Karya ini hanya dipublikasikan di Wattpad dan di akun ini. Apabila kamu menemukannya di platform lain ataupun di akun lain, itu bukan saya.
***
Di antara keramaian pasar, nampak sebuah kereta kuda yang cukup mewah berhenti di depan kedai yang tengah tutup. Bahkan terukir lambang sebuah keluarga berkuasa di kereta itu. Namun, orang-orang sekitar tak ada yang berani mendekat. Mereka hanya menyaksikan dari kejauhan, mungkin merasa takut karena di sekitar kereta kuda itu ada beberapa pengawal.
Lalu tak lama, seorang wanita dengan pakaian yang memperlihatkan bahwa dirinya bukan orang asli wilayah itu, muncul di antara kerumunan. Wanita itu terlihat sedikit kesulitan karena membawa satu keranjang makanan. Namun dia tetap fokus melangkah mendekati kereta kuda yang berdiri di tepi pasar.
Begitu wanita itu membuka pintu kereta kuda, terdengar sebuah suara dari dalam yang mengatakan, “Baru kembali, Mai?” Wanita yang dimaksud itu pun menggaruk tengkuknya. Dia lantas melangkah masuk ke dalam kereta.
“Saya tidak menyangkan pasar akan seramai ini, Lady,” ucap Mai sembari duduk. Dia lantas membuka tutup keranjang hingga membuat aroma wangi makanan menyeruak keluar. “Anda mau makan apa, Lady? Meskipun ini tidak seenak koki di rumah, tapi setidaknya Anda tidak kelaparan. Perjalanan sudah hampir seharian, tapi Anda selalu menolak berhenti sejenak untuk makan. Saya takut Anda nanti malah sakit.”
“Sebentar lagi kita sampai.” Gadis itu berucap sambil memalingkan wajahnya.
“Tetap saja!” Mai yang tak mau kalah akhirnya mengulurkan sekeranjang makanan itu. Dia saja sampai rela berdesak-desakan demi gadis yang dilayaninya makan, mana mungkin malah perutnya saja yang terganjal?
Gadis itu pun menghela napas. Mau berdebat selama apa pun, sepertinya akan sia-sia. Pada akhirnya gadis itu menatap keranjang yang disodorkan pelayan pribadinya. Setelah melihat bagian isinya, gadis itu mengambil sebuah makanan yang bisa dia makan saat ini.
“Sisanya makanlah, jangan lupa kusir dan para pengawal,” ucap gadis itu setelah menarik sebuah makanan yang isinya potongan daging serta sayuran yang ditusuk menjadi satu.
Dengan perlahan, gadis itu menikmatinya sembari kembali menatap arah jendela. Meskipun dua orang di belakangnya masih sibuk dengan makanan mereka, dia nampak tak terganggu. Dia malah semakin fokus melihat bangunan-bangunan yang terus bergerak dari depan ke belakang, begitu makanan gadis itu habis.
“Mai,” panggil gadis itu beberapa saat kemudian. “Bagaimana anak-anak mereka mati?” Dia bertanya dengan penuh ketenangan, bahkan sampai tak mengalihkan tatapan dari jendela yang saat ini hanya menunjukkan lahan luas tanpa ada bangunan.
Mai yang mendengar pertanyaan itu pun terbatuk akibat terkejut. Untunglah dia bisa segera mengentikan batuknya. “Bukankah mereka memang tidak punya keturunan, Lady?”
Setelah cukup lama terdiam, gadis itu kembali berkata, “Lagi-lagi kamu berbohong, Mai.”
Mendengar hal tersebut, membuat Mai menghela napas. Memang susah membohongi orang pintar. “Menurut kabar yang saya dengar, anak-anak Count Carrat mati diserang hewan buas di hutan wilayahnya sendiri lima hari lalu. Kalau anak-anak Viscount Jertias, kabarnya karena diserang perampok saat pulang dari ibu kota seminggu yang lalu.” Dengan penuh keterpaksaan, Mai membocorkan informasi itu. Padahal dia diminta untuk tidak membocorkannya, tapi apa boleh buat.
Seminggu yang lalu dan lima hari yang lalu, jarak yang pas untuk membuat kebetulan, tapi siapa yang sebenarnya membunuh mereka? Tidak mungkin terjadi sedekat ini meskipun sedikit yang sadar, batin gadis itu. Namun pikirannya seketika terarah pada seseorang yang tiba-tiba muncul setelah cukup lama menghilang. Jika Kak Varuna, sepertinya sangat mudah baginya untuk bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona [END]
FantasyDia itu malaikat, tapi juga iblis. Itulah Merida. Gadis yang selalu mengikuti segala keinginan kepala keluarga. Namun begitu orang yang diingatnya menghilang telah kembali, segalanya hancur. "Siapa aku?" -------- Start: 1 Desember 2022 Karya ini han...