𝟑𝐫𝐝

60 22 40
                                    

3 : Hyejun yang Sibuk

Choi Hyejun bukan siswi terpintar, tapi dia selalu luang untuk mengajari temannya yang belum mengerti materi hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Choi Hyejun bukan siswi terpintar, tapi dia selalu luang untuk mengajari temannya yang belum mengerti materi hari ini.

Terkadang, dari hasil les privat-nya, dia mendapat upah makan siang gratis atau camilan lain.

"Kamu nggak lelah? Selalu mengajari orang lain sampai kadang lupa dengan dirimu?" begitu pertanyaan yang keluar dari mulut Jangmi hari ini.

Hyejun terkekeh, menggeleng, "Engga. Ini hal baik, membantu orang lain. Aku senang mengerjakannya."












Walau ada kalanya dia ingin menolak karena lelah, tapi hatinya tidak tega.

"Apa kamu sibuk pulang sekolah nanti?"

Hyejun menggigit bibir dalamnya, bingung menjawab pertanyaan Yura yang terlihat putus asa.

"Aku harus bekerja—"

"Astaga, kumohonnn. Hye, ini demi ujian matematika besok. Kalau aku gagal, mereka akan melarangku masuk ke jurusan yang aku mau kuliah nanti."

"Tapi—"

"Sekali ini saja... Ya??? Ijin sehari dari pekerjaan tidak akan membuatmu dipecat, kan?"

Hyejun membuang napas lelah, menyunggingkan senyum tipis, "Bagaimana kalau kamu yang datang ke tempat kerjaku? Kalau nanti tidak ada pelanggan, aku bisa mengajarimu."

"Bagus! Aku akan ikut ke tempat kerjamu!"

Hyejun tidak pernah membawa seorang teman ke tempat kerjanya. Menjadi kasir paruh waktu di minimarket adalah rutinitasnya sepulang sekolah.

Hitung hitung membantu ekonomi keluarga.

Shift sore tidak banyak orang, hanya dia sendirian. Kadang sibuk menghitung sisa produk, melayani pelanggan, dan membersihkan meja dan kursi yang biasa tersedia di minimarket.

Begitu saja Hyejun suka kelelahan. Ditambah sekarang membawa Yura sebagai murid spesialnya.

"Duduk di sana, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan."

Setengah jam mondar mandir dan melayani beberapa pelanggan yang datang, Hyejun nyaris lupa keberadaan Yura kalau gadis itu tidak menegur.

"Kapan mulai?"

Sebenarnya masih ada stok yang harus Hyejun cek, tapi gadis itu memilih duduk dan segera membantu temannya.

Pikirnya, ini tidak berlangsung lama.

Sayangnya, ini tidak sesuai ekspetasi.

"Hye, kenapa hasilnya bisa akar tujuh?"

"Hye, kesini sebentar!"

"Hye, apa rumus yang ini benar?"

"Hye, kenapa pakai rumus yang itu?"

"Hye—"

"Yura, sebentar, aku sedang sibuk."

"Aku cuma bertanya! Kamu serius mau mengajari tidak, sih?!"

Hyejun jengah. Mengulas senyum terakhir untuk seorang pelanggan muda, gadis itu kembali duduk di dekat Yura, "Apa?"

"Tidak tahu. Aku malas."

"Aku bekerja—"

"Sudah aku bilang ijin sehari tidak akan membuatmu dipecat. Aku temanmu bukan sih? Niat membantu tidak?"

"Yur—"

"Aku keluar sebentar." Yura beranjak kesal, meninggalkan barangnya di sana sementara raganya meninggalkan tempat itu.

Hyejun lelah.

Tapi marah tidak akan menyelesaikan apapun.

Lantas jemarinya meraih pena dan buku. Menulis beberapa rangkuman rumus dan cara kerja contoh soal. Menghabiskan dua puluh menit untuk duduk dan membantu temannya, sampai pelanggan lain datang menginterupsi kegiatannya.

"Ah, selamat datang!"












Ucapan terima kasih dan senyum senang dari Yura tatkala melihat catatannya bahkan tidak menghilangkan lelah Hyejun.

Gadis itu tidak merasakan apapun setelah membantu temannya, padahal biasanya dia merasa senang.

Pulang malam dengan keadaan fisik yang ingin segera beristirahat, maniknya malah menangkap keberadaan sang kakak yang tidak sengaja memecahkan piring.

"Ah... Oh? Hye? Kamu sudah pulang."

Senyum Yeonjun terukir di depannya, memaksa sudut bibir gadis itu untuk ikut terangkat.

Melirik ke pecahan kaca, Yeonjun tertawa canggung, "Ah, ini... Haha... Biar aku bereskan—aish!"

Walau Yeonjun seorang kakak yang bertanggung jawab, tapi sebenarnya punya kadar ceroboh yang sama dengan Beomgyu.

Maka Hyejun mulai mengomel, "Nah kan! Sudah, kakak duduk saja. Obati lukanya. Biar aku yang membereskan ini."

"Tidak, tidak apa apa, Hye. Kamu kelihatan lebih lelah, istirahat sana, aku bisa—"

"Kak Yeonjun."

Yeonjun tidak lagi punya nyali melihat Hyejun seperti ini. Mirip dengan ibu mereka.

Lantas pemuda itu mundur. Membiarkan adiknya membereskan kekacauan.

Tanpa tahu kalau Hyejun menyimpan lelahnya seorang diri agar Yeonjun tidak melukai diri lebih jauh.

[continued]

it's a lie, but in a white way [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang