2

4 3 2
                                    

Elzra mengangkat sebelah alisnya, menunggu jawaban Vella yang kini terlihat sangat gugup.

"A-aku mau," ucapnya dan langsung menatap Elzra yang kini tengah tersenyum tipis.

Semudah itu. Batin Elzra tertawa.

"Oke, mulai sekarang kita resmi pacaran. Nanti ke kantin bareng ya, cantik!" ucap El dan langsung di angguki oleh Vella dengan semangat 45.

El menepuk rambut Vella dua kali sebelum kembali ke bangkunya setelah membuat anak orang tremor.

Teman Vella heboh seketika, tidak menyangka dengan apa yang mereka saksikan. Saat kelas 10, Vella hanya bisa mengagumi Elzra dari jauh. Kini, Vella bisa dengan bebas berdekatan dengan El karena statusnya sebagai kekasih El.

Sebenarnya, El tidak pernah mau pacaran dengan teman sekelas, alasannya karena ribet. Tapi karena tadi El bersatus jomblo dan ia gabut, El menjatuhkan targetnya kepada Vella.

***

"Zeeeee!! Bangun dodooolllllll!!" teriak Gea tepat di kuping Zea.

Petugas perpustakaan berdecak lalu menegur Gea dan dibalas cengiran olehnya.

Zea menggeliat pelan. "Apa sih, Ge?! Ganggu mulu ah!"

Gea hanya menggeleng pelan. "Udah bel oy, ayo istirahat!" ajak Gea sambil membenahi novel dan headsetnya begitu pun Zea.

Setelah wali kelas mereka membebaskan mereka untuk berbaur dengan teman sekelas, Zea dan Gea lebih memilih ke perpustakaan untuk membaca novel. Jika Zea tidak bisa membaca novel sambil mendengarkam musik ataupun di keramaian, berbeda dengan Gea yang bisa membaca novel dimanapun ia berada dan Gea lebih suka membaca novel sambil mendengarkan musik. Karna menurutnya, feelnya lebih terasa, apalagi jika musik yang ia putar sesuai dengan keadaan yang tertulis di novelnya.

Zea mengecek sebentar keadaan wajahnya dan merapikan rambutnya sebentar, lalu beranjak untuk ke kelas dan menyimpan novel. Baru setelah itu mereka akan pergi ke kantin.

"Itu temen si Jamet ngapa pada rame gitu dah?" tanya Gea heran saat baru masuk ke kelas barunya.

Zea hanya mengedikkan bahunya. "Mana gue tau, gue kan dari tadi sama lo, dongo!" semprot Zea sambil menyimpan novelnya ke dalam tas.

Gea yang saat kelas 10 sudah sekelas dengan Vella atau yang biasa Gea sebut si Jamet kini menghampiri teman-teman Vella.

"Oy, ada apa si? ribut banget perasaan."

"Si Vella jadian sama si ganteng El!" ucap teman Vella antusias.

Zea menyergitkan dahinya bingung. "Si ganteng? Siapa?"

Gea menghela nafas jengah. "Makanya idup lo jangan di perpus mulu! Sesekali mengeksplore cogan sekolah kek!" decak Gea.

"Nanti lo juga tau, Ze. Pokoknya dia cakep banget!" sahut teman Vella yang lain tak kalah antusias.

"Ini si Jamet yang jadian kok kalian yang seneng?" ucap Gea keceplosan dan setelah melihat wajah dengan mata melotot teman-teman Vella membuat Gea tersadar. "Si Vella maksudnya, maap typo mulut gue, hehe."

"Gimana gak seneng, kan si El punya dua temen yang gak kalah cakep! Kalo Vella ada di deket El, otomatis temennya ngikut, nah kita juga mau ngikut. Aduh, gua udah ngebayangin bisa liat senyumnya Egi dari deket," ucap salah satu teman Vella yang bernama Jane dengan dibumbui sedikit haluan.

"Idih, ngarep banget lo!" sembur Gea.

Akhirnya, waktu istirahat itu mereka habiskan dengan ngerumpi. Gea memang lumayan dekat dengan teman Vella, tapi tidak dengan Vellanya sendiri. Menurut Gea, Vella itu terlalu jametable, dan Gea malas dengan orang yang ada titisan jametnya. Sedangkan kedua teman Vella tidak terlalu jamet meskipun suka memakai make up berlebihan saat disekolah. Tapi setidaknya, sifat Vella yang jametable itu tidak menular pada kedua temannya-- Jane dan Jessie.

Tidak terasa, kini bel masuk sudah berbunyi membuat mereka yang sik ngerumpi memekik kaget.

"Kok udah masuk lagi sih?! Perasaan baru tadi bel istirahat!" decak Jessie misuh-misuh.

"Eh anjir, kita belum makan apa-apa. Ze, lo bawa roti gak? Nanti maag lo kambuh gimana?" cecar Gea panik. Zea jika maagnya sudah kambuh sangat memprihatikan, makanya Gea tidak tega.

Zea menggeleng. "Gak bawa, tapi santuy aja. Gue kuat kok!" ucap Zea sambil tersenyum meyakinkan meskipun ia sendiri tidak yakin. Pasalnya tadi pagi Zea sarapan sedikit.

Obrolan mereka terhenti saat guru mapel MTK sudah masuk. Perut lapar ditambah pelajaran MTK tuh rasanya ah-mantap! Asik berdebat sampe mereka tidak sadar Bahwa kini kelas sudah dipenuhi oleh manusia-manusia yang sudah mengisi perut.

Sebelum memulai pelajaran, guru itu sedikit berbasa basi dan memperkenalkan diri. Namanya pak Gio, umurnya masih muda yaitu 26 tahun dan itu membuat murid perempuan baru kali ini merasa semangat saat pelajaran MTK. Pak Gio merupakan guru baru yang menggantikan Pak Tomo yang telah pensiun.

"Oke, perkenalannya cukup sampe sini ya? Kita mulai ke materi," ucap Pak Gio sambil tersenyum manis membuat beberapa siswi memekik tertahan.

Zea memegangi perutnya yang kini mulai terasa sakit, rasanya seperti dililit lalu diremas.

Gea yang menyadari itu seketika panik. "BAPAAAKKKKK!!" teriak Gea repleks membuat semua orang yang berada di kelas menoleh ke arahnya.

Pak Gio dengan heran menghampiri Gea setelah Gea memberi isyarat untuk mendekat.

"Teman saya maag nya kambuh, Pak!" lapor Gea antara gugup dan panik karena pak Gio berada tepat di depannya.

"Kamu pucet banget, tadi istirahat engga ada makan?" tanya Pak Gio ikutan panik sambil berjongkok di bawah Zea.

Zea menggeleng pelan sambil sesekali meringis.

"Ayo, ke UKS aja," ajak Pak Gio sambil mengedarkan pandangannya.

"Kamu! Antar dia dulu ke UKS, kamu juga ikut aja, temenin teman kamu," perintah Pak Gio sambil menunjuk El dan Gea bergantian karena tidak mungkin jika ia yang mengantar Zea ke UKS dan meninggalkan kewajibannya begitu saja.

El dengan patuh mengangguk, toh ia tidak rugi juga. Dengan begitu, ia tidak perlu mengikuti pelajaran MTK yang sangat membosankan.

El menggendong Zea ala bridal style membuat Vella berdecak tak terima. Sedangkan Gea membuntuti El dari belakang.

👋👋👋

See you next part!!

ZeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang