Assalamualaikum, temen-temen.
Gimana kondisinya hari ini? sehat? Alhamdulillah. Ga bosen kan nungguin kelanjutan cerita Devano? jangan bosen-bosen lah, hiks. Nanti author nangis.
Ya udahlah daripada kebanyakan bacot yakan, cus langsung baca!
Happy Reading!
.
.
.
.
._________________________________________
Cklekkk...
Suara pintu terbuka, saat itu juga muncul-lah sosok pria berbadan tinggi dengan rambut sedikit berantakan langsung masuk kedalam ruang inap Keyla. Kemudian berjalan kearah Keyla yang masih menutup wajahnya menggunakan telapak tangan.
Hening. Keyla semakin was-was, ia sangat takut membuka matanya, bagaimana kalau yang berdiri disampingnya ini adalah hantu?. Tidak-tidak!
"Buka." ucap pria tersebut masih diposisi yang sama, mengintrupsi Keyla supaya membuka matanya.
"Ga mau, lo siapa?!" jawab Keyla sedikit berteriak, dengan suara yang bergetar. Terdengar helaan nafas panjang dari seseorang disebelahnya.
"Mau buka sendiri, apa gue bukain, hm?" tanya orang tersebut. Keyla yang mendengar itu pun terdiam. Pikiran dan hatinya sedang tidak sefrekuensi sekarang.
'buka ga ya? kalo ga dibuka tar dia macem-macem sama gue. Kalo gue buka? tar taunya gue halu doang,' batinnya berteriak.
'arrggghh!! buka aja deh!' finalnya. Kemudian perlahan-lahan menurunkan tangan yang menutupi wajahnya. Dengan gerakan mata yang slowmotion, perlahan-lahan matanya mulai terbuka, dan...
"Loh?" Ketika matanya sudah benar-benar terbuka, ia melihat ke sekeliling ruang inapnya. Apa yang ia lihat? Nothing! tidak ada siapapun disana.
"TUH KAN APA GUE BILANG! ITU CUMA HALUSINASI!" teriak Keyla, ia tak sadar sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya dari sofa yang ada di ruang inapnya. Keyla tidak melihat karena terhalang gorden hijau khas rumah sakit, Devano sengaja bersembunyi.
"Padahal gue berharap lo beneran ada disini nemenin gue," ucapnya tertunduk lesu.
"Eh, kenapa gue tiba-tiba ngehaluin si batu Devano, ya? idih! Astagfirullah, maafkan hamba mu ini Tuhan. Tadi cuma khilaf," lanjutnya dengan ekspresi yang berlebihan, menangkupkan kedua tangannya seperti sedang meminta maaf.
"Cuma khilaf? tapi gue udah denger."
"Astaghfirullahalladzim, NGAPAIN LO DISINI BATU, EH MAKSUD GUE DEVANO! SEJAK KAPAN?!"
Dia–Reyllan Devano Bagaskhara, sedang duduk bersantai di sofa yang ada diruang inap Keyla Ia sangat lelah berdiri menunggu Keyla membuka matanya. Maka dari itu ia pun beranjak menuju sofa.
Dan siapa sangka dirinya akan dikejutkan dengan suara teriakan dari Keyla, yang mengatakan kalau dirinya berhalusinasi. Ia hanya mampu menahan tawanya, sampai pada akhirnya Keyla berbicara kalau dirinya hanya khilaf dan tiba-tiba berharap kalau Devano ada disisinya.
Keyla terkejut saat mendengar suara pria yang menelpon dirinya tadi, kemudian menengok ke sebelah kirinya dan benar, disana sudah ada Devano yang duduk bersantai sembari menatap Keyla dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Tenang dan tajam.
"Sejak tadi, waktu lo teriak-teriak gajelas. Lo pikir disini hutan? bisa seenak jidat lo teriak-teriak gitu?" ucap Devano, Keyla hanya menggaruk lehernya yang tak gatal. Malu? sudah pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano (Tamat)
Teen Fiction[Follow Sebelum Membaca!] @Dheyyyyyyyyy_09 [KAWASAN WAJIB VOTE!] ____________________________________________________ Dia bukan Iqbal Guanna, yang dinginnya melebihi kutub Utara. Tetapi dia-Reyllan Devano Bagaskhara, seorang pria yang memiliki sejut...