𝟐𝐧𝐝

72 21 21
                                    

2 : Ceroboh

2 : Ceroboh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gyu?"

Beomgyu berhenti melangkah. Enggan berbalik, padahal sudah susah payah menghindari adiknya pagi ini.

Siapa sangka si kembar bangun di jam yang sama dan keluar dari kamar di waktu yang bersamaan pula.

"Beomgyu," panggilnya lagi.

Pemuda itu merutuk, pura pura melihat ponselnya sambil berseru, "Oh! Aku terlambat! Aku duluan, ya!"

Lari terbirit keluar dari rumah sederhana, pamit dengan cepat pada sang kakak di ambang pintu dan menuruni tangga gedung tempat mereka tinggal. Beomgyu seperti buronan.

"Choi Beomgyu! Hey!"

Yeonjun menoleh mendengar seruan adiknya yang lain. Hyejun terburu memakai sepatu, nyaris jatuh jika Yeonjun tidak memberi tumpuan.

"Aku berangkat, kak! CHOI BEOMGYU, KEMBALI KEMARI!"

Ini pagi yang heboh. Yeonjun terkekeh mendengar teriakan sang adik, seperti sudah biasa dengan semua ini.

Dia tahu kelanjutan dari pekikan tadi.













"AKH SAKIT ADUH!"

"Siapa suruh kabur!?"

"Iya sudah! Lepas!"

"Diam dulu! Lihat aku!" Hyejun menangkup wajah saudara kembarnya, menatap galak si adik yang keluar dua menit setelah dirinya.

Plak!

"ADUH KENAPA DIPUKUL?" protes Beomgyu, tidak terima ketika Hyejun menepuk pelan memarnya.

"Sakit? Iya?"

"Menurutmu????"

"Bagus! Makan sakitmu! Ini kenapa lagi?!" amuknya.

Kadang Beomgyu tidak percaya. Kembarannya yang seperti macan ini selalu berubah menjadi kucing di dekat kakak sulungnya.

"Terbentur lemari kelas," jawab Beomgyu, memanyunkan bibir.

"Yang jujur!"

"Ck, iya iya! Aku ketiduran di kelas, lalu guru memanggil jadi aku kaget dan berdiri lalu DUK! aku terbentur lemari dinding kelas."

Itu bualan yang cukup meyakinkan seorang Choi Hyejun.

"Ceroboh! Ikut aku."

Menarik pemuda itu ke apotek terdekat, Hyejun dengan telaten memakaikan obat memar. Sesekali mengomel dan mendengus sebal melihat Beomgyu yang meringis.

"Sakit kan? Bagus! Besok tidur lagi saja di kelas, ya! Biar tau rasa!"

"Ck, berisik."

"Kamu yang berisik!"

Selesai memakaikan obat, Hyejun menempelkan plester untuk menyamarkan memar. Menepuk sekali bagian yang diplester sambil menatap saudaranya nyalang.

"Bilang apa?" tudingnya.

Beomgyu melirik ke arah lain, pura pura tidak dengar. Yang malah berakhir mendapat cubitan di perut dari gadis di depannya.

"Ck, iya makasih." Pemuda itu berdiri, pamit, "Sudah, sana. Aku mau latihan di sekolah."

"Memang kamu kira aku mau kemana, bodoh? Kita sekolah di tempat yang sama!" Hyejun gemas, kembali memukul pelan kepala belakang Beomgyu sebelum melangkah pergi.

Diam diam Beomgyu bersyukur. Meski kesal dengan omelan saudarinya, setidaknya gadis itu mudah percaya.

Demi kebaikannya—saat ini.

[continued]

it's a lie, but in a white way [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang