1. Siapa yang Memasang IUD di Rahimku?

14.3K 412 29
                                    

"Anda memakai IUD, masa Anda gak sadar? Wajar lah gak bisa hamil," ujar dokter pada wanita yang tengah berbaring di atas ranjang periksa.

"Apa IUD? Spiral?" tanya wanita itu terkejut dan menoleh ke arah layar USG di hadapannya.

"Iya, ini, terlihat jelas. Memang tidak merasa memasangnya? Atau gak merasa ada yang memasangkannya? Ini sulit dipercaya," jawab dokter itu menatap Hana, wanita yang datang padanya karena sebuah keluhan.

Hana, tidak kunjung hami juga selama menikah dengan lelaki bernama Hanif. Suami yang sangat mencintainya, seorang penerus keluarga terpandang. Sementara itu, Hana adalah anak dari seorang guru ngaji.

Hanif Adimarta, adalah anak lelaki satu-satunya dari keluarga Adimarta. Dia hidup dengan seorang ibu, dan dua adik perempuannya pasca ayahnya meninggal enam tahun lalu. Dia seorang kepala keluarga yang sangat mencintai keluarganya. Bahkan sangat patuh pada ibunya.

Namun, cintanya pada Hana telah menjadikan ia membangkang.  Ibunya berharap dia menikah dengan wanita lain yang sederajat, tapi Hanif terlanjut jatuh cinta dengan keluguan dan keanggunan Hana yang dibesarkan dengan agama yang baik.

Baginya, seorang ibu harulah yang memiliki  pemahaman agama yang baik, karena akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di bulan ke tiga pernikahan mereka, Hana pun hamil dan semua orang akhirnya bahagia. Berharap yang lahir adalah anak laki-laki, karena keturunan Adimarta ini kebanyak perempuan.

Sayang, saat usia kandungan empat dua belas minggu, Hana mengalami pendarahan dan dia terpaksa melakukan kuretasi. Saat itu dia dibius total, sehingga baru sadar setelah proses kuret terjadi.

"Saya pernah keguguran lalu dikuret, apa mungkin dipasang saat gak sadar?" tanya Hana pada dr. Diah yang menanganinya. "Selama ini, saya hanya periksa pada dr. Maria Dasinta, Sp.OG, dokter langganan keluarga Adimarta."

"Saya tidak mau menuduh, tapi semua bisa saja mungkin. Kalau benar, maka pelakunya tidak jauh dari orang-orang yang ada di sekitar ibu sendiri." Dr. Diah, Sp.OG menatap Hana yang hampir menangis karena fakta yang sangat mengejutkan.

Ia bukan tidak bisa hamil, tapi dia dibuat tidak bisa hamil. Jahat sekali.

Apa tujuan mereka sebenarnya?

Kenapa mereka selalu mengolok Hana tidak bisa hamil? Menganggapnya percuma memiliki rahim tapi tidak bisa beranak, toh nyatanya dia bisa hamil tapi ada yang mencegahnya. Tangannya kini gemetar, menahan amarah di hatinya.

"Astaghfirullah ... kenapa ada orang sejahat ini padaku? Apa salahku?" gumam Hana dengan menunduk tajam dan terisak.

"Menangislah dulu, agar terpuaskan rasa sakit itu. Setelah puas menangis, keringkan air mata dan carilah siapa pelakunya," ujar dr. Diah merasa iba.

"Seharusnya saya sejak lama ganti dokter, kenapa saya begitu bodoh tetap bertahan dengan dokter yang sama? Dan setiap kali saya mengeluh sakit perut bawah selalu bilang saya memang punya masalah rahim, bahkan saya gak bisa punya anak. Jahat sekali dia." Hana menangis tersedu pada akhirnya. Dia terus menumpahkan rasa sedih yang sangat mendera di hatinya.

"Kumpulkan bukti-bukti, tuntut mereka semua atas kejahatan terorganisir ini. Ibu harus pura-pura baik-baik saja, jangan langsung ngegas dan menuduh mereka. Mainlah yang cantik," ujar sang dokter dengan tersenyum. "Saya siap bersaksi, jika nanti bukti sudah terkumpul."

"Dok ...."

"Kita tidak boleh membiarkan kejahatan semacam ini sukses. Kejahatan sekecil apa pun harus dibayar. Ingat, ini masalah nama baik dan masa depan Anda," ujar dokter yang terlihat geram dengan kejadian ini, dan gemas dengan Hana yang terlihat pasrah.

Misteri IUD Di Rahim HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang