Karya ini hanya dipublikasikan di Wattpad dan di akun ini. Apabila kamu menemukannya di platform lain ataupun di akun lain, itu bukan saya.
***
“Okla.” Setelah cukup lama tak berbicara, akhirnya Merida mengeluarkan suaranya. Meskipun, saat ini dirinya sedang sibuk berganti pakaian.
Sementara seseorang yang dipanggil Merida tadi, seketika mendongakkan kepala. Dia mengalihkan pandangan dari buku yang berjam-jam dibaca, menjadi ke arah papan besar yang di baliknya tengah berdiri tuan barunya. “Ya, Lady?” Dia menjawab dengan suara imut khas anak laki-laki.
“Aku baru sadar kamu punya aroma angin, mungkin karena masih samar ya?”
Anak laki-laki yang dipanggil Okla itu pun mengerjapkan mata beberapa kali. “Apa maksud Anda?” Dia lantas mengendus bagian siku dan ketiak. Namun, tak menemukan apa yang dikatakan tuan barunya. “Saya tidak mencium bau apa pun di tubuh saya,” ucapnya sambil kembali menatap papan pemisah itu.
Sontak terdengar suara tawa yang membuat beberapa pelayan yang terlihat di samping papan pemisah itu ketakutan. “Apa aroma yang kamu cium di ruangan ini?” Sebuah pertanyaan kembali terlontar setelah tak terdengar suara tawa di belakang papan pemisah itu.
Anak kecil itu pun memejamkan mata. Kemudian fokus pada penciumannya. “Saya tidak tahu aroma apa ini. Tapi aroma ini seperti racun. Lalu menurut saya aroma ini seperti ingin membuat saya terus menghirupnya karena aroma harumnya yang memabukkan, tapi juga mengatakan pada saya jika saya bisa mati bila terus menghirupnya karena aromanya yang sangat pekat. Selain itu, sepertinya aroma ini juga membangkitkan rasa takut saya akan kematian.” Setelah menjelaskan dengan rinci, anak kecil itu lantas membuka matanya lagi. Namun, yang dilihatnya malah tatapan aneh para pelayan. Tentu saja hal itu membuat anak kecil itu menciut, takut akan mendapat hukuman lagi. “Apa… saya salah?”
“Okla,” panggil seorang wanita yang selalu mendampingi Merida. Wanita yang awalnya menata teh di depan sofa dekat jendela, lantas melangkahkan kaki mendekati anak yang dipanggilnya Okla. Setelah cukup dekat, dia menunduk. Menatap Okla yang tetap duduk tapi membalas tatapannya. “Aroma di ruangan ini adalah aroma bunga neroli.”
Sontak Okla membulatkan matanya. Dia merasa dirinya bodoh. Bagaimana bisa dia malah mendefinisikan wewangian untuk anti-depresan sebagai racun? Segera saja Okla bersujud menghadap ke arah papan pemisah itu. “Ma-maafkan saya, Lady! Sepertinya saya melakukan kesalahan. Tolong hukum saya!” ucapnya dengan tubuh yang bergetar.
Sekali lagi terdengar suara gelak tawa dari balik papan. Tentu hal itu membuat Okla merasa aneh dan tanpa sadar mencoba untuk bangkit. Secara tiba-tiba, muncul tubuh sang tuan barunya di samping papan dengan pakaian tidur yang terlihat sudah dikenakan dengan baik. Okla melihat tuan barunya ini melangkah mendekati dirinya dengan wajah yang penuh keceriaan. Selama melangkah mendekat, dirinya juga dapat melihat para pelayan lain selain Mai beranjak pergi dari ruangan yang mereka tempati.
Begitu jarak mereka sudah dekat, tuan barunya lantas berjongkok. “Itu artinya kekuatan spiritual ada di dalam dirimu,” ucap tuan barunya sambil mengusap kepala Okla.
“Ada kekuatan spiritual di dalam diri saya?” gumam Okla yang tampak tak percaya.
Merida yang merupakan tuan barunya itu masih menunjukkan senyum. Namun saat ini dirinya bangkit berdiri dan sepertinya menatap ke arah satu-satunya pelayan yang masih menetap di ruangan itu. “Mai, setelah ini aku akan meditasi, jadi datanglah jika pintu kamarku sudah terbuka. Mengerti?”
Terlihat Mai yang mengangguk. Lalu pergi begitu saja tanpa melakukan protes. Tentu saja Okla yang merasa juga akan diusir langsung bangkit berdiri. “Saya juga permisi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona [END]
FantasyDia itu malaikat, tapi juga iblis. Itulah Merida. Gadis yang selalu mengikuti segala keinginan kepala keluarga. Namun begitu orang yang diingatnya menghilang telah kembali, segalanya hancur. "Siapa aku?" -------- Start: 1 Desember 2022 Karya ini han...