1

3.1K 239 27
                                    

Cha Young menekan tombol merah raid dan berharap dia tidak salah menilai lawannya dalam permainan online konyol ini. Dia hanya butuh lima poin valor lagi untuk naik ke tingkat berikutnya, dan baterai tabletnya menunjukkan tanda peringatan sisa daya dua puluh persen.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Kim Ye Rim, teman sekamarnya selama empat tahun ini, berdiri dengan memakai celana olahraga pendek ketat dan menatapnya dengan geram dari ambang pintu.

"Menghindar!" Sial, perhitungannya salah dan serangannya gagal, membuatnya ketinggalan sedikitnya setengah jam. "Permainan konyol."

Ye Rim melemparkan tas olahraganya ke lantai dan bergerak ke dapur kecil yang mereka gunakan bersama di apartemen luar kampus ini. "Kau bilang padaku kau tidak ikut ke neraka bersamaku karena kau harus belajar. Aku masuk dan apa yang kulihat? Kau, sibuk dengan permainan yang membuang waktu itu, bukannya belajar."

"Aku butuh istirahat sebentar."

Neraka adalah kata sandi mereka untuk Gyuri dan latihan boot camp, yaitu latihan yang biasanya dilakukan dalam kemiliteran untuk anggota baru dengan disiplin yang ketat.

Gyuri menyusun program latihannya dalam serangkaian rintangan untuk melatih seluruh otot yang memungkinkan dalam tubuh manusia. Dari situlah asal istilah neraka. Benar-benar N-E-R-A-K-A, saat kau tak bisa duduk di kursi atau di toilet tanpa mengutuk Gyuri. Tapi tetap saja mereka kembali setiap hari.

Tapi tidak hari ini, setidaknya untuk Cha Young. Tugas akhirnya yang dibawa pulang untuk desain arsitektur lanjutan itu benar-benar menyiksanya. Memangnya kenapa kalau batas waktunya adalah besok pukul tujuh pagi? Paling-paling dia hanya akan menyebut dirinya bodoh karena menambahkan satu mata kuliah pokok pada tahun terakhirnya. Siapa yang peduli kalau dia sudah membuang lima belas ribu dolar dari pinjaman mahasiswanya? Peduli amat!

Cha Young membenamkan kepala dalam kedua tangannya. "Mati aku."

"Kau baik-baik saja?" Ye Rim menendang pintu kulkas hingga menutup, sebotol air dingin berada dalam genggamannya.

"Aku payah. Desain yang sedang ku kerjakan sama sekali tidak masuk akal. Tak ada semangat di dalamnya. Tak ada yang menunjukkan bahwa Aku adalah bangunan terbaik di dunia, dirikan aku', tak ada apa pun."

Ye  Rim mengabaikan kegelisahan Cha Young. "Kau terlalu memikirkannya. Dan tertekan. Yang kau butuhkan adalah keluar malam dan bercinta."

Cha Young memutar kedua bola matanya. "Kim Ye Rim, Batas akhirnya besok dan aku tak punya waktu untuk kencan buta."

"Well, kau perlu bersantai," ujar Ye Rim padanya. "Kau sudah lama sekali tidak bercinta." Ye Rim selalu mengatakan hal-hal semacam itu. Kedua orangtuanya merupakan kemunduran di akhir enam puluhan, awal tujuh puluhan. Mereka sudah tidak muda lagi ketika Ye Rin berada dalam kandungan dan benar- benar kesal ketika menyadari kehadirannya. Karena itu, Ye Rim memiliki pendapat yang bebas tentang seks dan masa bodoh dengan rencana pendidikan. Rasanya menakjubkan dia bisa melewati pendidikan formal.
Yeah, dia akan lulus dari Seoul National University  dengan gelar bisnis, tapi dengan nilai pas-pasan.

Ketika mereka pertama kali bertemu, kenyataan bahwa Ye Rim mengambil pendidikan bisnis sempat membingungkan Cha Young. Kim Ye Rim kelihatannya lebih cocok berada di jurusan seni. Menurut Ye Rim, para mahasiswa yang lulus dengan gelar seni menjadi pelayan sepanjang hidup mereka dan jarang mendapat kesejahteraan saat beranjak tua. Tapi Cha Young sanksi Ye Rim akan menyukai pekerjaan berbau bisnis apa pun. Waktu yang akan membuktikan.

Cha Young sudah menyelesaikan mata kuliah bisnisnya lebih awal untuk menambahkan desain arsitektur sebagai mata kuliah pokok yang kedua. Ayahnya tidak senang akan keputusannya, tapi tak mampu berkomentar banyak, ketika mengetahui Cha Young sudah mengambil kursus online selama masa kuliah reguler
Serta musim panas yang lalu, guna menyelesaikan apa yang dia butuhkan untuk lulus dengan gelar ganda.

Love In Malta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang