An Anonymous Letter

59 25 11
                                    

Karya ini hanya dipublikasikan di Wattpad dan di akun ini. Apabila kamu menemukannya di platform lain ataupun di akun lain, itu bukan saya.

***

Seorang gadis nampak menatap sekeliling. Semuanya gelap, tak ada cahaya sedikit pun meksipun gadis itu sudah melangkah cukup jauh. Namun, gadis itu tak peduli. Dia tahu, jika ini adalah alam bawah sadarnya sendiri.

Hanya saja, sekeliling yang awalnya gelap kini memiliki beberapa warna. Kumpulan warna itu membentuk sebuah tempat yang tak asing bagi wanita itu.

Alam bawah sadar gadis itu ternyata menunjukkan bagian depan kediamannya sendiri, kastil keluarga Pavan. Anehnya, kastil itu terlihat terbakar hebat, tapi tak ada seorang pun yang berniat memadamkannya. Bahkan gadis itu juga melihat keberadaan Pangeran Mahkota, Pangeran Kedua, Pangeran Ketiga, dan Pangeran Keempat bersama pasukan mereka. Namun hal yang paling aneh adalah ekspresi mereka yang menunjukkan kemarahan serta kekecewaan.

Apa yang terjadi? batin gadis itu. Dia merasa aneh dengan apa yang ditunjukkan alam bawah sadarnya. Padahal, seingatnya dia tak menyimpan dendam apa pun dengan keluarga kekaisaran.

Namun, sepertinya alam bawah sadar gadis itu tak mengizinkan sang gadis untuk mencerna apa yang terjadi. Karena setelahnya, sekeliling gadis itu berubah menjadi hitam. Kemudian kembali menunjukkan tempat lain. Sepertinya, dirinya baru saja berpindah tempat.

Begitu melihat sekeliling, gadis itu kembali mengetahui tempat yang ditunjukkan saat ini. Bukankah ini ruang kerja Ayah? batin gadis itu. Dia memang masih ingat ruangan apa ini, tapi melihat beberapa perabotan yang berbeda, membuat keraguan muncul di diri gadis itu.

Gadis itu mencoba mendekati meja kerja di hadapannya. Mungkin ingin memastikan kebenaran hatinya. Namun baru tiga langkah gadis itu mendekat, tempat duduk di belakang meja yang awalnya kosong, tiba-tiba muncul sosok gadis di sana. Lalu di depan gadis itu berdiri anak laki-laki yang baru-baru ini bersamanya. Okla, batinnya.

Tak hanya sampai di situ, keterkejutan gadis itu kian bertambah kala menyadari sosok yang duduk di sana adalah dirinya sendiri. Anehnya, raut wajah gadis yang mirip dengannya itu seperti bukan dirinya.

“Maafkan saya, Duchess Pavan! Saya bersalah!”

Terdengar suara tak asing yang ada di samping gadis itu, membuatnya mau tak mau menoleh. Entah sejak kapan, satu pasukan kesatria sudah bersujud di sampingnya. Dari raut wajah mereka, sepertinya mereka baru saja melakukan kesalahan, tapi apa?

“Izinkan saya membereskan makhluk-makhluk hina ini, Master.”

Gadis itu pun seketika menolehkan kepalanya ke arah Okla. Dirinya cukup terkejut mendengar perkataan tersebut. Padahal seingatnya Okla adalah anak laki-laki polos yang setiap tingkah lakunya menggemaskan, tapi sejak kapan anak seimut ini mengetahui kata-kata itu?

Tatapan gadis itu beralih pada sosok yang mirip dengannya, tepatnya sosok Duchess Pavan yang akan datang. Seharusnya dia tak berharap tinggi pada alam bawah sadarnya. Karena begitu melihat ekspresi pura-pura memikirkan sosok Duchess Pavan, harapan gadis itu sirna seketika.

Terlihat beberapa menit kemudian, sosok itu menyeringai. “Tidak perlu, Okla.” Dada gadis itu berdebat menunggu ucapan selanjutnya, yang mungkin dapat ditebak olehnya. “Biar aku yang mengurus para sampah ini.” Tangan gadis itu mengepal seketika tatkala tebakannya benar.

Lalu sedetik kemudian, muncul sesuatu berwarna hitam di belakang sosok Duchess Pavan. Sesuatu berwarna hitam itu bergerak memenuhi ruangan dengan cepat. Hingga hanya perlu beberapa detik, semuanya kembali gelap. Namun gadis itu dapat mendengar suara jeritan orang-orang tadi.

Persona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang