8

0 0 0
                                    

Dua remaja itu akhirnya memutuskan makan siang di hari liburnya ini. Karena mereka tidak sengaja beretemu. Lani tidak tau harus berbuat apa. Dia hanya memandangi menu, dan Putra masih sibuk dengan telepon perseginya.

“Kamu mau pesen apa Lan?.” Putra akhirnyaa bersuara. Ia meletakan henponnya dan meraih menu lestoran.

“Hmmm, aku mau pesan sepageti saja Put.” Jawabnya dan Putra memanggil pelayan lestoran.

“Saya pesan sepageti dua, dan jus alpukatnya dua.” Ucapnya pada Pelayan yang sudah datang. Dan Pelayan itu pergi setelah menyatat pesenan Putra.

Lani hanya memandang Putra bingung. Bagai mana dia masih mengingat kalu dia suka jus alpukat.

“Apa kau tidak mau memesan minumannya juga?.” Putra bertanya karena melihat Lani keheranan padanya.

Lani tersentak. “Ah.. itu....”

“Aku sudah tau. Kalu kamu pasti memesan minuman itu. Jadi jangan kaget seperti itu.” Putra berucap membuat Lani memalingkan wajahnya pada menu lagi.

Haruskah dia bahagia. Bahwa lelaki di hadapannya masih mengingat minuman, yang di sukai mereka. Dan tempat lestoran yang sering mereka kunjungi.

“Apa kau masih ingin memesan Lan?.” Putra bertanya melihat Lani masih memandangi menu.

Lani menoleh pada lelaki itu, dan langsung menaruh buku menu ke meja. Bisa-bisa dia tidak menyadari itu.

“Hmm kenapa kamu memesan makan yang sama?. Padahal di sini banyak makanan yang tersedia.” Lani bertanya heran. Hanya ingin mencoba mengusir kecanggungannya.

“Aku hanya tidak tau mau pesan apa. Jadi aku mengikuti pesenan kamu saja.” Jawabnya.

Lani memandang lelaki itu. Sudah lama sekali dia tak menadang wajah datar itu. Dan sudah lama ia tak mendengar suaranya. Namun kali ini suaranya bisa terdengar lagi olehnya. Suara yang selalu memastikan di setiap katanya masih ada kata kedataran.

“Put terima kasih.” Ucapnya pelan, dan Putra mengerutkan alisnya bingung.

“Terima kasih untuk apa?.”

“Terima kasih karena mengajakku makan siang.” Dia memalingkan wajahnya. Dan Putra hanya memandang gadis itu. Sudah lama juga bagi dirinya, tidak melihat pipi merah dan rambut bergelombang itu.

Setelah beberapa menit, makanan pesanan mereka datang, dan mereka pun menyantap makannya.

“Bagai mana sekolahmu?.” Putra tiba-tiba bertanya, dengan begitu Lani mengehentikan suapannya dan memandang lelaki itu lagi.

“Sekolahku?.” Lani bingung dan Putra hanya mengaguk saja.

“Hmm sekolahku baik.” Kenapa dia menaya seperti itu. Sudah tau kalu mereka sekolah di sekolah yang sama. Dan kenapa dia tidak mengetahui kabarnya di sekolah. Apakah lelaki itu tidak pernah memperhatikannya. Ah kenapa dia berpikir begitu. Tentu saja lelaki es ini tidak mengetahuinya, dia kan orang yang bodo amat.

“Hanya saja, aku sedikit kelelahan, karena akhir-akhir ini banyak cowok yang menggaguku. Membuatku malas untuk bersekolah.” Lanjutnya dan menyatap makannya lagi.

“Iya mungkin akhir-akhir ini kau akan di ganggu beberapa cowok.” Putra berucap sambil memakan sepagetinya dan Lani memandangnya bingung.

“Apa maksudmu?.” Lani bertanya bingung. Dan Putra baru menyadari bahwa dia telah mengucapkan hal yang seharunya tidak di ucapkan.

“Iya kan kau bilang tadi kalu ada beberapa cowok mengganggumu akhir-akhir ini. Mungkin seterusnya akan seperti itu.” Putra berusaha bersikap biasa saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mawar EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang