Zea dan Gea tampak sedang serius membaca novel di kamar milik Zea. Tak lama, pintu terbuka secara kasar, pelakunya tak lain adalah adik Zea sendiri-- Fajar.
"Ya ampun, dua kakak cantik kuh yang cantiknya udah mirip Kiki bukan ironman. Dari pada kalian sibuk membaca hal yang tidak berfaedah, mending kalian bantu Fajar buat PR!" cerocosnya sambil masuk ke dalam kamar Zea, ditangannya sudah menenteng dua buku paket dan dua buku tulis lengkap beserta dua buah pulpen.
Zea memandang Fajar malas. Adiknya yang hanya satu-satunya ini sangat suka merecokinya saat sedang membaca novel. Entah dengan meminta bantuan seperti saat ini, atau meminta di antar ke dapur atau ke kamar mandi saat malam hari dan yang paling tidak berfaedah adalah meminta tolong membalas pesan banyak cewek yang masuk ke ponselnya
Fajar dan Zea sama-sama penakut, jadi saat salah satu diantara mereka minta diantar ke dapur atau kamar mandi saat kondisi rumah sudah sepi, tidak boleh ada penolakan.
Sebelum Gea menjawab, Fajar sudah menyela terlebih dulu. "Dapet pahala loh kak, buat tabungan akhirat! Gue disini cuma mau meringankan dosa kalian yang sudah bejibun dan menimbunnya dengan pahala, kurang baik apa coba gue?" cecar Fajar dengan muka songongnya, refleks Gea melempar novelnya yang berisi 300 halaman lebih tepat mengenai wajah Fajar.
"Mulut lo minta dicabein banget! Ayo sini, mumpung gua lagi baik gue bantuin! Kaga usah banyak bacot lo!" decak Gea lalu menarik Fajar untuk duduk di karpet bulu.
Meski kesal, Fajar tetap memaksakan senyumnya. "Kak Zea, ayo dong. Kak Gea udah mau nih, masa kakak engga. Emang kakak gak mau, nanti dapet--"
"Pahala! Iya gue tau! Kan udah ada Gea yang bantuin, seharusnya cukup kan? Gue lagi males mikir, Jar!" potong Zea lalu menutup novelnya dan merebahkan tubuhnya dikasur.
Fajar berdecak melihat kakaknya yang malah asik rebahan. "Tugasnya ada dua kak! IPS sama Bahasa Indonesia , lo IPS, Kak Gea Bahasa Indonesia. Daaannnn, selesaaiiii," Fajar mengakhiri perkataannya dengan bertepuk tangan riang.
"Terus nanti lo ngapain, Ubeeddd?!" teriak Zea kesal.
Fajar cengengesan lalu mengambil salah satu novel Zea yang bergenre action. "Gue? Ya baca novel lah!"
Dan saat itu juga, sebuah buku paket Bahasa Indonesia melayang dan mengenai kepala Fajar.
***
Kini, Zea dan Gea sedang berada di kantin. Makan batagor di temani es lemon tea. Gea baru saja putus dengan kekasihnya yang tempo hari masih uwu-uwuan bersamanya. Dan kini, Gea mentraktir Zea batagor sebagai pajak putusnya. Sedeng emang.
"Nih ya Ge, dimana-mana orang baru putus itu sedih. Bukan malah seneng trus nelakir temennya!"
Gea menghela nafas jengah. Zea yang seperti ini seolah-olah baru beberapa hari berteman dengan Gea. Padahal aslinya, mereka sudah satu sekolah sejak SD dan SMP. Namun saat itu mereka tidak akrab, bahkan tidak saling mengenal. Mereka saling mengenal saat pertengahan kelas 7 SMP. Saat itu Gea masih lemah, suka di bully, hingga akhirnya Zea datang memberikan kalimat motivasi yang membuat Gea selalu melawan jika ditindas. Tak lama setelah itu, Gea menghampiri Zea dan akhirnya mereka berteman dekat hingga saat ini.
Bahkan tanpa mereka sadari, rumah mereka yang berhadap-hadapan, dan itu membuat pertemanan mereka semakin erat.
"Eh lonte!" teriakan itu berasal dari sekumpulan orang yang mau ribut di kantin.
"Anjir, gua jadi inget guru SD kemaren, ahahaha," tawa Gea menguar.
"Ngelonte? Siapa yang bilang gitu. Astagfirullah kalian suudzon sekali."
"Lah, terus apa?" tanya Gea nge gas.
"Nyante, bapak bilang nyante. Bukan ngelonte ya ampun!"
Itu adalah jawaban si bapak saat ditanya oleh Gea.
"Kan, gue bilang apa! Kaga percayaan sih!" ucap Zea bangga ditengah kericuhan kantin akibat ada yang berkelahi.
Sedangkan mereka tampak santai dikursi hingga sebuah jus tumpah mengenai seragam Zea.
"Babin!" refleks Zea sambil berdiri menatap syok ke arah seragamnya yang sudah berubah jadi warna merah jambu.
"Heh jamet! Lo sengaja ya?!" tuduh Gea.
Vella yang tak sengaja menumpahkan jus itu langsung membela diri. "Gue gak sengaja! Apaan sih nuduh-nuduh! Harusnya gue yang marah, gue cape antri tapi jus nya malah kena lo!" ucap Vella menunjuk wajah Zea.
"Ya itu sih derita lo!" sinis Gea.
"Lo beneran gak sengaja?" tanya Zea, ia tidak ingin menambah keributan di kantin.
"Iyalah! Gue tadi kesenggol sama orang!" balas Vella sewot bahkan air liurnya sampai muncrat kena wajah Gea yang kini berada di depan Vella.
"Eh anjir! Ngomongnya santai dong! Gak usah pake hujan lokal segala. Jorok banget sih!" Gea menarik seragam Vella bagian bawah, lalu mengelapkan pada wajahnya.
"Apaan sih!" decak Vella lalu mendorong Gea.
Zea yang kini berada di belakang Gea ikut terdorong dan pinggangnya mengenai pinggiran meja. Sungguh, rasanya ngilu-ngilu gitu.
El, yang baru saja datang. Niat ingin nyusulin kekasihnya malah melihat adegan tersebut.
"Vel, apa-apaan sih!" ucap El sewot lalu membantu Zea berdiri.
"Iih, kamu ngapain pegang-pegang dia!" ucap Vella tak terima lalu menarik El untuk berada di sampingnya.
"Minta maaf," titah El pelan.
Vella menggeleng lalu menggandeng lengan El manja. "Engga mau! Orang aku gak sengaja."
"Tetep aja, itu pinggangnya pasti memar. Setidaknya kalo lo gak bisa ngilangin memarnya, lo minta maaf dulu," ucap El membujuk, nada suaranya di tahan supaya tidak membentak. Pasalnya, Vella itu cengeng tapi dibuat-buat. Dan El jijik melihatnya.
"Iih, jangan maksa aku! Aku gak mau!" teriak Vella kesal karena menurutnya El membela Zea.
Sedangkan Zea hanya terdiam sambil memegangi pinggangnya yang terasa lumayan ngilu. Gea tidak bisa berkata-kata, ia sudah males menghadapi jamet yang satu ini.
"Minta maaf, atau kita putus?!"
👋👋👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Zeana
Teen FictionPlayboy yang sering gonta-ganti cewek bertemu dengan gadis jutek yang sama sekali belum pernah merasakan rasanya pacaran. "Lo kenapa gak ngabarin gue pas udah sampe rumah?" "Emang harus?" "Iyalah! Lo gak tau gimana khawatirnya gue!" "Kalo tau paca...