8. Sebuah Kisah Cinta yang Manis

10.6K 257 21
                                    

"Dokter yang ikut organisasi pengajian kita. Kenapa?" tanya Hana heran.

Hanif tampak bengong saat menekan profil dr. Diah, Aneh, dia terlihat tidak tenang saat tahu Hana berhubungan dengan seorang dokter. Atau, jangan-jangan memang Hanif yang membuat Hana tidak bisa hamil, agar istrinya itu tetap tidak berubah struktur tubuh hingga kecantikannya? Mungkinkah?

"Mas, ada apa? Mas kenal dokter itu?" tanya Hana penuh selidik.

"Hmm, enggak. Dokter apa dia?" tanya Hanift terlihat gelisah.

"Nanti aku tanya deh dia dokter apa, kalau Mas Hanif penasaran."

"Oh, gak usah. Gak  usah, Sayang," ujar Hanif dengan senyuman. Ia pun membuka aplikasi telegram, di sana hanya ada grup-grup pengajian, tidak ada percakapan yang mencurigakan.

Hana sedikit tegang saat Hanif membuka halaman aplikasi berikutnya, di sana ada signal, yang dia sembunyikan dalam grup marketplace.

Beruntung, suaminya hanya mengecek grup sosial media, yang isinya hanya whatsapp dan telegram. Adrian benar, aplikasi yang tak dikenal itu bisa jadi alat komunikasi mereka, tanpa ketahuan oleh Hanif. Apalagi dia sembunyikan dalam folder aplikasi marketplace.

"Aku sudah transfer uang untuk jatah kamu sama Abah," ujar Hanif menyerahkan ponsel Hana pada pemiliknya.

"Terima kasih, Mas. Semoga selalu diberi keberkahan rezeki."

"Aku kangen ada di kamar ini berlama-lama sama kamu," ujar Hanif menatap wajah Hana yang sudah lebih segar dari sebelumnya.

"Banyak laki-laki yang pengen poligami, Mas. Katanya enak memiliki ranjang yang berbeda. Betulkah itu, Mas?" tanya Hana, padahal dia pun perih menanyakan demikian.

"Gak gitu juga, aku bahkan sering bayangin kamu saat sama Sinta." Hanif membuang pandangan.

"Lucu ah," kata Hana mengubur perih di hatinya.

"Kamu udah benar-benar gak merasakan sakit dengan pernikahan aku?" tanya Hanif.

"Lama-lama akan terbiasa. Seperti kamu juga, saat ini masih bilang membayangkan aku. Esok lusa, mungkin aku tak terbayangkan lagi."

Hanif menarik Hana dan menjatuhkannya ke atas selimut.

"Kamu ingt awal kita menikah?" bisik Hanif menatap manik mata istrinya.

Mata itu berembun seketika. Mengingat masa itu, masa Hanif begitu memuja, dan Abah tidak pernah yakin dengan usahanya.

***

"Kamu yakin mau menikah dengan lelaki kaya seperti Hanif? Lihat kita, hanya orang biasa." Abah menatap putrinya yang memberitahu bahwa ada lelaki yang tertarik padanya.

"Hana sudah jelaskan itu. Tapi Mas Hanif terus meyakinkan Hana, dia bilang mau ketemu Abah hari ini." Hana menunduk tajam.

Suara mobil berhenti di pelataran rumah yang halamannya sangat luas. Halaman yang ditumbuhi rumput, tapi tidak tinggi. Ada banyak tanaman dan pepohonan di sana. Membut anak-anak betah bermain di halamannya, pun jadi mudah saat diajak mengaji di sana.

"Dia datang," ujar Hana menoleh ke arah mobil merah yang begitu mengkilat dan mewah.

Abah menarik napas panjang. Bagaimanapun, dia tak mungkin mengusir tamu. Dia tetap menerima kedatngan Hanif dengan arif dan bijaksana. Meminta putrinya menyuguhkan hidangan untuk tamu yang datang.

"Abah, pasti Hana sudah bilang tujuan kedatangan saya kemari." Hanif memulai obrolan.

"Iya, sudah," balas Abah mendekatkan teh manis ke arah Hanif.

Misteri IUD Di Rahim HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang