghajarnya. Walaupun ia sama-sama meyebalkan, karena selalu mengganggu jam istirahatnya.

“Ini buat kamu.” Ia meyodorkan sektangkai mawar ungu pada Lani, dengan senyum yang merekah di bibirnya. Menurut cewek lain, senyum laki-laki ini sangat manis. Tapi menurut Lani itu sangat menggelikan. Membaut tangannya gatal, ingin menamparnya. Tapi niatnya terheti setelah melihat mawar itu.

“Mawar ungu?.” Ucapnya tak percaya.

“Iya ini mawar ungu. Ada yang bilang kalu kamu suka mawar ungu. Jadi aku belikan itu untukmu.” Jelasnya.

Mawar EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang