4

1 1 0
                                    

Dia berdiri di depan gerbang sekolahnya, sesekali ia melirik kekiri dan kekanan. Seperti biasa ia sedang menungu jemputan kakaknya. Lani mendumal dengan pikirannya, karena kakaknya tidak datang-datang. Itu di wajari bagi laki-laki kantor sepertinya. Walupun ia hanya staf biasa di kantornya. Tapi pria itu sungguh sangat pekerja keras.

“Hei Lani. Lagi nunggu siapa?.” Cowok itu berhasil membuyarkan lamunannya.

Lani melirik pada pria itu malas. Ayolah kenapa nih kecowa datang lagi.

“Lagi nunggu jemputan.” Jawabnya datar.

“Hmmm, mening ikut aku saja.” Ujar cowok bernama indra itu.

“Eh Lani, elo di sini teryata. Gue anterin pulang yah.” Tiba-tiba satu cowok lagi datang, bernama Revel.

“Apaan lo. Tiba-tiba datang, wolang gue yang ngajakin pulang duluan juga.” Indra tak terima.

Lani saat ini sedang menahan emosinya. Masih diam mendengarkan pria yang berada di sisi kanan dan kirinya.

“Ayo Lan, bareng gue aja. Gue bawa mobil.” Rujuk indra.

“Jangan ama dia. Dia bawa motor tua, nanti mogok.” Lanjutnya. Lalu pria yang di ejek langsung marah bukan main.

“Whaaa ni anak ngajak berantem ama gue hah!.” Teriaknya.

“Woy elu pada pada ngapain sih!.” Teriak cowok dengan jaket hitam, bernama Anton. Dan tiga manusia itu melirik pada asal suara itu.

“Lani kan mau bareng ama gue. Iya kan lan?.” Ucapnya sambil memainkan alisnya pada Lani. Dan itu berhasil, membuat Lani jijik melihatnya.

“Eh dia ikut gue lah ajim.” Sungut Revel.

“Eh jangan ngegas lu ajink.” Sautnyaa tak kalah ngegas.

Ayolah ini kenapa tiga serangga ini ada di sini. Merebutkannya untuk mengajaknya pulang bareng. Tapi ia tidak ingin sekalipun pulang bersama tiga kecowa ini.

Rasanya ingin sekali ia menyemprotkan obat serangga kepada mereka. Agar mereka tak mengganggunya lagi. Tapi ia masih diam saja tak mengubris ketiga orang itu. Sepertinya ia sudah kehabisan tenaga, karena tadi ada ulangan mendadak, yang membuatnya kini masih pusing. Tapi kini, dia di beri ujian lagi, oleh tiga orang menyebalkan. Itu membuat kepalanya ingin meledak.

“Lani kamu mau ikut siapa?.” Ravel menaya setelah ketiga cowok itu sedikit tenang dengan perdebatannya.

Lani menatap ketiga pria itu. Tapi dia tak punya berniat pulang bersama mereka. Dia tidak terlalu mengenal anak Ipa ini.

Disaat itu, kemudian satu motor berhenti tak jauh dari kerumunannya, itu berhasil membuatnya girang dan lega. tak pikir panjang ia berlari ke motor itu, meninggalkan tiga cowok itu yang kini, tersakiti karena di abaikan.

“Elo bikin masalah apa lagi. Sampe di kerumunin cowok gitu.” Pria yang membawa motor itu sedikit menggoda. Melihat adiknya tadi, sedang di perebutin beberapa cowok remaja.

“Ah bacot. Buruaan jalan.” Dengusnya setelah menaiki motor kakaknya itu.
Dan dengan begitu, Semiy menjalankan motornya.

Akhirnya Lani bisa bernapas lega juga. Dan akhirnya ia terhindar dari ketiga kecowa itu.

“Elu bikin masalah lagi di sekolah dek?.” Tanya Semiy.

“Ih gak loh kak. Gue dah bersikap baik ko di sekolah.” Jawabnya.

“Lalu tuh cowok kenapa ngerumunin elu gitu. Bukanya setau kakak elu di takutin para cowok.”

“Gak tau lah kak. Mereka pada ngegangguin gue mulu.” Gerutu nya.

“Kalu mereka macem-macem ama elu. Bilanga aja ama kakak.” Ujar kakaknya.

“Gak, biar nanti Lani hajar mereka, kalu macem-macem ama Lani.” Ucapnya dan itu berhasil membuat kakaknya terkekeh. Adiknya ini memang jagoan dari kecil. Ia memang sudah terlihat barbar dari kecil dan dia juga dari kecil suka sekali dengan tekwondo. Jadi ia memang jago dengan bela diri. Tak salah jika kakaknya sedikit bernapas lega karena adiknya bisa menjaga dirinya sendiri. Namun begitu ia masih sedikit khawatir dengan adiknya ini. Ia memang terlihat garang dan barbar. Namun tidak banyak orang yang tau bahwa adiknya ini sangat sensitif.

“Kak....” Ucapnya sedikit manja dan memeluk tubuh kakaknya. Di saat seperti inilah sifat manisnya keluar.

“Hm, kenapa?.” Tanya sang kakak. Ia sudah tau gerak gerik adiknya ini. Bahwa saat ini ia sedang gunda gulana hati.

Namun sang adik tidak menjawab, ia malah semakin mengeratkan pelukannya. Dan sang kakak tidak mempersalahkannya. Adiknya ini memang jarang menceritakan masalahnya padanya. Namun begitu, ia tahu kalu adiknya ini hanya membutuhkan perhatian saja, untuk bisa lebih tenang dan melupakan masalahnya.

“Yaudah nanti kakak beliin eskrim.” Ujar sang kakak sudah mengetahui apa yang di inginkan adiknya ini.

“Sekalian nanti beliin seblak yah kak.” Lani girang bukan main. Kakaknya ini memang sangat peka.

“Iya. Tapi jangan banyak-banyak makan seblaknya. Kakak takut kamu diare lagi.” Semiy memperingatkan.

“Hm iya.” Ia mengangguk senang.

“Makasih kakakku cayang.” Ucapnya dengan sedikit kekahan dan itu juga berhasil membuat kakaknya tergelitik. Di saat seperti inilah sifat yang di sukai kakaknya. Ia sedikit lebih lebut di banding saat ia marah.


  ***


Langkahnya lemah dan lesu, ia membuka pintu kamarnya dengan malas. Dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Tak mempedulikan tas nya yang terlempar ntah kemana.

Ia tenggelamkan kepalnya ke dalam bantal. Rasanya hatinya sakit, saat mengingat kejadian tadi. Kenapa ia harus bertemu cowok itu lagi. Sudah hampir setahun ia mencoba melupakan rasa malu dan pedih itu. Tapi sekali bertemu cowok itu, rasa pedih itu seperti begutu saja datang. Dan itu mencabik-cabik hati kecilnya.

“Ahk... dasar cowok itu. Kenapa aku menyukainya!.” Kesalnya lalu melempar bantal yang ia tiduri.

“Seharusnya aku tidak meyukai balok es itu. Dan kenapa ia seperti tak mengenalku. Dasar cowok menyebalkan!.” Dumelnya memukul-mukul kasur.

Setelah puas melepas kekesalannya pada bantal, dan kasur. Ia menutup kepalanya dengan batal. Rasanya ia ingin meghilang di bumi ini.  Agar bisa melupakan sosok laki-laki pucat itu.

“Apa aku seburuk itu, Sehingga tak pantas denganmu.”

“Lalu bagaimana dengan pertemanan kita? Apa kau sudah melupakan itu?.” Ia ntah menanyakan pertanyaan itu pada siapa. Yang pasti, ia masih belum menerima keyataan pedih ini.

Saat ini, ia hanya bisa menangis di balik bantal itu. Mencoba melupakan rasa pedih, dan kekesalan di hatinya.
Melupakan seseorang itu memang susah. Dan hatinya masih terbilang lemah, untuk melupakan cinta pertama yang mengebu itu. Apakah takdir salah, karena telah mempertemukan cowok tak punya perasaan itu dengannya. Seharusnya rasa itu tak pernah ada. Agar dia tak pernah merasakan yang namanya patah hati.

TBC

Aku gak tau ini dapet gak faelnya, yang pasti di sini aku menceritakan kepedihan hati Lani, kepedihannya terhadap cowok yang menolaknya.

Kalian sendiri udah tau blm siapa cowok yang di sukai Lani?.

Yahh tetep up walupun gx ada yg baca kikikik😹😹

Mawar EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang