14

898 106 129
                                    

PERINGATAN:
Mengandung adegan kekerasan. Yang merasa tidak nyaman, boleh di SKIP

SEKALI LAGI TEMA CERITA INI
Dark romance.

***

Luca dan Vincenzo melompat turun dari van sebelum kendaraan itu berhenti sepenuhnya. Kacamata night vision, radar yang peka terhadap panas tubuh... mereka memiliki apa yang mereka butuhkan untuk bergerak masuk dengan diam-diam dan menemukan sasaran mereka. Untungnya situasi di luar memang gelap gulita, kalau tidak, maka mereka akan terlihat sama gilanya dengan pria yang sudah menculik Cha Young.

Mereka mulai memasuki tempat parkir, menemukan pintu masuk ke gedung yang letaknya bersebelahan dan dengan mudah merusak kuncinya. Dengan berjalan masuk satu demi satu, dan tanpa bicara, mereka bergerak menyusuri lorong yang pendek sebelum menemukan tangga yang mengarah turun.

Sebuah tanda Dilarang Masuk ditempelkan di daun pintu, tapi tampak jelas bahwa pintu itu baru saja digunakan. Seseorang sudah benar-benar meminyaki engselnya, membuat daun pintu tidak berbunyi saat dibuka.

Vincenzo mengklik kacamata night visionnya dan lorong di depan mereka menampakkan pemandangan berwarna hijau dari lantai bawah tanah yang kosong. Suara sebuah ventilator yang berembus mengiringi langkah kaki mereka. Persimpangan pertama di lorong itu memisahkan mereka. Tanpa bicara, Luca mengambil arah kanan dan Vincenzo terus bergerak lebih dekat ke depan ventilator yang berisik.

Sebuah pintu di sisi kiri membuatnya berhenti sesaat. Kunci yang sudah berkarat dan dan engsel yang tidak diminyaki membuatnya terus bergerak. Koridor itu berbelok ke kiri. Tanpa petunjuk apa pun, dia mengambil arah kiri, menemukan sebuah ruang penyimpanan yang dipenuhi kursi dan meja tulis usang, serta beraneka ragam perlengkapan kantor. Ruangan itu berdebu akibat tidak pernah dipakai.
Satu-satunya yang tampak jelas adalah tikus-tikus di pojok-pojok

Kembali ke lorong, Vincenzo terus bergerak menuju ruangan ventilator. Di telinganya, luca berkata,  "Bergerak ke timur laut."

"Dimengerti."

Setiap langkah di ruang bawah tanah itu berakhir dengan kekecewaan. Kalau Cha Young tak ada di situ, lalu di mana? Vincenzo menepis keputusasaan dalam dirinya. Ayolah, Malta.

Vincenzo mengitari apa yang tampak seperti ujung bangunan. Sebuah tanda panah menunjuk pada ruang mesin uap.

"CHA YOUNGIE!" Suara Vincenzo menggelegar seperti letusan meriam di perkuburan sunyi. Gemanya terdengar sepanjang lorong gelap itu.

Tak lama jeritan menyayat Cha Young memenuhinya dengan kengerian sekaligus kelegaan. Kini Vincenzo berlari, sambil melepaskan pengaman senapannya.

>>>>>

Cha Young tidak yakin apa murni adrenalin atau rasa takut sungguhan yang memberinya kekuatan, tapi ketika Mitch berjalan kembali ke arahnya dengan sebilah pisau, bertekad untuk lebih menyakitinya, dia mencengkeram palang di atas kepalanya dan menekuk kedua sikunya seperti yang dia lakukan saat latihan.

Dengan kedua lutut ditekuk, dia mengenai dada pria itu. Pria itu terhuyung mundur, lalu Cha Young menendangkan kedua kakinya ke arah wajah pria itu sambil menjerit.

Mitch menghantam lantai, darah mengalir pada sisi wajahnya.
Pipa di atas kepala Cha Young mulai bergerak turun akibat bobot tubuhnya dan dia berusaha untuk melompat untuk melepaskan palang berkarat itu.

Mitch melesat berdiri persis ketika palang itu terlepas, menjatuhkan Cha Young ke lantai. Darah mengalir deras di kedua lengan Cha Young disertai rasa tajam.

Love In Malta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang