Aku masih ingat kejadian saat aku tertabrak kereta karena ngebet mau isekai.
Kalau di ingat-ingat itu memalukan.
AKU BENAR-BENAR MALU, HIKS.
Jangan tanya malu karena apa. Aku nggak akan kasih tau, soalnya ini rahasia.
Tapi aku nggak menyangka lho kalau beneran isekai.
Yang masih aku pertanyakan adalah ... Kenapa harus TOCF?
Aku terbangun dan sudah menjadi ‘Astara Henituse’ yang tidak di sebutkan dalam novel.
Apakah aku tokoh tambahan?
Entahlah aku nggak mau mikir, soalnya itu buang-buang energi.
Astara, saudara kembar dari si sampah keluarga Henituse.
Ya itu adalah diriku yang sekarang.
AKU TIDAK INGIN HIDUP DI DUNIA INI.
Kenapa harus aku?
Dari sekian banyaknya manusia di bumi yang ingin pergi ke isekai, kenapa aku yang di pilih?
Padahal kan diriku nggak ada yang istimewa.
Aku hanya bocah nolep yang susah bergaul, ansos dan pemalas.
Jangan-jangan dewa kematian ngegacha, terus karena kurang beruntung aku yang terpilih.
Wah, konspirasi nih.
Aku memang kurang beruntung karena terpilih. S*alan aku sepertinya menyesal melakukan bunuh diri di rel kereta.
✧ » ◇ « ✧ » ✦ « ✧ » ◇ « ✧
Kalau di suruh memilih mati atau pergi ke isekai, tentunya Asta akan memilih pergi ke isekai.
Sebenarnya, Asta tidak masalah dengan dirinya saat ini atau novel mana yang dia masuki.
Tapi, novel yang berjudul Trash of Count Family atau bisa di singkat menjadi ‹TOCF› adalah pengecualian.
Asta sangat tidak ingin memasuki novel ini. Garis bawahi, sangat tidak ingin!
Cukup dia menggalau di kamar gara-gara Cale Henituse yang muntah darah karena kekuatan kunonya. Dia tidak ingin menyaksikan itu secara langsung.
Yang ada nanti dia nangis kejer.
Belum lagi si White Star yang resek itu.
Menyebalkan sekali bung.
Sudah begitu wajahnya mirip dengan Cale Henituse lagi.
Karena Asta kembarannya Cale Henituse, wajahnya juga mirip dia dong?
“Kok aku kesal dengan wajahku sendiri ya? S*al kenapa mirip Cale?” gumamnya sambil bercermin memandangi wajah yang cantik dan tampan di saat yang bersamaan.
Tangannya menelusuri wajah yang sangat mirip sekali dengan Cale Henituse.
Rambut merah, kulit putih pucat, dan tubuh yang kurus. Sepertinya dia kurang gizi.
Wajahnya persis seperti Cale Henituse.
Namanya juga saudara kembar identik. Pasti mirip lah.
“Entah kenapa aku merasa kesal memiliki wajah seperti ini.”
Rasanya ingin sekali meninju wajahnya yang mirip Cale itu.
“Tapi, ku urungkan soalnya mirip dengan Cale–” Asta merasa aneh saat dia menyebutkan nama Cale. Dia tersentak dan buru-buru meralat kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya, “Cale Henituse maksudnya.” ralat Asta sambil mengulum senyumnya.
Maklum, yang namanya Cale enggak cuma satu doang.
“Hei, bagaimana caranya agar aku bisa kembali?” kini bocah berambut merah itu bertanya pada dirinya sendiri di pantulan kaca. Stres emang.
“Aku mau pulang. Soalnya aku belum tahu endingnya. Kalau tidak salah sih aku stuk di chapter 500-an.” lanjutnya sambil menjelaskan kenapa dia mau pulang. Padahal mah alasan doang.
Andai saja diberikan file seperti Dokja. Kan enak.
Tapi di sini tidak ada ponsel:)
Buakk
Asta mengkebedon dinding di depannya dan mulai menatap pantulan dirinya lekat-lekat.
Bocah berambut merah itu mengambil napas panjang dan menghembuskan nya perlahan, “Kalau tidak bisa kembali ke bumi tidak apa-apa deh. Yang penting aku ogah di dunia ini.”
‘Di mana saja asal jangan di sini.’
“Aku ... Hanya tidak ingin melihatnya kesakitan.” Asta menunduk dan membuat wajah murung.
Sebelum dia terbangun menjadi ‘Asta’. Dia tertabrak kereta saat mencoba bunuh diri.
Tiba-tiba dia mendapat sebuah ide. Wajah Asta yang tadinya murung berubah menjadi ceria.
“Bagaimana kalau merencanakan bunuh diri? Siapa tahu kembali ke dunia asal ku. Tidak juga tidak apa-apa. Asalkan jangan di sini.”
“Ayo kita bunuh diri!” ucapnya dengan antusias.
Bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah, Asta.
✧ » ◇ « ✧ » ✦ « ✧ » ◇ « ✧
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐑𝐓𝐀𝐋𝐀 (𝐓𝐎𝐂𝐅 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂)
Fantasy❝𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐬𝐬 𝐀𝐠𝐮𝐧𝐠, 𝐀𝐬𝐭𝐚-𝐧𝐢𝐦.❞ ──────────────────────── ╰──➢ ✧; 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐂𝐚𝐥𝐞 𝐇𝐞𝐧𝐢𝐭𝐮𝐬𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐚𝐮𝐝𝐚𝐫𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫. ──────────────────────── © Yoo Ryeo Han