What's The Importance

70 22 15
                                    

Karya ini hanya dipublikasikan di Wattpad dan di akun ini. Apabila kamu menemukannya di platform lain ataupun di akun lain, itu bukan saya.

***

Hari sudah malam, bahkan sudah lewat makan malam. Namun, gadis bernama Merida itu masih asik duduk di belakang meja—yang sepertinya meja kerja—sambil membaca beberapa lembar kertas yang dijadikan sebuah buku. Dengan alasan tidak bisa tidur, dia sampai memaksa sang Count menyiapkan buku laporan keuangan.

Hingga akhirnya Merida menghentikan gerakan membalik kertas di buku itu. “Ke mana setengah dari jumlah uang yang digunakan untuk meningkatkan keamanan?” tanyanya dengan tatapan datar.

Sang Count yang mendengar pertanyaan tersebut lantas merespon dengan tatapan tak terima. “Bagaimana bisa Anda menuduh saya menggelapkan uang? Memangnya Anda bisa membuktikan tuduhan itu?”

Entah kenapa kekesalan Merida tak dapat dibendung. Mungkin karena selama di perjalanan dia sempat menyembuhkan dua orang yang sekarang sedang ditangani lebih lanjut. Hal itu membuat Merida langsung mengambil sebuah pena bulu. Kemudian melingkari bagian-bagian yang dia maksud di dalam buku tanpa peduli dengan ekspresi yang ditunjukkan sang Count.

Beberapa saat kemudian, gadis itu berdiri sambil meletakkan kembali pena itu. “Coba baca dan jelaskan.” Dia menyerahkan buku tersebut ke arah sang Count.

Begitu sang Count mengambil buku tersebut, Merida nampak menyilangkah kedua lengannya sembari tetap menatap lawan bicaranya dengan tatapan datar. “Anggaran dana yang kami berikan untuk meningkatkan keamanan wilayahmu sebanyak empat puluh koin emas per bulan. Aku masih punya rincian pengeluaran dari pihak kami, tapi bagaimana bisa kamu mencatatnya dua puluh koin emas?” tanya Merida saat melihat sang Count membalik tiap lembar kertas dengan tangan yang gemetar. “Di mana dua puluh, tidak, maksudku di mana 2.400 koin emas yang tersisa?”

Terlihat wajah sang Count yang memerah. Dia lantas menutup buku itu dengan penuh tenaga dan melemparnya ke atas meja yang menjadi penghalang mereka berdua. “Memangnya untuk apa anggaran sebanyak itu? Lagi pula, Anda ini masih muda!” teriaknya yang disertai dengan menunjuk ke arah Merida.

Melihat reaksi sang Count, membuat Merida menghela napas. Dia heran dengan cara penilaian ayahnya sampai bisa mengangkat orang seperti ini. “Padahal sudah sepuluh tahun kamu di sini, tapi bagaimana bisa kamu masih tidak memahami wilayah kekuasaanmu sendiri?”

“Saya tidak memahami wilayah ini? Apa-apaan maksud Anda?” geram sang Count.

“Sudahlah, sepertinya memberimu waktu dua tahun lagi memang bukan keputusan yang tepat. Jadi, pergilah sekarang.” Dengan menahan kekesalan, Merida masih memberi sang Count kesempatan untuk pergi sendiri.

Namun, melihat sang Count yang malah makin menjadi-jadi dengan berusaha memukulnya, membuat gadis itu gagal menahan rasa kesal yang sejak tadi ditahan. “Pergi!” teriak Merida sembari meluruskan tangan kanan ke arah sang Count.

Sepersekian detik kemudian, muncul sesuatu berwarna hitam di belakang tubuh gadis itu. Layaknya seekor gurita, sesuatu yang membentuk seperti tentakel itu mengarah ke arah Count dengan cepat. Lalu mendorongnya hingga membentur pintu dan membuat pintu tersebut berlubang.

Seketika Merida tersentak begitu menyadari bahwa dirinya mendorong sang Count tak hanya sampai melubangi pintu, tapi juga membuat dinding di depan pintu retak. Langsung saja dia menurunkan tangannya. Kemudian kembali duduk, menundukkan kepala dengan tangan yang menopang kepala dengan berpangku pada meja. Lagi-lagi aku lepas kendali, batin gadis itu dengan napas yang tak beraturan.

Beberapa saat kemudian, keributan di depan pintu pun terjadi. Salah satu yang paling histeris adalah istri sang Count. Dia terus menggoyangkan tubuh sang Count, berharap suaminya itu mengatakan sesuatu. Namun, keheningan tetap melanda sang Count.

Persona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang