𝟏𝟎𝐭𝐡

99 20 30
                                    

10 : Janji, Ya?

Yeonjun tidak tahu kalau malam yang gelap ini bukan karena dia mematikan lampu kamar, tapi karena ada pemadaman listrik di gedungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeonjun tidak tahu kalau malam yang gelap ini bukan karena dia mematikan lampu kamar, tapi karena ada pemadaman listrik di gedungnya.

Tidur sembari mengamati langit bertabur bintang dari jendela kamar, Yeonjun memikirkan perkataan adik adiknya.

Bibirnya kelu mengucap, "Apa dosa berbohongku sebesar itu, Bu, Yah?"

Tok tok

"Kak Yeonjun..."

Yeonjun berdeham, menarik kembali air matanya yang hendak tumpah. Menyahut, "Kenapa, Hye?"

"... Mati lampu. Aku tidur di sini, ya...?"

Maka di sinilah sepasang saudara berbaring. Gelap ditemani remang bintang dan harapan.

Hyejun tidak pernah suka gelap. Bukan benci, hanya menghindari. Dan Yeonjun adalah pertolongan pertamanya.

Dulu, semasa kecil, setiap mati lampu dadakan, Hyejun akan menjerit. Merentangkan tangan mencari pelukan sang kakak.

Seiring bertambahnya usia, Hyejun lebih memilih mencari kakaknya langsung. Seperti sekarang, berusaha tidur dalam dekapan kakaknya.

"Kamu sudah besar, masih minta peluk saat tidur?" ledek Yeonjun.

"Aku masih nggak suka gelap, kecuali langit malam."

"Kenapa? Padahal mereka sama sama gelap."

"Semua gelap itu menakutkan, tapi langit malam mengingatkan aku soal ibu dan ayah." Juga sorot matamu, kak.

"Hmm, begitukah?"

"Mm. Luka kakak masih sakit?"

Yeonjun terkikik renyah, "Tidak pernah sakit, Hye."

"... Kalau hati?"

Yeonjun bungkam. Tidak punya jawaban perihal kondisi hati dan batin. Sampai ketukan pintu kembali terdengar.

"Hyejun curang. Aku ditinggal sendirian."

Lantas berbaring di sebelah Yeonjun, tidur bertiga di atas kasur. Mengingatkan si sulung dengan masa kecil mereka, tidur bersama di bawah guyur hujan.

Sudah lewat empat belas tahun sejak terakhir mereka tidur bersama seperti ini. Berbaring di atas kasur sempit dalam diam.

Sampai suara Hyejun terdengar lirih, "Kapan kakak mau jujur?"

"... Tentang?"

"Batin, lelah, dan sakit."

Beomgyu berdeham, "Kita harus berhenti berbohong seperti ini. Katamu kita saudara, kak."

Awalnya Yeonjun meragu, memikirkan harus mulai darimana agar tidak membuat adik adiknya semakin khawatir. Tapi mencerna ulang ucapan Beomgyu, Yeonjun mengernyit, "Kita???"

it's a lie, but in a white way [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang