HAI-HAI GUYS! JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA CINTAH? OKE...
ENJOY TO THIS STORY' AND HAPPY READING-!!!
__________________________________________•••
Keyla berdiam diri, sembari memegang dadanya yang bergemuruh. Keringat dingin membasahi dahinya. Tangannya masih memegang handphone yang hampir saja membuat nafasnya berhenti.Beberapa menit yang lalu, saat ia tengah menguatkan diri untuk mengirim massage kepada Devano, alih-alih ingin mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan hadiah yang diberikan kepada dirinya hari ini.
Tetapi, saat ia ingin memulai obrolan dengan mengirimkan chat "P" kepada Devano. Tiba-tiba dari dalam room chat muncul sebuah chat dari sang pemilik nomor. Entah ini kebetulan atau apa Keyla pun tidak tahu. Ia sangat terkejut sampai berteriak, untung saja handphonenya tidak terlepas dari genggaman tangannya.
Keyla kembali membuka handphonenya, memastikan sekali lagi bahwa ia tidak salah lihat. Ia bingung dan tidak tahu harus bagaimana membalas pesan dari Devano ini. Ada perasaan senang tetapi ia masih sangat terkejut atas sikap Devano akhir-akhir ini.
Keyla saja belum sempat menyimpan kontak Devano, tetapi Devano sudah mengirimkan pesan kepadanya.
"Demi apa? mimpi bukan sih ini tuh? awww!" Keyla bergumam sembari menampar pelan pipinya sendiri.
"Duh astaga jantung gue!!" Oke, ini sedikit lebay, tapi kalian tidak tahu rasanya diposisi Keyla saat ini. Ia masih memegang dadanya yang masih berdetak cepat. Ia meletakkan handphone miliknya ke atas nakas disebelah brangkar-Nya.
Drrrtttt... drrrtttt....
Keyla menoleh kearah kanan, lebih tepatnya kearah handphone yang baru saja ia letakkan di atas nakas rumah sakit ini. Ada sebuah panggilan masuk di handphone-nya.
"Siapa?" bukannya menjawab panggilan telepon tersebut, ia malah bertanya entah ke siapa pertanyaan itu dilontarkan. Sedangkan di sana hanya ada dirinya dan handphone yang menemaninya.
Ia hanya memandangi benda pipih yang sedari tadi bergetar. Keyla seperti tidak ada niat mengambilnya dan menjawab panggilan telepon tersebut. Entah apa yang menyebabkan Keyla seperti takut menjawab panggilan itu, sedangkan ia sendiri belum tau itu telepon dari siapa.
***
Udara sejuk menerpa wajah seseorang yang sedang duduk menyendiri di kursi taman rumah sakit Fadhilah yang cukup sepi. Padahal ini masih pukul 19.05 PM , tetapi rumah sakit ini sudah sepi, cuma ada beberapa perawat yang melintas di lorong koridor rumah sakit ini.
Ia mengeluarkan sebatang rokok dari dalam kotaknya yang sedari tadi ia simpan di saku celana jeans hitam miliknya. Menikmatinya sembari mengotak-atik handphone yang sedari tadi melakukan panggilan telepon, dan hanya didiamkan oleh sang penerima.
"Lo ga ada niat angkat telepon gue, hm?" Suara berat itu bergumam, kemudian ia memasukkan handphonenya kedalam saku, lalu bersandar di bangku taman yang terasa dingin. Ia merasakan pinggangnya sangat pegal, karena tidak tahu sudah berapa jam ia duduk di sini.
"Kakak?"
Ia menoleh ke arah sumber suara, entah memanggil dirinya atau mungkin ada orang lain disekitarnya. Ia melihat ke sekeliling dan tidak ada orang lain selain dirinya.
Terlihat anak laki-laki berumur 10 tahun yang memakai baju khas rumah sakit menatap datar sosok laki-laki yang sedang duduk menyendiri itu.
"kenapa, cil?" jawabnya, ia mematikan rokok ditangannya. Tetapi, yang ditanya hanya diam kemudian berjalan kearahnya dan mengambil posisi duduk disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano (Tamat)
Teen Fiction[Follow Sebelum Membaca!] @Dheyyyyyyyyy_09 [KAWASAN WAJIB VOTE!] ____________________________________________________ Dia bukan Iqbal Guanna, yang dinginnya melebihi kutub Utara. Tetapi dia-Reyllan Devano Bagaskhara, seorang pria yang memiliki sejut...