Your Name

39 3 0
                                    

Karya ini hanya dipublikasikan di Wattpad dan di akun ini. Apabila kamu menemukannya di platform lain ataupun di akun lain, itu bukan saya.

***

Dua tahun berlalu tanpa mereka sadari. Kekacauan yang terjadi, hanya berakhir dengan penurunan gelar milik Pangeran Ketiga, Pangeran Keempat, Pangeran Kelima, Pangeran Kedelapan, dan Putri Pertama. Padahal dari pihak bangsawan mengalami kerugian yang cukup besar. Salah satunya hampir semua bangsawan atas, mengalami pergantian generasi secara serentak.

Di luar perubahan yang terjadi, hanya satu orang yang selama ini tak kunjung mengalami perubahan. Merida, Duchess Pavan sekaligus tunangan Ryota. Gadis itu masih terbaring di atas ranjang seakan tak ada niatan untuk terbangun. Hampir seluruh dokter di kekaisaran itu pun menyerah menganalisis penyakit yang dialami gadis itu.

“Sampai kapan kamu mau menyusahkan dokter di kekaisaran ini? Untunglah kedua kakakmu itu setuju menunggumu bangun baru dibawa pulang,” canda Ryota yang setia duduk menemani Merida terlelap. Meskipun pada akhirnya, tak ada respon dari gadis yang tengah terbaring pada ranjang di depannya.

Pria itu tampak menghela napas. Tangannya bergerak menggenggam tangan kanan Merida. “Apa kamu tahu? Kita bahkan tidak bisa menunjukkan perasaan masing-masing dengan benar di kehidupan pertama. Yah, memang akan panjang jika kuceritakan.”

Saat itu Ryota merupakan satu-satunya Pangeran di kerajaannya. Awalnya dia terpaksa menikahi wanita dari pemilik Menara Hitam, tempat berkumpulnya para penyihir kegelapan, karena perjodohan yang dilakukan sejak keduanya lahir. Apalagi wanita itu benar-benar tampak tak ada celah untuk membiarkannya membatalkan pertunangan hingga pernikahan.

“Kita hanya perlu berpura-pura saling mencintai di depan orang lain. Lalu saya akan melakukan tugas saya untuk melahirkan penerus di kerajaan ini. Selebihnya jangan dipikirkan.” Itulah kata-kata yang pertama kali keluar dari mulut wanita itu di malam pertama mereka. Sangat dingin. Seakan tak memiliki tujuan untuk hidupnya sendiri.

Ryota yang saat itu benar-benar tak mengenal wanita yang baru saja menikah dengannya, merasa tak terima dengan ucapan tersebut. Lantas dia bangkit dan berkata, “Yang benar saja! Apa kamu benar-benar tidak menginginkan apa pun dari pernikahan ini? Kekuasaan? Kekayaan?”

Tampak wanita itu yang hanya menoleh sejenak. “Saya sudah menerima itu semua dari Menara Hitam,” balasnya sembari melepas perhiasan yang menempel pada tubuhnya.

Sontak Ryota melangkah mendekat. Tanpa permisi, tangannya membantu wanita itu melepas perhiasan yang menempel dengan hati-hati. “Itu saat kamu menjadi Putri Pemilik Menara, sekarang kamu menjadi Putri Mahkota, lho.”

Tanpa menatap ke arah Ryota, wanita itu langsung menjawab, “Saya di tempat ini hanya menjadi sandera bagi Menara Hitam. Jadi, itu tidak perlu.”

Mendengar hal itu membuat Ryota tersentak. Ternyata nasib mereka hampir sama jika dihadapkan dengan kekuasaan ayah mereka. Hanya diperbolehkan menurut.

Hari-hari mereka berlalu layaknya panggung teater. Permainan mereka pun sangat natural hingga tak terlihat kebohongan mereka. Hingga tanpa terasa, sang Raja kembali memerintahkan pasukannya untuk berperang, termasuk Ryota yang merupakan calon raja.

Hanya saja, tepat sebelum keberangkatannya ke medan perang, sang Raja tiba-tiba memanggilnya secara pribadi. Mau tak mau Ryota menemuinya. Pria itu berpikir jika sang Raja hanya memanggilnya untuk tugas khusus, tapi ternyata tak hanya itu.

“Anakku, apa kamu tahu kenapa ayahmu ini paling ingin menikahkanmu dengan penyihir kegelapan terhebat?”

Tentu Ryota yang tak mengetahui apa pun langsung menjawab, “Unsur kegelapan lebih hebat dari unsur lainnya, 'kan?”

Persona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang