Hana melewati belokan lebih dari lima kali. Namun, motor itu selalu mengikutinya ke mana pun ia membelokkan arah. Jika hanya karena sama tujuan atau jalan, mungkin tak masalah, tapi ketika Hana berhent pura-pura mengecek ponsel, motor itu juga berhenti.
"Apa aku mulai diawasi?" gumam Hana sambil mengangguk dan akhirnya membelokkan motornya ke arah penjual serabi oncom di daerah itu. Dia pun ikut mengantri dan mengobrol dengan ibu-ibu seolah memang tujuannya ke tempat ini adalah untuk membeli serabi, bukan untuk ke rumah sakit.
Dia pun menghubungi Adrian, bahwa dia mulai diikuti seseorang dan sepertinya misinya mulai tercium tersangka utama.
"Kita mau fighting atau tetap senyap?" tanya Adrian. "Semua kembali padamu, Hana."
Hana terdiam, menatap serabi yang tengah dibakar, sambil berpikir beberapa kemungkinan.
"Senyap saja, kita gak bisa ketemu hari ini. Aku akan ke rumah abah saja," tutup Hana.
Setelah membayar, Hana pun kembali ke motornya dan melajukan motor ke arah rumah abahnya. Motor itu masih mengikutinya, dia pun semakin mempercepat laju motor ke desa kelalhirannya. Tiba di sana, motor itu melintas begitu saja dan tak ikut memasuki halaman.
"Sudah lebih tenang kayaknya anak abah," ujar Abah Musa sambil mengusap kepala Hana yang mencium punggung tangannya.
"Iya, alhamdulillah. Berkat doa Abah." Hana menatap dengan manis. "Ini, makan serabi yuk."
Keduanya masuk ke dalam rumah, tak lupa Hana mengamati jendela dan memperhatikan motor tadi melintas pergi. Dia pun semakin waspada, artinya ada yang mengikutinya. Entah siapa, dia pun tak tahu.
"Sepertinya mereka mencium gelagatku," gumamnya sambil menaruh serabi ke piring dan membawanya ke teras dan menikmatinya dengan abahnya.
"Abah senang kamu mulai terlihat stabil. Insyaallah ini memang jalan syahidmu, Neng." Abah menatap Hana yang tersenyum manis.
"Aamiin." Hana menikmati serabi sambil mendengarkan nasihat abah bahwa ujian apa pun, sesungguhnya perempuan itu sangat kuat daripada laki-laki.
"Perempuan itu mampu menahan rasa sakit berulang-ulang. Melahirkan itu, konon seperti dipatahkannya 100 tulang secara bersamaan. Allah berikan kekuatan pada wanita untuk mampu melahirkan berulang kali. Itu salah satu bukti, perempuan itu kuat." Abah menatap Hana yang tersenyum. "Allah jug berikan ujian poligami hanya untuk perempuan, betapa itu hati diuji dengan luar biasa sakitnya. Tapi ada yang tetap iklhas dan kuat, seperti putri Abah ini."
Hana mengangkat wajah dan tersenyum. "Hana gak mau bohong, masih sakit, Bah. Bahkan, berencana mengakhiri, tapi memang tidak sekarang."
Lelaki sepuh itu menautkan kedua alisnya, menatap dengan serius.
"Ada yang kamu sembunyikan dari abah?" tanyanya.
"Iya, tapi karena abah itu jujur, Hana gak akan beritahu apa. Hana akan tunjukkan, putri Abah ini memang kuat tangguh. Karena itu, melihat Hanif dan Sinta bermesraan sudah hal yang menyakitkan lagi," papar Hana dengan senyuman.
"Hana, jangan bertindak di luar batas agama."
"Enggak, Bah. Insyallah Hana akan tetap patuh pada koridor agama. Hana akan membuktikan bahwa diri ini kuat, tangguh, tak selemah yang orang bayangkan."
"Beritahu Abah, ada apa?"
"Saat waktunya tiba, Abah akan tahu. Cukuplah sekarang menjadi penyejuk hati Hana."
"Kamu sudah dewasa sekali, sudah gak butuh Abah untuk berbagi." Lelaki sepuh itu menggeleng.
"Bukan, putrimu ini tengah belajar lebih kuat lagi. Abah gak percaya sama Hana?" tanya Hana menatap wajah ayahnya lalu menggenggam tangan ayahnya. "Abah itu jujur dan gak pernah bohong, gimana kalu rahasia Hana ini terbuka dari bibir Abah karena saking jujurnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri IUD Di Rahim Hana
RomanceMega best seller KBM app. Rekor pendapatan tertinggi KBM App dengan 60jt++ hanya dalam 1 bulan 🍁🍁🍁 Blurb: Dua tahun menikah tak dikaruniai juga anak, Hana terkejut saat mengetahui di rahimnya terpasang IUD. Padahal dia tak pernah merasa memasang...