Tok tok tok.
Cia menatap pintu yang diketuk dari luar. Ia mendorong Gio yang berada diatasnya. Gio terhuyung hampir saja terjatuh. Cia merapikan baju dan roknya kemudian duduk sambil memainkan ponselnya seolah tidak terjadi apapun.
Gio menghampiri pintu ruangan yang ia kunci tadi kemudian membukanya. Terlihat seorang karyawan Gio berdiri di depan pintu dengan muka panik.
Kemudian karyawannya itu membisikkan sesuatu kepada Gio, membuat Gio terkejut. Ia menyuruh karyawannya itu pergi. Gio memalingkan wajahnya menghadap Cia. Lalu
"Aku ke lobby bentar. Ada klien. Kamu disini aja jangan kemana-mana"
"Ikut boleh?"
"Tidak!. Disini dan jangan kemana-mana"
Brakk.
Gio menutup pintu meninggalkan Cia sendirian di ruangan itu. Cia mengernyitkan dahinya melihat tingkah aneh Gio. Ia berjalan menuju pintu hendak keluar.Namun diluar ruangan ia dicegat oleh karyawan Gio lainnya sehingga ia kembali masuk kedalam ruangan Gio dengan bersungut.
"Kenapa sih sama Gio? Kenapa aku sampai gak boleh ikut ketemu kliennya?" Dumel Cia dalam hati.
***Disisi lain, Gio turun ke lobby menemui seseorang yang dibilang 'klien' oleh Gio.
"Lepas pak. Saya mau ketemu pacar saya. Kenapa sih saya gak dikasih naik"
Gio melihat seorang wanita dengan penampilan sexy sedang memarahi petugas yang menghalanginya.
"Sudah pak, lepas kan dia"
"Tuh pacar saya bilang lepas. Awas lo bedua ya"
Petugas itu menunduk pada Gio lalu kembali berjalan ketempatnya berjaga. Sedangkan wanita tadi bersedekap dada memandang Gio. Siapa lagi kalau bukan Reta.
"Kenapa aku gak boleh masuk?"
"Honey maafkan aku, diatas ada Cia"
"Arhghhh wanita sialan pengganggu hubungan orang!. Cuma karena dia aku gak boleh masuk?"
"Sabar dong honey, sisa 6 bulan lagi. Orang tua aku dan dia adalah sahabat. Aku tidak mau membuat dua keluarga pecah hanya karena hubungan kita"
"Ya kenapa gak kamu tolak perjodohan kemarin?. Tinggal bilang aja kamu ada aku. Beres kan?"
"Gak segampang itu honey"
"Kamu pilih dia atau aku sih?"
Gio diam mendengar pertanyaan Reta yang menurutnya ntah mengapa tiba-tiba pertanyaan itu menjadi berat baginya.
"Kenapa kamu diam? Udah mulai suka kan kamu sama dia?" Lanjut Reta murka melihat keterdiaman Gio.
"Bukan gitu, tapi..."
"Halah gak usah banyak alasan. Aku mau naik keatas"
Reta berjalan menuju lift namun tangannya ditarik oleh Gio.
"JANGAN!. Aku bilang jangan naik keatas ya jangan naik!."
"Kamu kenapa hah? Sekarang udah berani bentak-bentak aku?. Gak ingat apa yang kamu lakukan dulu sama aku? HAH?"
Deg.
Gio bergeming. Otaknya memutar kilas balik kejadian yang dulu membuatnya terpaksa terikat dengan Reta, gadis kasar dan keras kepala ini. Selain memanfaatkan obsesi Reta pada Gio, serta tubuh molek Reta, ada alasan lain yang lebih kuat kenapa Gio tidak bisa meninggalkan Reta walaupun rasa cinta tidak ada sedikitpun.
Gio menarik nafasnya kemudian menutup matanya sejenak menenangkan emosi yang ada pada dirinya. Gio menatap Reta yang ada didepannya, terlihat wanita itu masih dengan emosi yang menggebu-gebu. Tangan Gio terangkat mengelus pipi Reta mencoba menenangkannya.
"Honey, maaf. Tapi kali ini beneran kamu gak bisa keatas, diatas ada Cia. Besok. Besok aku akan menemuimu di Apartement"
Reta menatap Gio sebentar lantaran otaknya sedang berpikir sesuatu. Lalu senyum sinis terukir di wajahnya.
"Gak mau besok. Malam ini kamu nginap di apartement aku. Titik."
Reta berbalik badan kemudian berjalan keluar kantor, meninggalkan Gio yang terpaku menatap kepergian Reta.
"ANJING!" frustasi Gio sambil menjambak rambutnya.
***Cia sedari tadi menatap jam yang berada di pergelangan tangannya. Sudah setengah jam lebih Gio belum balik juga. Gia sudah sangat penasaran dengan siapa Gio bertemu hingga dirinya tidak boleh ikut.
Cia berdiri dari duduknya saat melihat Gio yang masuk dengan muka yang sangat tidak enak. Cia mendekat kearah Gio.
"Kamu kenapa?"
"Kita pulang sekarang!"
"Tapi.... "
"Jangan membantah aku!"
Gio melangkah keluar ruangan setelah mengambil barang penting miliknya. Cia hanya mengikuti Gio yang berjalan lebih dulu mengikutinya. Cia merasa aneh, beberapa karyawan berbisik saat melihatnya. Ntahlah apa yang mereka bicarakan.
Kini Gio dan Cia sudah berada didalam mobil. Semenjak dari perjumpaan Gio bersama 'klien'nya, mood Gio sepertinya sedang sangat rusak. Ia mengemudikan mobilnya melaju kencang.
"Gio jangan terlalu ngebut, bahaya"
"Lo gak usah ngomong sama gue dulu!"
"Bukan gitu, maksud aku... "
"DIAM!"
Cia terdiam menerima bentakan Gio. Baru saja kemarin mereka berbaikan dan menggunakan aku-kamu. Namun kini, Gio kembali dingin dan kasar terhadap dirinya.
Cia memilih diam memandang keluar jendela menjernihkan pikirannya. Ia tidak mau menangis didepan Gio hanya karna bentakan Gio. Ntah mengapa, dulu saat Gio membentak atau berkata kurang mengenakkan Cia tidak perduli. Namun sekarang, ia sangat cepat merasa sedih hanya karna terkadang Gio mengabaikannya apalagi membentaknya seperti ini.
Dalam waktu 10 menit perjalanan, Cia dan Gio sudah sampai di apartemen. Jam belumlah terlalu siang, karena memang Gio dan Cia terlalu cepat pulang dari kantor.
Begitu sampai apartement, Cia langsung menuju dapur membuatkan nasi goreng spesial untuk Gio berharap moodnya kembali baik. Sedangkan Gio langsung masuk kedalam kamar.
20 menit nasi Goreng Cia sudah selesai. Ia menghidangkannya dimeja makan lengkap dengan jus mangga kesukaan Gio. Tidak berselang lama Gio keluar dari kamarnya.
"Gio, makan dulu"
Panggil Cia sambil tersenyum. Gio menatapnya sebentar lalu mengalihkan pandangannya pada nasi goreng diatas meja. Namun pandangan Cia tertuju pada tas kecil yang terlihat penuh oleh isinya berada ditangan Gio.
"Kamu mau kemana?"
"Aku malam ini tidak nginap disini. Aku harus nginap diluar karena ada kerja dengan klien"
"Oh harus nginap sama klien ya?"
Gio tidak menjawab pertanyaan Cia, ia hanya menatap wajah gadisnya itu.
"Yaudahdeh gapapa. Tapi makan siang dulu ya"lanjut Cia
"Gak. Aku gak lapar"
"Tapi.. "
"Stttt" Gio memberikan tanda jari telunjuk dibibirnua menyuruh Cia berhenti berbicara.
Iya ini udah selesai.
Sebentar lagi aku kesana.
Iya, bye.Setelah mendapat telpon, Gio melangkah menuju pintu keluar apartement lalu hilang dibalik pintu itu. Cia menghela nafas berat, melihat nasi goreng buatannya dengan jus mangga khusus untuk Gio diabaikan begitu saja.
Cia duduk dimeja makan lalu mulai menyantap nasi goreng buatannya. Ia kira, tidak akan sesakit ini jika orang yang ia harapkan bisa menghargainya, ternyata mengacuhkannya.
*bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH GUE LO!!!
General FictionWARNING!!! 21+ Banyak adegan dewasa. Yang belum cukup umur yuk minggir dulu. *** Kisah seorang gadis yang dijodohkan dengan sahabat orang tuanya. Namun sebelum pernikahan dimulai, ia telah membuat kontrak dengan pria calon suaminya itu. Cerita ini...