5

1.2K 143 208
                                    

=============================
Vincenzo menahan tubuh Cha Young sebelum wanita itu jatuh merosot kelantai.
============================

Vincenzo mengangkat tubuhnya dan membawanya keluar dari ruang makan seolah pria itu sedang mengambil koran pagi dari tangga depan dalam perjalanan ke kotak surat.

Vincenzo menaiki anak tangga sambil membisu, menendang pintu menuju kamar Cha Young, dan berjalan lurus ke kamar mandi yang letaknya berdampingan dengan kamar tidur. Sesudah air mengalir dalam suhu yang diinginkan, Vincenzo melepaskan kain serbet dari lengan Cha Young dan menempatkan lengan Cha Young di bawah aliran air.

"Apa aku yang sudah melakukannya?" Sedikit lagi kulit yang seharusnya sudah sembuh itu kini berdarah, mengubah air menjadi merah muda.

"Ya," ujar Vincenzo padanya.

Perlengkapan yang selama ini dia gunakan untuk membalut lukanya terletak di ujung meja kamar mandi. Dengan memakai satu tangan Vincenzo menarik kotak itu mendekat, menemukan apa yang diinginkan, dan menutup kulit Cha Young dengan sebuah balutan ketat.

"Apa yang terjadi?" tanya Cha Young pada Vincenzo seolah pria itu memiliki jawabannya.

Vincenzo mendesah panjang dan terus membalut lengan Cha Young. "Tadi kau hilang kendali."

"Benarkah?"

"Ya. Itu sering terjadi." Vincenzo menggunakan giginya untuk memotong secarik plester. Sesudah perban itu aman, Vincenzo berdiri tegak dengan lengan Cha Young berada dalam genggaman eratnya. "Apa yang kau pikirkan tadi?"

Cha Young mengerjap. Tak ada seorang yang ingin membicarakan tentang apa yang sudah terjadi. Mereka menghindari masalah itu, mengalihkan pembicaraan, berhenti bicara ketika dia berjalan memasuki ruangan ..tapi Vincenzo tidak.

"Kenapa? Kenapa pria itu melakukan ini? Kenapa dia mengukir kulitku cukup dalam tapi membiarkanku tetap hidup?"

Jakun Vincenzo bergerak-gerak sebelum dia berhasil mengutarakan sebuah jawaban. "Mungkin dia mendengar sesuatu dan ketakutan sebelum bisa melakukan lebih dari itu."

Cha Young menggeleng. "Tidak. Itu akan sangat mudah.
Begitu mudah. Pria itu bisa saja membunuhku, dia sadar dia punya kesempatan yang bagus." Cha Young menatap sepasang bola mata hitam Vincenzo dan tahu jika pria itu mendapat kesimpulan yang sama. "Kau sudah tahu itu."

"Aku tidak tahu apa pun, Malta."

Cha Young  memukulkan tangannya yang bebas ke dada
Vincenzo, membuat pria itu terkejut. "Jangan bohong padaku."

Vincenzo mengangkat dagunya. "Baiklah. Pria itu bisa saja membunuhmu. Menganiayamu lebih dari yang sudah dia lakukan."

Bagus, Vincenzo tidak berbohong pemikiran deduktif yang sama tampak dalam sepasang mata Vincenzo seperti ketika mereka pertama kali bertemu dan berusaha keras untuk menemukan Seo Dan, yang sudah diculik oleh kedua orangtuanya sendiri yang kejam.

"Dia malah menandaiku. Memastikan jika aku akan selalu memiliki bekas luka fisik dari serangannya"

"Yang menjadikan hal itu sebagai masalah pribadi"

"Aku tidak kenal siapa pun yang sekeji itu."

"Seseorang di kantormu. Seseorang yang mungkin sudah tahu soal proyek yang sedang kau kerjakan?"

Cha Young memejamkan kedua matanya. "Dailim Depyonim bicara padaku hanya beberapa menit sebelum penyerangan. Tak ada seorang pun yang tahu soal itu."

Vincenzo meletakkan lengan Cha Young yang telah diperban pada pangkuan wanita itu dan dengan lembut memeganginya selagi mereka bicara. "Pernah berjudi biliar sejak kau di sini?"

Love In Malta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang